(Governing Equations)
Persamaan dasar pembentuk aliran fluida dan perpindahan panas adalah dikembangkan
dari tiga hukum kekekalan fisika. Hukum tersebut adalah hukum kekekalan masa, Hukum
kekekalan momentum dan Hukum kekekalan energi. Hukum – hokum tersebut didiskusikan
dalam koordinat kartesius.
Dimana M adalah massa yang terus seketika terperangkap didalam element fluida dan 𝑚̇
adalah aliran massa yang melewati permukaan dati element.
Gambar 2.1 Sebuah element fluida untuk kekekalan massa dalam 2 dimensi
Menyelesaikan persamaan ini dan membaginya dengan ukuran dari element 𝛿𝑥𝛿𝑦
menghasilkan
𝜕𝜌 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣)
+ + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦
Ntuk mengembangkan persamaan yang sama untuk aliran tiga dimensi, element fluid
yang sama ditunjukan dengan gambar 2.2. Pada gambar, kecepatan dari arah sumbu z adalah
w. Dengan menggunakan konsep digambarkan pada gambar, persamaan (2.1) menghasilkan
𝜕 𝜕𝜌𝑢
(𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧) = 𝜌𝑢𝛿𝑦𝛿𝑧 + 𝜌𝑣𝛿𝑥𝛿𝑧 + 𝜌𝑤𝛿𝑥𝛿𝑦 − (𝜌𝑢 + 𝛿𝑥) 𝛿𝑦𝛿𝑧
𝜕𝑡 𝜕𝑥
𝜕𝜌𝑣 𝜕𝜌𝑤
− (𝜌𝑣 + 𝛿𝑦) 𝛿𝑥𝛿𝑧 − (𝜌𝑤 + 𝛿𝑧) 𝛿𝑥𝛿𝑦
𝜕𝑦 𝜕𝑧
Menyelesaikan persamaan ini dan membagi sisanya dengan ukuran dari element tersebut,
𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 menghasilkan
𝜕𝜌
+ ∇. (𝜌𝑉) = 0
𝜕𝑡
Gambar 2.2 Elemen – Elemen Konservasi Massa Fluida pada Bidang 3 Dimensi
Rumus Konservasi Massa ditunjukkan pada persamaan rumus 2.5 dapat ditulis menjadi
u v w
u v w
0
t x y z x y z
D u
v w 0
Dt t x y z
u v w
x y z
D
0
Dt
Persamaan di atas adalah bentuk umum dari hukum kekekalan massa atau juga dikenal sebagai
persamaan kontinuitas. Dalam keadaan aliran yang tidak dapat ditekan (Incompressible Flow),
dengan mengabaikan variasi temporal dan spasial dalam kerapatan massa, maka persamaan ini
dapat disederhanakan dengan memberikan 𝐷𝜌/𝐷𝑡 pada persamaan tersebut. Dalam notasi
tensor, persamaan kontinuitas dapat dituliskan menjadi :
ui 0
t xi
Gambar 2.3. Suatu elemen fluida pada konservasi momentum dalam kasus dua dimensi
∑ 𝐹𝑥 = 𝑚. 𝑎𝑥 (2.11)
,dimana Fx dan ax masing-masing adalah gaya resultan dan percepatan pada arah x. Dengan
substitusi semua gaya yang bekerja seperti pada gambar dan menggunakan definisi percepatan
ax=Du/Dt, persamaan (2.11) dapat didefinisikan sebagai :
𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝐷𝑢
[𝑝 − (𝑝 + 𝜕𝑥 𝛿𝑥)] 𝛿𝑦 + [𝜎𝑥 + 𝛿𝑥 − 𝜎𝑥 ] 𝛿𝑦 + [𝜏𝑦𝑥 + 𝛿𝑦 − 𝜏𝑦𝑥 ] + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 = 𝑚 𝐷𝑡
𝜕𝑥 𝜕𝑦
(2.13)
𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝐷𝑢
− 𝜕𝑥 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 = 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦 𝐷𝑡 (2.14)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Bagikan persamaan diatas dengan 𝛿𝑥𝛿𝑦, maka kita akan dapatkan persamaan yang lebih
sederhana seperti berikut :
𝐷𝑢 𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝜕𝑥 + + + 𝜌𝑓𝑥 (2.15)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Untuk memberikan persamaan lengkap momentum pada elemen fluida kecil untuk
kasus tiga dimensi yang diperlihatkan dalam gambar 2.4. Dalam gambar hanya diperlihatkan
gaya pada arah x. Sebagai catatan untuk kasus tiga dimensi, ada enam tegangan normal dan
enam tegangn gunting yang bekerja pada permukaan. Gaya-gaya ini, dua gaya yang bersumber
dari distribusi tekanan dan gaya bersumber dari benda diperlihatkan dalam gambar.
Substitusikan gaya-gaya ini kedalam Hukum kedua Newton dalam persamaan (2.11)
memberikan :
𝜕𝑝 𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥
[𝑝 − (𝑝 + 𝜕𝑥 𝛿𝑥)] 𝛿𝑦𝛿𝑧 + [𝜎𝑥𝑥 + 𝛿𝑥] 𝛿𝑦𝛿𝑧 + [𝜏𝑦𝑥 + 𝛿𝑦 − 𝜏𝑦𝑥 ] 𝛿𝑥𝛿𝑧 + [𝜏𝑧𝑥 +
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝜏𝑧𝑥 𝐷𝑢
𝛿𝑧 − 𝜏𝑧𝑥 ] 𝛿𝑥𝛿𝑦 + 𝑓𝑥 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 = 𝜌𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧 𝐷𝑡 (2.16)
𝜕𝑧
Selesaikan persamaan ini dan bagi dengan 𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧, hasilnya adalah persamaan yang lebih
sederhana seperti berikut ini :
Gambar 2.4a Sebuah momentum elemen fluida konservasi dalam kasus tiga dimensi
Dengan menggunakan cara yang sama,persamaan – persamaan pada arah y dan z adalah :
Dan
Ekspansikan turunan – turunan berikut dan mengingat vektor untuk divergen dari hasil skalar
dikali dengan sebuah vektor akan menghasilkan
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝑢 𝜕𝜌
=𝜌 +𝑢 (2.19)
𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡
Dan
Substitusi persamaan (2.19) dan persamaan (2.20) menjadi persamaan (2.18) didapatkan
𝐷𝑢 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕𝜌
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝑢 𝜕𝑡 + ∇. (𝜌𝑢⋁) − 𝑢∇. (𝜌⋁)(2.21)
𝜕𝑡
Suku terakhir persamaan ini sama dengan nol seperti yang ditunjukkan pada persamaan
(2.6).Sehingga persamaan (2.22) dapat ditulis menjadi
𝐷𝑢 𝜕(𝜌𝑢)
𝜌 𝐷𝑡 = − 𝑢 + ∇. (𝜌𝑢⋁)(2.23)
𝜕𝑡
Dengan cara yang sama,persamaan pada arah sumbu y dan z ,secara berurutan adalah
Persamaan 2.24 juga dikenal sebagai persamaan Navier-Stoke dalam bentuk konservasi.
Jikategangan tehadap kurvalaju regangancairandiplot, ada duafenomenadapat
diperoleh. Mereka adalahfluida dengankurvalinierdan satu dengankurvanon-linier.
Cairandengankurvalinierdikenal sebagaicairanNewtonian, sebagaicontoh adalahair.
Cairandengankurvanon-linier dikenal sebagaicairannon-Newtonian, sebagai contoh
adalahdarah. Padadisertasiini kamihanya mempertimbangkancairanNewtonian. Untukcairan ini,
tegangan normaldapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝜕𝑢
𝜎𝑥𝑥 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 𝜕𝑥 (2.25a)
𝜕𝑣
𝜎𝑦𝑦 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 𝜕𝑦 (2.25b)
𝜕𝑤
𝜎𝑧𝑧 = 𝜇 ′ (∇. 𝑉) + 2𝜇 (2.25c)
𝜕𝑧
𝜕𝑢 𝜕𝑤
𝜏𝑥𝑧 = 𝜏𝑧𝑥 = 𝜇 [ 𝜕𝑧 + ] (2.26b)
𝜕𝑥
𝜕𝑤 𝜕𝑣
𝜏𝑦𝑧 = 𝜏𝑧𝑦 = 𝜇 [ + ] (2.26c)
𝜕𝑦 𝜕𝑧
Sebagai catatan, hipotesis inidiperkenalkan oleh Stokes pada tahun 1845. Meskipun hipotesis
ini masih belum sepenuhnya dikonfirmasi, bagaimanapun,sering digunakan sampai hari ini.
Karya inidisertakan.
Mengganti hipotesis dan persamaan tegangan gunting normal dan geserke dalam
persamaan(2.24) kita memperoleh persamaan lengkap Navier-Stokes.
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑢𝑢) 𝜕(𝜌𝑢𝑣) 𝜕(𝜌𝑢𝑤) 𝜕𝑝 𝜕 2 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ + + = − 𝜕𝑥 + 𝜕𝑥 [3 𝜇 (2 𝜕𝑥 − 𝜕𝑦 − )]
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕 𝜕𝑤 𝜕𝑢
+ 𝜕𝑦 [𝜇 (𝜕𝑦 + 𝜕𝑥)] + 𝜕𝑧 [𝜇 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 )] + 𝜌𝑓𝑥 (2.29a)
𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ 𝜕𝑥 [𝜇 (𝜕𝑥 + 𝜕𝑦)] + 𝜕𝑧 [𝜇 (𝜕𝑧 + 𝜕𝑦 )] + 𝜌𝑓𝑦 (2.29b)
𝜕 𝜕𝑤 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ 𝜕𝑥 [𝜇 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 )] + 𝜕𝑦 [𝜇 (𝜕𝑧 + 𝜕𝑦 )] + 𝜌𝑓𝑧 (2.29c)
Persamaan ini dapat ditulis lebih sederhana lagi dengan menggunakan persamaan tensor
sebagai
Pada bagian ini, prinsip fisik ketiga yaitu konservasi energy diterapkan. Prinsip ini mengatakan
perubahan tingkat energi di dalam (Ė) sebuah elemen yang sama dengan jumlah dari fluks
panas (Q) ke elemen danusaha Ẇ yang dilakukan pada elemen oleh gaya benda dan
permukaan. Hukum ini dapat ditulis sebagai Ė = Q + Ẇ
Hasil usaha yang dilakukan pada elemen oleh gaya benda dan permukaan pertamaakan
dievaluasi. Pertimbangkan elemen kecil cairan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. gaya yang
dipertimbangkan di sini adalah kekuatan akibat medan tekanan, karena tekana nnormal
dantekanan geser, dan karenakan gaya pada benda. Sebagai catatan defines itingkat kerja yang
dilakukan pada elemen adalah gaya dikalikan dengan kecepatan. Dengan demikian, semua gaya
harus dipertimbangkan disini. Namun,sangat diharuskan jika semua gaya ditarik dalam konteks
elemen yang sama. Dalam rangka untuk membuatnya sederhana, hanya gaya disumbu x yang
ditunjukkan pada gambar. Gaya iniakan dievaluasi terlebih dahulu dan dengan cara yang samaa
kan digunakan untuk mengevaluasi usaha oleh gaya disumbu y dan z.
Gambar 2.5 Usaha yang dihasilkan oleh gaya pada sumbu x
Menggunakan definisi tersebut,usaha yang dilakukan oleh gaya di sumbu x dihitung dengan
persamaan berikut.
𝑊̇𝑥 = ∑ 𝑢𝐹𝑥
Dengan cara yang sama akan mendapatkan usaha oleh gaya padasumbu y dan z
Total dari rata-rata kerja paa elemen fluida adalah penjumlahan dari situasi ini. Rata-rata dari
kerja itu adalah
𝜕 𝜕
𝑊̇ = [−∇(𝑝𝑉) + 𝜕𝑥 (𝑢𝜎𝑥𝑥 + 𝑣𝜏𝑥𝑦 + 𝑤𝜏𝑥𝑧 ) + 𝜕𝑦 (𝑢𝜏𝑦𝑥 + 𝑣𝜎𝑦𝑦 + 𝑤𝜏𝑦𝑧 )] 𝛿𝑉
𝜕
+ 𝜕𝑧 [𝑢𝜏𝑧𝑥 + 𝑣𝜏𝑧𝑦 + 𝑤𝜎𝑧𝑧 + 𝜌𝑓. 𝑉]𝛿𝑉 (2.35)
Pembahasan selanjutnya adalah nilai netdari fluks panas menjadi elemen fluida. Ada dua
sumber fluks panas ini. Pertama adalah karena pertambahan panas di dalam elemen, seperti
adsorpsi panas, reaksi kimia, atau radiasi.Kedua adalah perpindahan panas ke elemen di
seberang permukaan karena perbedaan suhu. Tentukan panas volumetrik yang dihasilkan
dalam elemen sebagai 𝑞̇ dan kecepatan transfer panas di seluruh permukaan dalam x-, y- , dan
z- arahnya adalah 𝑞𝑥̇ , 𝑞̇ 𝑦 dan 𝑞̇ 𝑧 berurutan. Semua sumber ditunjukkan pada Gambar 2. 6.
Menggunakan semua sumber-sumber yang ditunjukkan pada gambar, sehingga nilai net dari
fluks panas menjadi elemen dapat dihitung sebagai :
Gambar 2.6 aliran panas di permukaan elemen fluida
Fluks panas dalam persamaan di atas dapat dihitung dengan menggunakan hukum Fourier, dan
sebanding dengan gradien suhu setempat. Dimana , panas
fluks dalam x-,y-, dan z- secara berurutan.
Nilai k adalah konduktivitas termal . Dengan demikian ,persamaan (2.37) bias ditulis menjadi :
(2.38)
Kemudian kita akan menghitung perubahan tingkat energi di dalam elemen fluida
dalam persamaan (2.31). Di sini, energi adalah total energi dalam elemen fluida. Ini adalah
jumlah energy dalam dan enrgi kinetic berdasarkan kecepatan elemen. Di satu sisi, menurut
termodinamika klasik, 11ineti dalam tersebut terkait dengan jumlah translasi, rotasi, dan
elektronik dari molekul-molekulnya. Dalam bab ini kita tidak akan membahas ke dalam
perhitungan energi molekul. Hanya menentukan bahwa semua energi ini didefinisikan sebagai
energy dalam yang per massa elemen fluida, yang dilambangkan sebagai i. Di sisi lain, energy
kinetik dari elemen cairan dapat dihitung dengan mempertimbangkan semua komponen
kecepatan. Rumus energy kinetic per massa adalah V2/2 , dimana V2=u2+v2+w2. Dengan
menggunakan penjelasan tadi,maka nilai perubahan energy didalam elemen fluida dapat dicari
menggunakan persamaan berikut :
(2.39)
(2.40)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan energi dalam bentuk non-konservasi dan
mengandung energy dalam bentuk energy total, energy dalam dan energy kinetik. Sebagai
catatan persamaan di atas hanyalah salah satu dari berbagai bentuk persamaan energy. Selain
itu, tidak jelas menunjukkan hubungan dari semua parameter. Sebagai contoh, jika kita ingin
menggunakan persamaan ini untuk menghitung suhu lingkungan, tampaknya akan tertutp di
sisi kiri dari persamaan. Karena begitu, persamaan ini perlu diubah menjadi bentuk yang lebih
spesifik.
Dalam rangka untuk mengubah persamaan energy menjadi bentuk yang lebih spesifik,
kita sebut lagi persamaan momentum dalam persamaan (2.17). Perhatikan persamaan
momentum di x-arah dan beberapa oleh komponen kecepatan yang dibrekan.
(2.41)
(2.42a)
(2.42b)
(2.42c)
(2.43)
Persamaanenergi di atas adalah persamaan dalam bentuk non-konservasi dan tangan kiri
mengandung internal hanya energi.Dengan kata lain, istilah kinetic dan kekuatan tubuh putus.
Normal dan geser tegangan lakukan muncul dalam persamaan.Hal ini sangatnya manuntuk
mengubah istilah-istilah ini kedalam komponen kecepatan.Untuk melakukannya, memanggil
hubungan dalam persamaan (2.25) ke (2.26) untuk cairan Newtonian itu. Dengan demikian,
persamaan (2.43) diubah menjadi
(2.44)
𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌 = 𝜌𝑞̇ + (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ
𝐷𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧
Dalam rangka untuk membuat persamaan ini terlihat lebih mudah, semua efek viskos
dikelompokkan menjadi faktor.Faktor ini dikenal sebagai disipasifunction F, yang dapat ditulis
ulang dari persamaan di atas sebagai
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤 2 𝜕𝑢 2 𝜕𝑣 2 𝜕𝑢 2 𝜕𝑢 𝜕𝑣 2 𝜕𝑢 𝜕𝑤 2 𝜕𝑣 𝜕𝑤 2
Φ = 𝜇′{ + + } + 𝜇 {2 ( ) + 2 ( ) + 2 ( ) + ( + ) + ( + ) + ( + ) } (2.46)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
Dengan menggunakan fungsi ini, persamaan energy dikembangkan sejauh dapatditulis sebagai
𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌 = (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ (2.47)
𝐷𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧
Istilah turunan materi di sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa masih dalam bentuk
non-konservasi.dibentuk konservasi dapat ditulis sebagai
𝜕(𝜌𝑖) 𝜕(𝜌𝑢𝑖) 𝜕(𝜌𝑣𝑖) 𝜕(𝜌𝑤𝑖) 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
+ + + = (𝑘 ) + (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝜌𝑞̇ − 𝑝(∇ . 𝑉) + Φ (2.48)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧
Dalam rangka untuk mengubah persamaan ini agar berisi suhu di sisi kiri, persamaan negara
yang menunjukkan hubungan antara energi internal dan suhu dapat digunakan.Sebagai contoh,
kami menggunakan hubungan sederhana energi internal yang , dimana c adalah
kapasitas panas fluida. Mengganti hubungan ini, kita mendapatkan persamaan
Persamaan energy ditunjukkan dalam persamaan (2.49) dapat ditulis dengan lebih kompak
dengan menggunakan persamaan tensor sebagai
𝜕(𝜌𝑐𝑇) 𝜕(𝜌𝑐𝑇) 𝜕 𝜕𝑇 𝛿𝑢
𝛿𝑡
+
𝛿𝑥𝑖
=
𝛿𝑥𝑖
(𝑘 𝛿𝑥 ) − 𝑝 𝛿𝑥𝑖 + 𝜌𝑞̇ + Φ (2.50)
𝑖 𝑖
Dimana i, j, k = 1,2,3 dianggap menjadi sumbu x, y, z. jika beberapa asumsi telah di usulkan,
dalam beberapa situasi persamaan energy (2.50) telah di hilangkan. Dengan mudah, jika
kekentalan konstan atau cairan tidak dapat di kompres, maka 𝑝𝜕𝑈𝐼 /𝜕𝑈𝐼 akan sama dengan 0.
Sebagai tambahan , jika viscous dissipation tidak di anggap, keadaan Φ akan diturunkan dari
persamaan. Dan juga, jika panas yang mengalir kedalam adalah elemen adalah 0, itu akan
diturunkan juga.
Persamaan continu
𝛿𝜌
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑉) = 0 (2.51)
𝛿𝑡
Persamaan Momentum
Momentum – x :
𝛿(𝜌𝑢) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑢𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑢) − 𝛿𝑥 + 𝑆𝑢 (2.52a)
𝛿𝑡
Momentum - y :
𝛿(𝜌𝑣) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑣𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑣) − 𝛿𝑦 + 𝑆𝑣 (2.52b)
𝛿𝑡
Momentum – z :
𝛿(𝜌𝑤) 𝛿𝑝
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑤𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝜇 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑤) − 𝛿𝑧 + 𝑆𝑤 (2.52c)
𝛿𝑡
Persamaan Energy
𝛿(𝜌𝑐𝑇)
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌𝑐𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(𝑘 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑇) + 𝑆𝑇 (2.53)
𝛿𝑡
Dimana Su, Sv, Sw, dan ST adlah sumber yang memiliki relasi dengan u, v, w, dan T, begitu juga
sebaliknya. Sumber itu dapat dikalkulasikan dengan membandingkan tiga persamaan dengan
bentuk sebelumnya.
Objek utama dari membentuk persamaan tersebut menjadi bentuk yang seperti
ditunjukan adalah untuk menghasilkan bentuk umum. Meninjau persamaan 2.51 sampai 2.53
dengan jelas ditunjukkan. Jika kita memperkenalkan variable umum ϕ bentuk kekekalan dari
semua persamaan pembentuk dapat ditulis dalam bentuk dibawah.
𝛿(𝜌ϕ)
+ 𝑑𝑖𝑣(𝜌ϕ𝑉) = 𝑑𝑖𝑣(Γ 𝑔𝑟𝑎𝑑 ϕ) + 𝑆ϕ (2.54)
𝛿𝑡
Dengan kata lain rata-rata penjumlahan dari ϕ elemen fluida dan rata-rata aliran dari ϕ yang
keluar dari elemen fluida adlah sama dengan rata-rata penjumlahan dari peningkatan ϕ dalam
kaitan dengan difusi dan rata-rata peningkatan dari ϕ yang berkaitan dengan sumber.
Persamaan 2.54 adalah dikenal sebagai persamaan transportasi untuk ϕ. Itu dengan jelas
menunjukkan persamaan itu dapat dibagi menjadi 4 persamaan. Persamaan tersebut adalah
rata- rata perubahan dari transisi, persamaan penghubung tersebut, persamaan difusi (Γ adlah
koefisien dari difusi) dan persamaan awal. Maka kita menutup seksi dengan memecahkan
persamaan 2.54 dengan numeric dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan pembentuk
metode untuk menyelesaikan persamaan ini akan didiskusikan pada sesi berikutnya.