Anda di halaman 1dari 16

Persamaan Pembentuk Aliran

(Governing Equations)

Persamaan dasar pembentuk aliran fluida dan perpindahan panas adalah dikembangkan
dari tiga hukum kekekalan fisika. Hukum tersebut adalah hukum kekekalan masa, Hukum
kekekalan momentum dan Hukum kekekalan energi. Hukum – hokum tersebut didiskusikan
dalam koordinat kartesius.

2.1.1 Hukum kekekalan masa


Memandang dimensi sebuah elemen kecil dari fluida dalam dua dimensi 𝜕𝑥 dan
𝜕𝑦 seperti yang ditampilkan dalam gambar 2.1. Konsep utama dari sini adalah pertambahan
masa dalam volume yang terkontrol adalah sama dengan jumlah aliran masa yang masuk dan
keluar dari system tersebut.
𝜕𝑀
= ∑𝑖𝑛 𝑚̇ − ∑𝑜𝑢𝑡 𝑚̇
𝜕𝑟

Dimana M adalah massa yang terus seketika terperangkap didalam element fluida dan 𝑚̇
adalah aliran massa yang melewati permukaan dati element.

Gambar 2.1 Sebuah element fluida untuk kekekalan massa dalam 2 dimensi

Menggunakan symbol dari gambar, persamaan dapat dikembangkan menjadi


𝜕 𝜕𝜌𝑢 𝜕𝜌𝑣
(𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦) = 𝜌𝑢𝛿𝑦 + 𝜌𝑣𝛿𝑥 − (𝜌𝑢 + 𝛿𝑥) 𝛿𝑦 − (𝜌𝑣 + 𝛿𝑦)𝛿𝑥
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦

Menyelesaikan persamaan ini dan membaginya dengan ukuran dari element 𝛿𝑥𝛿𝑦
menghasilkan

𝜕𝜌 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣)
+ + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦

Ntuk mengembangkan persamaan yang sama untuk aliran tiga dimensi, element fluid
yang sama ditunjukan dengan gambar 2.2. Pada gambar, kecepatan dari arah sumbu z adalah
w. Dengan menggunakan konsep digambarkan pada gambar, persamaan (2.1) menghasilkan

𝜕 𝜕𝜌𝑢
(𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧) = 𝜌𝑢𝛿𝑦𝛿𝑧 + 𝜌𝑣𝛿𝑥𝛿𝑧 + 𝜌𝑤𝛿𝑥𝛿𝑦 − (𝜌𝑢 + 𝛿𝑥) 𝛿𝑦𝛿𝑧
𝜕𝑡 𝜕𝑥
𝜕𝜌𝑣 𝜕𝜌𝑤
− (𝜌𝑣 + 𝛿𝑦) 𝛿𝑥𝛿𝑧 − (𝜌𝑤 + 𝛿𝑧) 𝛿𝑥𝛿𝑦
𝜕𝑦 𝜕𝑧

Menyelesaikan persamaan ini dan membagi sisanya dengan ukuran dari element tersebut,
𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 menghasilkan

𝜕𝜌 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)


+ + + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Mengunakan operator divergence, persamaan (2.5) dapat ditulis sebagai

𝜕𝜌
+ ∇. (𝜌𝑉) = 0
𝜕𝑡
Gambar 2.2 Elemen – Elemen Konservasi Massa Fluida pada Bidang 3 Dimensi

Rumus Konservasi Massa ditunjukkan pada persamaan rumus 2.5 dapat ditulis menjadi

     u v w 
u v w  
    0
t x y z  x y z 

Kemudian persamaan didefinisikan menjadi :

D   u      
 v w 0
Dt t x y z

Operasi Divergensinya adalah :

u v w
   
x y z

Persamaan 2.7 dapat disederhanakan menjadi :

D
     0
Dt

Persamaan di atas adalah bentuk umum dari hukum kekekalan massa atau juga dikenal sebagai
persamaan kontinuitas. Dalam keadaan aliran yang tidak dapat ditekan (Incompressible Flow),
dengan mengabaikan variasi temporal dan spasial dalam kerapatan massa, maka persamaan ini
dapat disederhanakan dengan memberikan 𝐷𝜌/𝐷𝑡 pada persamaan tersebut. Dalam notasi
tensor, persamaan kontinuitas dapat dituliskan menjadi :

 
 ui   0
t xi

Dimana 𝑥𝑖 , 𝑖 = 1,2,3 mengacu pada sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧 masing-masing.

2.1.2 Hukum Konservasi dari Momentum


Hukum ini juga dikenal sebagai hukum kedua Newton. Hukum tersebut mengatakan besar gaya
resultan sebanding lurus dengan percepatan dan berbanding terbalik dengan massa. Elemen
kecil dari fluida pada kasus dua dimensi dengan dimensi 𝛿𝑥 dan 𝛿𝑦 pada Gambar 2.3. Dalam
kasus dua dimensi, gaya dalam arah sumbu 𝑥 dan sumbu 𝑦 yang hanya dipertimbangkan. Pada
gambar tersebut hanya gaya pada arah sumbu 𝑥 yang disajikan. Gaya yang terjadi pada
permukaan adalah tekanan, tegangan normal dan distribusi tegangan. Pusat gaya ditulis dengan
lambing 𝑓, didefinisikan menjadi unit massa pada bagian tengah dari elemen fluida. Pada kasus
sebenarnya dapat didefinisikan sebagai gravitasi, elektrikal, dan gaya magnetik.

Gambar 2.3. Suatu elemen fluida pada konservasi momentum dalam kasus dua dimensi

Hukum kedua Newton dalam arah x dapat ditulis sebagai :

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚. 𝑎𝑥 (2.11)

,dimana Fx dan ax masing-masing adalah gaya resultan dan percepatan pada arah x. Dengan
substitusi semua gaya yang bekerja seperti pada gambar dan menggunakan definisi percepatan
ax=Du/Dt, persamaan (2.11) dapat didefinisikan sebagai :
𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝐷𝑢
[𝑝 − (𝑝 + 𝜕𝑥 𝛿𝑥)] 𝛿𝑦 + [𝜎𝑥 + 𝛿𝑥 − 𝜎𝑥 ] 𝛿𝑦 + [𝜏𝑦𝑥 + 𝛿𝑦 − 𝜏𝑦𝑥 ] + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 = 𝑚 𝐷𝑡
𝜕𝑥 𝜕𝑦
(2.13)

Selesaikan persamaan ini dan substitusi massa 𝑚 = 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 memberikan :

𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝐷𝑢
− 𝜕𝑥 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 = 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 𝐷𝑡 (2.14)
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Bagikan persamaan diatas dengan 𝛿𝑥𝛿𝑦, maka kita akan dapatkan persamaan yang lebih
sederhana seperti berikut :

𝐷𝑢 𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝜕𝑥 + + + 𝜌𝑓𝑥 (2.15)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Untuk memberikan persamaan lengkap momentum pada elemen fluida kecil untuk
kasus tiga dimensi yang diperlihatkan dalam gambar 2.4. Dalam gambar hanya diperlihatkan
gaya pada arah x. Sebagai catatan untuk kasus tiga dimensi, ada enam tegangan normal dan
enam tegangn gunting yang bekerja pada permukaan. Gaya-gaya ini, dua gaya yang bersumber
dari distribusi tekanan dan gaya bersumber dari benda diperlihatkan dalam gambar.

Substitusikan gaya-gaya ini kedalam Hukum kedua Newton dalam persamaan (2.11)
memberikan :
𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥
[𝑝 − (𝑝 + 𝜕𝑥 𝛿𝑥)] 𝛿𝑦𝛿𝑧 + [𝜎𝑥𝑥 + 𝛿𝑥] 𝛿𝑦𝛿𝑧 + [𝜏𝑦𝑥 + 𝛿𝑦 − 𝜏𝑦𝑥 ] 𝛿𝑥𝛿𝑧 + [𝜏𝑧𝑥 +
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝜏𝑧𝑥 𝐷𝑢
𝛿𝑧 − 𝜏𝑧𝑥 ] 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 = 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 𝐷𝑡 (2.16)
𝜕𝑧

Selesaikan persamaan ini dan bagi dengan 𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧, hasilnya adalah persamaan yang lebih
sederhana seperti berikut ini :

𝐷𝑢 𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝜕𝜏𝑧𝑥


𝑝 𝐷𝑡 = 𝜕𝑥 + + + + 𝜌𝑓𝑥 (2.17a)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Gambar 2.4a Sebuah momentum elemen fluida konservasi dalam kasus tiga dimensi

Dengan menggunakan cara yang sama,persamaan – persamaan pada arah y dan z adalah :

𝐷𝑣 𝜕𝑝 𝜕𝜏𝑥𝑦 𝜕𝜎𝑦𝑦 𝜕𝜏𝑧𝑦


𝜌 𝐷𝑡 = − 𝜕𝑦 + + + + 𝜌𝑓𝑦 (2.17b)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Dan

𝐷𝑤 𝜕𝑝 𝜕𝜏𝑥𝑧 𝜕𝜎𝑦𝑧 𝜕𝜏𝑧𝑧


𝜌 = − 𝜕𝑦 + + + + 𝜌𝑓𝑧 (2.17c)
𝐷𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
Secara berurutan.Persamaan diatas didapatkan dari elemen fluida yang bergerak bersamaan
dengan aliran atau dikenal dengan bentuk non-konservasi.Sehingga turunan harus diubah
menjadi bentuk konservatif. Contohnya, proses konsevasi dari Du/Dt ditunjukkan sebagai
berikut.
𝐷𝑢 𝜕𝑢
𝜌 𝐷𝑡 = 𝜌 𝜕𝑡 + 𝜌⋁. ∇𝑢(2.18)

Ekspansikan turunan – turunan berikut dan mengingat vektor untuk divergen dari hasil skalar
dikali dengan sebuah vektor akan menghasilkan
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝑢 𝜕𝜌
=𝜌 +𝑢 (2.19)
𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡

Dan

∇. (𝜌𝑢⋁) = 𝑢∇. (𝜌⋁) + (𝜌⋁). ∇𝑢(2.20)

Substitusi persamaan (2.19) dan persamaan (2.20) menjadi persamaan (2.18) didapatkan
𝐷𝑢 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝜌
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝑢 𝜕𝑡 + ∇. (𝜌𝑢⋁) − 𝑢∇. (𝜌⋁)(2.21)
𝜕𝑡

Yang dapat disusun menjadi


𝐷𝑢 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝜌
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝑢 + ∇. (𝜌𝑢⋁) − 𝑢 [ 𝜕𝑡 + ∇. (𝜌⋁)](2.22)
𝜕𝑡

Suku terakhir persamaan ini sama dengan nol seperti yang ditunjukkan pada persamaan
(2.6).Sehingga persamaan (2.22) dapat ditulis menjadi
𝐷𝑢 𝜕(𝜌𝑢)
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝑢 + ∇. (𝜌𝑢⋁)(2.23)
𝜕𝑡

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.23) menjadi persamaan (2.17)menghasilkan


persamaan momentum pada arah sumbu x dalam bentuk konservasi.

𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝑝 𝜕𝜏𝑥𝑥 𝜕𝜎𝑦𝑥 𝜕𝜏𝑧𝑥


+ ∇. (𝜌𝑢⋁) = − 𝜕𝑦 + + + + 𝜌𝑓𝑥 (2.24a)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Dengan cara yang sama,persamaan pada arah sumbu y dan z ,secara berurutan adalah

𝜕(𝜌𝑣) 𝜕𝑝 𝜕𝜏𝑥𝑦 𝜕𝜎𝑦𝑦 𝜕𝜏𝑧𝑦


+ ∇. (𝜌𝑣⋁) = − 𝜕𝑦 + + + + 𝜌𝑓𝑦 (2.24b)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

𝜕(𝜌𝑤) 𝜕𝑝 𝜕𝜏𝑥𝑧 𝜕𝜎𝑦𝑧 𝜕𝜏𝑧𝑧


+ ∇. (𝜌𝑤⋁) = − 𝜕𝑦 + + + + 𝜌𝑓𝑧 (2.24c)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Persamaan 2.24 juga dikenal sebagai persamaan Navier-Stoke dalam bentuk konservasi.
Jikategangan tehadap kurvalaju regangancairandiplot, ada duafenomenadapat
diperoleh. Mereka adalahfluida dengankurvalinierdan satu dengankurvanon-linier.
Cairandengankurvalinierdikenal sebagaicairanNewtonian, sebagaicontoh adalahair.
Cairandengankurvanon-linier dikenal sebagaicairannon-Newtonian, sebagai contoh
adalahdarah. Padadisertasiini kamihanya mempertimbangkancairanNewtonian. Untukcairan ini,
tegangan normaldapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝜕𝑢
𝜎𝑥𝑥 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 𝜕𝑥 (2.25a)

𝜕𝑣
𝜎𝑦𝑦 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 𝜕𝑦 (2.25b)

𝜕𝑤
𝜎𝑧𝑧 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 (2.25c)
𝜕𝑧

Dan tegangan gunting :


𝜕𝑣 𝜕𝑢
𝜏𝑥𝑦 = 𝜏𝑦𝑥 = 𝜇 [𝜕𝑥 + 𝜕𝑦] (2.26a)

𝜕𝑢 𝜕𝑤
𝜏𝑥𝑧 = 𝜏𝑧𝑥 = 𝜇 [ 𝜕𝑧 + ] (2.26b)
𝜕𝑥

𝜕𝑤 𝜕𝑣
𝜏𝑦𝑧 = 𝜏𝑧𝑦 = 𝜇 [ + ] (2.26c)
𝜕𝑦 𝜕𝑧

di manaμadalahgradientegangan terhadap kurvalaju reganganataudikenal


sebagaiviskositasmolekul(sangat populer sebagai viskositasdinamis)
danμ’adalahviskositaskedua. Keduaviskositasituterkait denganviskositasmassal(k)
olehpersamaan
2
k = 3 μ + μ’

Secara umum,diyakini bahwaviskositasmassaldiabaikankecualidalam studistrukturgelombang


kejutdan pada penyerapandan redamandarigelombang akustik. Dengan kata lain,untuk hampir
semuacairan, viskositasmassalsama dengan nolatau k=0. Jadiviskositaskeduamenjadi
2
μ’= 3 μ

Sebagai catatan, hipotesis inidiperkenalkan oleh Stokes pada tahun 1845. Meskipun hipotesis
ini masih belum sepenuhnya dikonfirmasi, bagaimanapun,sering digunakan sampai hari ini.
Karya inidisertakan.
Mengganti hipotesis dan persamaan tegangan gunting normal dan geserke dalam
persamaan(2.24) kita memperoleh persamaan lengkap Navier-Stokes.
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑢𝑢) 𝜕(𝜌𝑢𝑣) 𝜕(𝜌𝑢𝑤) 𝜕𝑝 𝜕 2 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ + + = − 𝜕𝑥 + 𝜕𝑥 [3 𝜇 (2 𝜕𝑥 − 𝜕𝑦 − )]
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑧

𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕 𝜕𝑤 𝜕𝑢
+ 𝜕𝑦 [𝜇 (𝜕𝑦 + 𝜕𝑥)] + 𝜕𝑧 [𝜇 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 )] + 𝜌𝑓𝑥 (2.29a)

𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑢𝑣) 𝜕(𝜌𝑣𝑣) 𝜕(𝜌𝑣𝑤) 𝜕𝑝 𝜕 2 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕𝑤


+ + + = − 𝜕𝑦 + 𝜕𝑦 [3 𝜇 (2 𝜕𝑦 − 𝜕𝑥 − )]
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑧

𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ 𝜕𝑥 [𝜇 (𝜕𝑥 + 𝜕𝑦)] + 𝜕𝑧 [𝜇 (𝜕𝑧 + 𝜕𝑦 )] + 𝜌𝑓𝑦 (2.29b)

𝜕(𝜌𝑤) 𝜕(𝜌𝑢𝑤) 𝜕(𝜌𝑣𝑤) 𝜕(𝜌𝑤𝑤) 𝜕𝑝 𝜕 2 𝜕𝑤 𝜕𝑢 𝜕𝑣


+ + + = − 𝜕𝑧 + 𝜕𝑧 [3 𝜇 (2 𝜕𝑧 − 𝜕𝑥 − 𝜕𝑦)]
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦

𝜕 𝜕𝑤 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ 𝜕𝑥 [𝜇 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 )] + 𝜕𝑦 [𝜇 (𝜕𝑧 + 𝜕𝑦 )] + 𝜌𝑓𝑧 (2.29c)

Persamaan ini dapat ditulis lebih sederhana lagi dengan menggunakan persamaan tensor
sebagai

𝜕(𝜌𝑢𝑖 ) 𝜕(𝜌𝑢𝑖 𝑢𝑗 ) 𝜕𝑝 𝜕 𝜕𝑢𝑖 𝜕𝑢𝑗 2 𝜕𝑢𝑘


+ =− + [𝜇 ( − − 𝛿𝑖𝑗 𝜇 )] + 𝜌𝑓𝑖
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑗 𝜕𝑥𝑗 𝜕𝑥𝑖 3 𝜕𝑥𝑘

Dimanai,j,k = 1,2,3 ditunjuk kan pada masing-masing sumbu x,y,z

2.1.3 Hukum Konservasi Energi

Pada bagian ini, prinsip fisik ketiga yaitu konservasi energy diterapkan. Prinsip ini mengatakan
perubahan tingkat energi di dalam (Ė) sebuah elemen yang sama dengan jumlah dari fluks
panas (Q) ke elemen danusaha Ẇ yang dilakukan pada elemen oleh gaya benda dan
permukaan. Hukum ini dapat ditulis sebagai Ė = Q + Ẇ

Hasil usaha yang dilakukan pada elemen oleh gaya benda dan permukaan pertamaakan
dievaluasi. Pertimbangkan elemen kecil cairan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. gaya yang
dipertimbangkan di sini adalah kekuatan akibat medan tekanan, karena tekana nnormal
dantekanan geser, dan karenakan gaya pada benda. Sebagai catatan defines itingkat kerja yang
dilakukan pada elemen adalah gaya dikalikan dengan kecepatan. Dengan demikian, semua gaya
harus dipertimbangkan disini. Namun,sangat diharuskan jika semua gaya ditarik dalam konteks
elemen yang sama. Dalam rangka untuk membuatnya sederhana, hanya gaya disumbu x yang
ditunjukkan pada gambar. Gaya iniakan dievaluasi terlebih dahulu dan dengan cara yang samaa
kan digunakan untuk mengevaluasi usaha oleh gaya disumbu y dan z.
Gambar 2.5 Usaha yang dihasilkan oleh gaya pada sumbu x

Menggunakan definisi tersebut,usaha yang dilakukan oleh gaya di sumbu x dihitung dengan
persamaan berikut.

𝑊̇𝑥 = ∑ 𝑢𝐹𝑥

Substitusikan semua gaya yang di tunjukkan pada gambar ,yaitu

Pemecahan persamaan ini dan menhasilkan δV=δxδyδz

Dengan cara yang sama akan mendapatkan usaha oleh gaya padasumbu y dan z

𝜕(𝑣𝑝) 𝜕(𝑣𝜏𝑥𝑦) 𝜕(𝑣𝜎𝑦𝑦) 𝜕(𝑣𝜏𝑧𝑦)


𝑊̇𝑦 = [− 𝜕𝑦 + 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 + 𝜕𝑧 + 𝑣𝜌𝑓𝑦 ] 𝛿𝑉 (2.34b)
𝜕(𝑤𝑝) 𝜕(𝑤𝜏𝑥𝑧) 𝜕(𝑤𝜎𝑦𝑧) 𝜕(𝑤𝜏𝑧𝑧)
𝑊̇𝑧 = [− 𝜕𝑧 + 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 + 𝜕𝑧 + 𝑤𝜌𝑓𝑧 ] 𝛿𝑉 (2.34c)

Total dari rata-rata kerja paa elemen fluida adalah penjumlahan dari situasi ini. Rata-rata dari
kerja itu adalah

𝜕 𝜕
𝑊̇ = [−∇(𝑝𝑉) + 𝜕𝑥 (𝑢𝜎𝑥𝑥 + 𝑣𝜏𝑥𝑦 + 𝑤𝜏𝑥𝑧 ) + 𝜕𝑦 (𝑢𝜏𝑦𝑥 + 𝑣𝜎𝑦𝑦 + 𝑤𝜏𝑦𝑧 )] 𝛿𝑉

𝜕
+ 𝜕𝑧 [𝑢𝜏𝑧𝑥 + 𝑣𝜏𝑧𝑦 + 𝑤𝜎𝑧𝑧 + 𝜌𝑓. 𝑉]𝛿𝑉 (2.35)

Pembahasan selanjutnya adalah nilai netdari fluks panas menjadi elemen fluida. Ada dua
sumber fluks panas ini. Pertama adalah karena pertambahan panas di dalam elemen, seperti
adsorpsi panas, reaksi kimia, atau radiasi.Kedua adalah perpindahan panas ke elemen di
seberang permukaan karena perbedaan suhu. Tentukan panas volumetrik yang dihasilkan
dalam elemen sebagai 𝑞̇ dan kecepatan transfer panas di seluruh permukaan dalam x-, y- , dan
z- arahnya adalah 𝑞𝑥̇ , 𝑞̇ 𝑦 dan 𝑞̇ 𝑧 berurutan. Semua sumber ditunjukkan pada Gambar 2. 6.
Menggunakan semua sumber-sumber yang ditunjukkan pada gambar, sehingga nilai net dari
fluks panas menjadi elemen dapat dihitung sebagai :
Gambar 2.6 aliran panas di permukaan elemen fluida

Fluks panas dalam persamaan di atas dapat dihitung dengan menggunakan hukum Fourier, dan
sebanding dengan gradien suhu setempat. Dimana , panas
fluks dalam x-,y-, dan z- secara berurutan.

Nilai k adalah konduktivitas termal . Dengan demikian ,persamaan (2.37) bias ditulis menjadi :

(2.38)

Kemudian kita akan menghitung perubahan tingkat energi di dalam elemen fluida
dalam persamaan (2.31). Di sini, energi adalah total energi dalam elemen fluida. Ini adalah
jumlah energy dalam dan enrgi kinetic berdasarkan kecepatan elemen. Di satu sisi, menurut
termodinamika klasik, 11ineti dalam tersebut terkait dengan jumlah translasi, rotasi, dan
elektronik dari molekul-molekulnya. Dalam bab ini kita tidak akan membahas ke dalam
perhitungan energi molekul. Hanya menentukan bahwa semua energi ini didefinisikan sebagai
energy dalam yang per massa elemen fluida, yang dilambangkan sebagai i. Di sisi lain, energy
kinetik dari elemen cairan dapat dihitung dengan mempertimbangkan semua komponen
kecepatan. Rumus energy kinetic per massa adalah V2/2 , dimana V2=u2+v2+w2. Dengan
menggunakan penjelasan tadi,maka nilai perubahan energy didalam elemen fluida dapat dicari
menggunakan persamaan berikut :

(2.39)

Dengan mensubsitusikan pengembangan dari persamaan (2.31) kita mendapatkan rumus


umum enery

(2.40)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan energi dalam bentuk non-konservasi dan
mengandung energy dalam bentuk energy total, energy dalam dan energy kinetik. Sebagai
catatan persamaan di atas hanyalah salah satu dari berbagai bentuk persamaan energy. Selain
itu, tidak jelas menunjukkan hubungan dari semua parameter. Sebagai contoh, jika kita ingin
menggunakan persamaan ini untuk menghitung suhu lingkungan, tampaknya akan tertutp di
sisi kiri dari persamaan. Karena begitu, persamaan ini perlu diubah menjadi bentuk yang lebih
spesifik.

Dalam rangka untuk mengubah persamaan energy menjadi bentuk yang lebih spesifik,
kita sebut lagi persamaan momentum dalam persamaan (2.17). Perhatikan persamaan
momentum di x-arah dan beberapa oleh komponen kecepatan yang dibrekan.

(2.41)

Dengan menggunakan definisi dari persamaan diatas dapat ditulis


menjadi :

(2.42a)

Dengan memakai cara yang sama untuk momentum di arah y- dan z-

(2.42b)

(2.42c)

Menambah persamaan (2.42) dan mengunakan defenisi 𝑉 2 = 𝑢2 + 𝑣 2 + 𝑤 2 menghasilakn


persamaan.mengurangi persamaan yang dihasilkan dari persamaan energi dalam bentuk umum
dari persamaan (2.40), kita memperoleh

(2.43)
Persamaanenergi di atas adalah persamaan dalam bentuk non-konservasi dan tangan kiri
mengandung internal hanya energi.Dengan kata lain, istilah kinetic dan kekuatan tubuh putus.
Normal dan geser tegangan lakukan muncul dalam persamaan.Hal ini sangatnya manuntuk
mengubah istilah-istilah ini kedalam komponen kecepatan.Untuk melakukannya, memanggil
hubungan dalam persamaan (2.25) ke (2.26) untuk cairan Newtonian itu. Dengan demikian,
persamaan (2.43) diubah menjadi

(2.44)

Mengganti normal dan geser hubungan tekanan, hasil

𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌 = 𝜌𝑞̇ + (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ
𝐷𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧

Dalam rangka untuk membuat persamaan ini terlihat lebih mudah, semua efek viskos
dikelompokkan menjadi faktor.Faktor ini dikenal sebagai disipasifunction F, yang dapat ditulis
ulang dari persamaan di atas sebagai
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤 2 𝜕𝑢 2 𝜕𝑣 2 𝜕𝑢 2 𝜕𝑢 𝜕𝑣 2 𝜕𝑢 𝜕𝑤 2 𝜕𝑣 𝜕𝑤 2
Φ = 𝜇′{ + + } + 𝜇 {2 ( ) + 2 ( ) + 2 ( ) + ( + ) + ( + ) + ( + ) } (2.46)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦

Dengan menggunakan fungsi ini, persamaan energy dikembangkan sejauh dapatditulis sebagai

𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌 = (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ (2.47)
𝐷𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧

Istilah turunan materi di sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa masih dalam bentuk
non-konservasi.dibentuk konservasi dapat ditulis sebagai
𝜕(𝜌𝑖) 𝜕(𝜌𝑢𝑖) 𝜕(𝜌𝑣𝑖) 𝜕(𝜌𝑤𝑖) 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
+ + + = (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ (2.48)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧

Dalam rangka untuk mengubah persamaan ini agar berisi suhu di sisi kiri, persamaan negara
yang menunjukkan hubungan antara energi internal dan suhu dapat digunakan.Sebagai contoh,
kami menggunakan hubungan sederhana energi internal yang , dimana c adalah
kapasitas panas fluida. Mengganti hubungan ini, kita mendapatkan persamaan

𝜕(𝜌𝑐𝑇) 𝜕(𝜌𝑐𝑢𝑇) 𝜕(𝜌𝑐𝑐𝑇) 𝜕(𝜌𝑐𝑤𝑇)


+ + + =
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
(𝑘 𝜕𝑥 ) + (𝑘 𝜕𝑦) + (𝑘 𝜕𝑧 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ (2.49)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥

Sebagaicatatan, tujuan memecahkan persamaan energy untuk mendapatkan distribusi suhu


dalam medan aliran.Karena begitu, perlu disajikan dalam hal persyaratansuhu. Sekarang jelas
menunjukkan bahwa persamaan energy dalam jangka suhu saja.

Persamaan energy ditunjukkan dalam persamaan (2.49) dapat ditulis dengan lebih kompak
dengan menggunakan persamaan tensor sebagai

𝜕(𝜌𝑐𝑇) 𝜕(𝜌𝑐𝑇) 𝜕 𝜕𝑇 𝛿𝑢
𝛿𝑡
+
𝛿𝑥𝑖
=
𝛿𝑥𝑖
(𝑘 𝛿𝑥 ) − 𝑝 𝛿𝑥𝑖 + 𝜌𝑞̇ + Φ (2.50)
𝑖 𝑖

Dimana i, j, k = 1,2,3 dianggap menjadi sumbu x, y, z. jika beberapa asumsi telah di usulkan,
dalam beberapa situasi persamaan energy (2.50) telah di hilangkan. Dengan mudah, jika
kekentalan konstan atau cairan tidak dapat di kompres, maka 𝑝𝜕𝑈𝐼 /𝜕𝑈𝐼 akan sama dengan 0.
Sebagai tambahan , jika viscous dissipation tidak di anggap, keadaan Φ akan diturunkan dari
persamaan. Dan juga, jika panas yang mengalir kedalam adalah elemen adalah 0, itu akan
diturunkan juga.

2.1.4 Kesimpulan dari persamaan pembentuk


Meskipun hasil persamaan terlihat sangat sulit, bagaimanapun semua itu dating dari tiga
persamaan hokum kekekalan yang sederhana, massa adalah kekal, momentum adalah kekal,
dan energi adalah kekal. Didalam 3 dimensi , hukum menghasilkan lima turunan persamaan.
Persamaan itu membentuk sistem persamaan turunan parsial nonlinear. Maka, sangat sulit
untuk menyelesaikan persamaan itu secara analitik, tidak ada solusi umum untuk persamaan
tersebut. Berberapa orang optimis mengatakan solusi belum ditemukan dan belum ada
laporan. Dengan kata lain, solusi umum bukan berarti tidak ada tetapi hanya belum ditemukan
oleh peneliti. Persamaan tersebut merupakan masalah terbuka tanpa solusi analisis selama 200
tahun. Institute clay mathematics, sebuah organisasi mandiri yang tidak berlaba yang berada di
Cambridge, Massachusetts telah menyebut persamaan Navier-Stokes adalah satu dari 7
persamaan yang paling penting dalam mathematika. Organisasi itu telah memberikan satu
miliar dollar US untuk penyelesaiannya. Saat ini, tidak ada seorang pun yang telah
mendapatkan penghargaan uang ini. Solusi analitis masih terbuka. Metode penyelesaian lain
untuk menyesaikan persamaan itu adalah metode numerik. Ini adalah sub bab paling penting.
Di metode ini, persamaan akan diselesaikan secara diturunkan untuk mendapatkan solusi
terdekat untuk penyelesaian tersebut. Bagaimana metode ini bekerja akan di diskusikan pada
seksi berikutnya.

Kita sekarang akan menyimpulkan semua persamaan pembentuk . Mereka ada


beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk menghasilkan persamaan pembentuk. Beberapa
bentuk telah digunakan pada bagian sebelumnya. Kemungkinan bentuk yang lain dapat
digunakan untuk menyimpulkan persamaan tersebut. Dalam transisi tiga dimensi dari fluida
Newtonian yang dapat dikompres, bentuknya seperti dibawah ini.

Persamaan continu
𝛿𝜌
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑉) = 0 (2.51)
𝛿𝑡

Persamaan Momentum

Momentum – x :
𝛿(𝜌𝑢) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑢𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑢) − 𝛿𝑥 + 𝑆𝑢 (2.52a)
𝛿𝑡

Momentum - y :
𝛿(𝜌𝑣) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑣𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑣) − 𝛿𝑦 + 𝑆𝑣 (2.52b)
𝛿𝑡

Momentum – z :
𝛿(𝜌𝑤) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑤𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑤) − 𝛿𝑧 + 𝑆𝑤 (2.52c)
𝛿𝑡

Persamaan Energy
𝛿(𝜌𝑐𝑇)
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑐𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝑘 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑇) + 𝑆𝑇 (2.53)
𝛿𝑡
Dimana Su, Sv, Sw, dan ST adlah sumber yang memiliki relasi dengan u, v, w, dan T, begitu juga
sebaliknya. Sumber itu dapat dikalkulasikan dengan membandingkan tiga persamaan dengan
bentuk sebelumnya.

Objek utama dari membentuk persamaan tersebut menjadi bentuk yang seperti
ditunjukan adalah untuk menghasilkan bentuk umum. Meninjau persamaan 2.51 sampai 2.53
dengan jelas ditunjukkan. Jika kita memperkenalkan variable umum ϕ bentuk kekekalan dari
semua persamaan pembentuk dapat ditulis dalam bentuk dibawah.
𝛿(𝜌ϕ)
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌ϕ𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(Γ 𝑔𝑟𝑎𝑑 ϕ) + 𝑆ϕ (2.54)
𝛿𝑡

Dengan kata lain rata-rata penjumlahan dari ϕ elemen fluida dan rata-rata aliran dari ϕ yang
keluar dari elemen fluida adlah sama dengan rata-rata penjumlahan dari peningkatan ϕ dalam
kaitan dengan difusi dan rata-rata peningkatan dari ϕ yang berkaitan dengan sumber.
Persamaan 2.54 adalah dikenal sebagai persamaan transportasi untuk ϕ. Itu dengan jelas
menunjukkan persamaan itu dapat dibagi menjadi 4 persamaan. Persamaan tersebut adalah
rata- rata perubahan dari transisi, persamaan penghubung tersebut, persamaan difusi (Γ adlah
koefisien dari difusi) dan persamaan awal. Maka kita menutup seksi dengan memecahkan
persamaan 2.54 dengan numeric dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan pembentuk
metode untuk menyelesaikan persamaan ini akan didiskusikan pada sesi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai