a. Difteri
Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bakteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae.
Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seorang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan
langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu
dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata menderita difteri
dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran dan bermain dengan
temannya karena memang ia sendiri tidak sakit. Jadi, ditinjau dari segi penularannya, anak karier ini
merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam hal inilah perlunya dilakukan
imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan temannya yang belum pernah
mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi
karier.
Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau
tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah
dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan
lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang
otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya
disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria
yang merusak otot jantung (Markum, 2005).
b. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat
kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk
keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan
kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan disertai dengan
keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik
nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi
pada malam hari.
Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan,
akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu
komplikasi (Markum, 2005).
c. Tetanus
Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat
luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang
telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani.
Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah yang
merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala penyakit.
Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba
keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka (Markum, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.
2. Alimul, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
3. Azhali. (2008). Program Imunisasi. (http://www.nakita.com, diakses 16 Maret 2009).
4. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
5. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta : Pustaka Pelajar.
6. Dino. 2004. Masalah Imunisasi BGC. (http://www.nakita.com, diakses 16 Maret 2009.
7. Depkes RI. 2005. Jadwal Pemberian Imunisasi. (http://www.depkes.com, diakses 18
Maret 2009.
8. Depkes RI. 2006. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.
9. Depdiknas. 1996. Pelayanan Posyandu. (http://www.blogger.com, diakses 18 Mei
2009.
10. Dinkes Jatim. 2006. Cakupan Imunisasi. (http://www.dinkesjatim.com, diakses 16
Maret 2009.
11. Markum. 2005. Imunisasi DPT. (http://www.blogger.com, diakses 17 Maret 2009.
12. Nelson. 2000. Kendala Utama Imunisasi. (http://www.worpress.com, diakses 17
Maret 2009.
13. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
14. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
15. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
16. Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
pustaka cetakan 10.
17. Purwanto. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi.
(http://www.worpress.com, diakses 18 Mei 2009).
18. Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka:Jakarta.
19. Sebastian. 2008. Keluarga Sehat Keluarga Bahagia. (http://www.worpress.com,
diakses 17 Maret 2009).
20. Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
21. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
22. Suliha. 2001. Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat. (http://www.worpress.com,
diakses 18 Mei 2009.Suliswati, 2005. Kosep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
23. Stuart, G. W. 2003. Principles and Practice Of Psychiatric. Nursing. USA. Mosby.
24. Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.