Pembimbing :
dr. Hernawan, Sp.S
Disusun oleh :
Kurniawan Wijaya G4A016001
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS:
Stroke Non Hemoragik
Disusun oleh :
Kurniawan Wijaya G4A016001
Mengetahui,
Pembimbing
.
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Stroke non-hemoragik merupakan gangguan peredaran darah
pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri,
sehingga menimbulkan infark/iskemik. Umumnya terjadi pada saat
istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. Stroke
non-hemoragik terjadi karena penurunan aliran darah sampai ke bawah
titik kritis, sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan
otak. Bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi
infark dan kematian. Berkurangnya aliran darah ke otak dapat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya trombus, emboli yang
menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah
oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol) 5,6.
a. Sistem Karotis
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang
mempercabangkan selain arteria karotis eksterna juga arteri karotis
interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial terutama
dalam hal ini ialah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria
karotis interna adalah: a. oftalmika, a. komunikans posterior, a.
khoroidal anterior, a. serebri anterior, a. komunikans anterior, dan a.
serebri media8.
b. Sistem Vertebrobasiler
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu
menjadi arteri basilaris, akan mendarahi batang otak dan serebellum
dengan tiga kelompok arteri yakni: median, paramedian, dan arteri
sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a.
serebri posterior7,8.
2.3. Etiologi
a. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang
terdiri dari trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang
lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut
embolus7.
b. Emboli
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari
penelitian epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua
serangan iskmik otak, apakah yang permanen atau yang transien,
diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma,
yang merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan
sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di
intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk
dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara,
tumor, metastase, bakteri, benda asing7.
2.5. Patofisiologi
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan
berbagai macam sel yang terdapat di dalamnya. Dalam keadaan
fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak ialah 50-60 ml/100 gram
otak/menit atau 700-840 ml/menit7,8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADO dibagi dalam:
a. Faktor Ekstrinsik
1. Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik
turunnya TDS tidak mempengaruhi ADO karena adanya
autoregulasi.
2. Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi
pada pembuluh darah terkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka
akan mengganggu ADO.
3. Kualitas darah
a) Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah
akan meningktya pula, resistensi serebrovaskuler juga naik
sehingga ADO menurun.
b) Eritrosit, terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan penurunan
deformabilitas eritrosit.
c) Platelet
b. Faktor intrinsik
1. Autoregulasi, yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak
untuk mempertahankan ADO meskipun terjadi perubahan pada
tekanan perfusi otak. Autoregulasi akan berfungsi dengan baik,
bila tekanan sistolik 60-200 mmHg dan tekanan diastolik 60-120
mmHg.
2. Faktor Biokimiawi
a) Karbon dioksida (CO2). Peningkatan tekanan CO2 akan
menyebabkan vasodilatasi, sehingga resistensi serebral turun,
akibatnya ADO akan meningkat.
b) Oksigen (O2). Bila tekanan O2 turun kurang dari 50 mmHg
akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi sehingga ADO
meningkat dan sebaliknya.
c) Pengaruh ion H+. Bila kadar ion H turun (asidosis) maka
daerah iskemik akan berubah jadi infark.
d) Ion K+. Ion K mencapai ruang ekstraseluler saat aktivasi
kortikal dan mencapai otot-otot pembuluh darah melalui difusi
dan ini bertanggung jawab terhadap peningkatan perfusi
regional.
3. Susunan saraf otonom. Rangsang sistem simpatis servikal akan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak, sehingga
ADO turun.
a. Iskemia Otak
Iskemia otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang
membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila
ADO turun pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka
akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural
dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra
sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi masih viable8.
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air
dan natrium pada substansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi
kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium pada substansia
alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan
intrakranial8.
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral
yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami
iskemia berat sampai infark8.
b. Infark Otak
Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok
merupakan faktor terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri
merupakan kombinasi dari perubahan tunika intima dengan
penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan
disertai pula perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar
yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada saat aliran
darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan
(trombosis). Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi
penumpukan lipohialinosis yang dapat mengakibatkan mikroinfark8.
Ada 3 jalur terjadinya trombus yaitu8:
a. Melalu asam arakidonat
b. Melalui ADP
c. Melalui faktor aktivasi platelet (PAF)
Emboli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal kolesterol
dalam a. karotis dan a. vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan
mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium,
yang akhirnya menyebabkan iskemia otak. Adanya kelainan katup
jantung baik kogenital maupun karena infeksi, atrial fibrilasi
merupakan faktor resiko terjadinya embolisasi8.
2.6. Gejala Klinik
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokalisasinya7.
Gejala utama GPDO iskemik akibat trombosis serebri ialah
timbulnya defisit neurologik secara mendadak/subakut, didahului
gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari
50 tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan
normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat
dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskmik dan
edema7.
GPDO akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda,
mendadak dan pada waktu aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai
tempat yakni kelainan jantung atau ateroma yang terlepas. Kesadaran
dapat menurun bila embolus cukup besar. Likuor serebrospinalis adalah
normal7.
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan
sistem vertebrobasilar. Gangguan pada sistem karotis menyebabkan8:
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
b. Ultrasonografi
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan
gelombang suara untuk menciptakan citra. Pendaian ini digunakan
untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau pembekuan di
arteri utama. Prosedur ini aman, tidak menimbulkan nyeri, dan relatif
cepat (sekitar 20-30 menit).
c. Angiografi otak
Angiografi otak adalah penyuntikan suatu bahan yang tampak
dalam citra sinar-X kedalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan
sinar-X kemudian dapat memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah
di kepala dan leher. Angiografi otak menghasilkan gambar paling
akurat mengenai arteri dan vena dan digunakan untuk mencari
penyempitan atau perubahan patologis lain, misalnya aneurisma.
Namun, tindakan ini memiliki resiko kematian pada satu dari setiap
200 orang yang diperiksa.
d. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum
jelas. Sebagai contoh, tindakan ini dapat dilakukan untuk
menyingkirkan infeksi susunan saraf pusat serta cara ini juga
dilakukan untuk mendiagnosa perdarahan subaraknoid. Prosedur ini
memerlukan waktu sekitar 10-20 menit dan dilakukan di bawah
pembiusan lokal.
d. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama
jantung atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab
stroke. Prosedur EKG biasanya membutuhkan waktu hanya
beberapa menit serta aman dan tidak menimbulkan nyeri.
e. Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan
untuk mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru.
Bagi pasien stroke, cara ini juga dapat memberikan petunjuk
mengenai penyebab setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini
cepat dan tidak menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian
khusus untuk melindungi pasien dari pajanan radiasi yang tidak
diperlukan (Feigin, 2009).
f. Pemeriksaan darah dan urine
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
penyebab stroke dan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip
stroke. Pemeriksaan yang direkomendasikan:
Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine
untuk mengidentifikasi infeksi dan penyakit ginjal
1. Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti
trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia (termasuk
sikle cell disease).
2. Laju endap darah untuk medeteksi terjadinya giant cell arteritis
atau vaskulitis lainnya.
3. Serologi untuk sifilis.
4. Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau
hiperglikemia.
5. Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke
Sistem skor
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat
penting dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf
ketepatan pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-
hemoragik yang dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter
yang bekerja di daerah terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang
sangat terbatas dan belum tersedianya pemeriksaan penunjang yang
memadai (misalnya CT-Scan). Untuk itu beberapa peneliti mencoba
membuat perbedaan antara kedua jenis stroke dengan menggunakan
tabel dengan sistem skor.
Skor Siriraj
1 Compos mentis 0
Kesadaran ( x 2,5 ) Mengantuk 1
Semi koma, koma 2
2 Tidak 0
Muntah ( x 2 )
Ya 1
3 Nyeri kepala dalam Tidak 0
2 jam ( x 2 ) Ya 1
4 Tekanan Diastolik ( DBP ) DBP x 0,1
5 Atheroma markers ( x 3 ) Tidak 0
diabetes, angina, Satu atau lebih 1
claudicatio intermitten
Konstanta - 12
Total skor =
Interpretasi skor
Skor ≤ -1 = Non hemoragik
≥1 = Hemoragik
2.10. Prognosis
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran status
neurologiknya stelah dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan maturasi
1. Victor M., Ropper AH. Principles of Neurology. 7th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies Inc. 2001: 1608-24.
2. Pohjasvaara T., Leppavuori A., Siira I., Vataja R., Kaste M., Erkinjuntti
T. Frequency and Clinical Determinants of Poststroke Depression.
Stroke, 1998; 29: 2311-17.
3. Gusev E., Skvorsova VI. Brain Ischemia. New York: Kluwer
Academic/Plenum Publisher. 2003: 9-19.
4. Hachinski V., Norris JW. The Acute Stroke. Philadelphia: FA Davis
Company. 1985: 245-51.
5. DiPiro JT., et all. Pharmacoterapy Handbook: a Pathophysiologic
Approach. 6th ed. United States of America: McGraw Hill Companies.
2005.
6. Mansjoer A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3, Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Media Ausculapius FKUI. 2000.
7. Aliah A., Kuswara FF., Limoa RA., Wuysang. Gangguan Peredaran
Darah Otak. Dalam: Kapita Selekta Neuorologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2003: 79-102.
8. Hadinoto S., Setiawan, Soetedjo. Stroke Non Hemoragis. Dalam:
Pengelolaan Mutakhir Stroke. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. 1992: 1-46.
9. Mardjono M., Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan
Saraf. Dalam: Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 1994:
267-301.
10. Setyopranoto I. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK, 2011; 185
(38): 247-250.
11. Hacke W., Hennerici M., Gelmers HJ., Kramer G. Epidemiology and
Classification of Strokes. In: Ischemia. Germany: Springer-Verlag.
1991: 40-8.
12. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
13. Feigin V. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan
stroke. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta. 2009: 29-30.