Anda di halaman 1dari 8

Evaluasi Sistem Drainase Perkotaan

Studi Kasus Sistem Drainase Dramaga Bogor


1
Fachruddin (F451120111)
1
Mahasiswa Pascasarjana Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor PO BOX 220 Bogor 16680.
Tahun : 2013, Email: fachruddin.ali@gmail.com

PENDAHULUAN

Permasalahan banjir sering terjadi di kota yang disebabkan oleh drainase perkotaan, hal
ini terjadi karena kemampuan drainase untuk menampung intensitas hujan dan mengalirkan aliran
ke permukaan tidak berjalan dengan tepat dan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan system drainase kota, antara lain peningkatan
debit, penyempitan dan pendangkalan saluran, reklamasi, amblesan tanah, limbah, sampah, dan
pasang surut air laut. Sumber permasalahan utama drainase kota adalah peningkatan jumlah
penduduk di perkotaan yang sangat cepat, baik dari pertumbuhan penduduk maupun urbanisasi.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan, seperti
perumahan, sarana transpotasi, air bersih, pendidikan, dan lain-lain. Disamping itu, peningkatan
penduduk juga selalu diikuti peningkatan limbah, baik limbah cair maupun padat (sampah).
Perencanaan drainase jalan, dimaksudkan sebagai acuan atau tata cara Perencanaan
drainase samping jalan di perkotaan maupun antar kota, tetapi bukan untuk drainase wilayah.
pedoman perencanaan sistem drainase ditunjang oleh pedoman-pedoman lainnya seperti yang
ditunjukkan pada acuan normatif. Lingkup pedoman perencanaan drainase samping jalan
adalah perencanaan drainase permukaan secara analitis, antara lain perencanaan drainase
permukaan yaitu saluran samping jalan, saluran pada lereng, kolam drainase yang terbatas
pada aliran dari saluran samping jalan, drainase bawah permukaan yang dapat mempengaruhi
kontruksi perkerasan jalan, serta aspek-aspek lingkungan yang perlu diperhatikan karena
dapat mempengaruhi konsrtuksi jalan (Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi
sebagai berikut: Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir, Mencegah
aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke daerah perkerasan
jalan, Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air (Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1990).
METODOLOGI

Studi kasus ini dilakukan pada lokasi drainase yang sering terendam air ketika
intensitas hujan tinggi di jalan Tanjung 2 B. Dramaga, Bogor. Denah lokasi terdapat pada
gambar 1. Pengamatan terjadinya genangan air dilakukan pada saat hujan pada tanggal 10
Mei 2013 pukul 16.00 – 18.30 WIB. Dalam rentang waktu tersebut, genangan dan luas
wilayah yang terkenda banjir dapat dengan mudah diamati. Penelitian ini menggunakan alat
dan bahan berupa kamera, seperangkat komputer, meteran dan data curah hujan Kabupaten
Bogor minimal 10 tahun. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan Kabupaten
Bogor dari tahun 2002-2011 dari stasiun pengamatan Atang Sanjaya. Data tersebut cukup
representatif mengingat jarak dari stasiun Atang Sanjaya ke Dramaga berjarak 30 km. Untuk
mendesain saluran drainase, terlebih dahulu dihitung debit puncak yang mungkin terjadi
dalam periode ulang tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan periode ulang 5 tahun. Periode
ulang 5 tahun dianggap cukup untuk mendesain saluran drainase dan cukup untuk mencegah
peluang terjadinya banjir. Debit puncak dihitung menggunakan metode rasional.
Penelitian ini menggunakan alat dan bahan berupa kamera, seperangkat komputer,
meteran dan data curah hujan Kabupaten Bogor minimal 10 tahun. Data curah hujan yang
digunakan yaitu data curah hujan Kabupaten Bogor dari tahun 2002-2011 dari stasiun
pengamatan Dari BMKG Pusat.

Gambar 1. Gambar Lokasi studi kasus menggunakan Google Earth


HASIL

Kondisi Saluran Drainase Eksisting

Gambar 2. Debit Di Drainase Pada Awal Hujan

Gambar 3. Meluapnya Kapasitas Tampung Saluran Drainase


Hasil Perhitungan di Lapangan Saluran Berbentuk Trapesium

Gambar 4. Penampang Saluran Eksisting Satuan dalam milimeter

L = 400 mm = 0,4 m
B =110 mm = 0,11 m
d = 305= 0,305 m
Z = 0,48 m

Perhitungan kemiringan saluran mengunakan theodolite, sehingga didapat panjang saluran


58, 5 m dan beda tinggi -2,812 m sehinga diperoleh :
S = 0,05

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60

Grafik 1. kemiringan saluran yang diukur menggunakan theodolite


PEMBAHASAN
Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Eksisting
Luas penampang basah saluran berbentuk trapesium maka dihitung menggunakan persamaan
:
2
A = Bd+ zd
2
= 0,078 m
Keliling basah saluran dihitung menggunakan persamaan :

P = B+2d

= 0,79 m

Radius Hidrolis dihitung menggunakan persamaan :

R =A/P
2
=0,078 m /0,79 m = 0,1 m
Kecepatan aliran dapat dihitung menggunakan persamaan :
2/3 1/2
V =K * R * S
=2,9 m/s

K et : K = koefisien kehalusan diambil 60 karena material saluran terbuat dari beton cor
dipoles

Debit saluran di eksisting dapat dihitung menggunakan persamaan

Q = V *A
3
= 0,1 m * 2,9 m/s = 0,22 m /detik
Perhitungan Debit Banjir Rencana.
Untuk menghitung waktu aliran air di atas permukaan tanah sampai ke ujung

saluran td = l/v = 20,37 detik = 0,340 menit

Waktu konsentrasi
Kemiringan = 0,05

Tc =0,0195 = 1,41789 menit


Koefisien penampungan
= 0,893

Perhitungan curah hujan dan Rencana


Tabel 1. Data curah hujan harian maksimum 12 jam
Curah Hujan Tahun
Harian 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Maksimum 131.6 119.2 94.0 120.5 120.5 339.8 160.0 114.0 103.6 120.5
(mm/hari)
Sumber : BMKG pusat, 2012
Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Menggunakan Rainbow

Periode R2
Sebaran 5 Tahun 10 Tahun 20 Tahun
(mm/hari)
Normal 195.2 222.9 245.7 0.53
Log Normal 178.4 208.5 237.1 0.67
Square Normal 215.3 240.0 258.6 0.44
Square Root Normal 186.2 215.1 240.6 0.60
Dari hasil perhintugan menggunakan software rainbow yang dapat dilihat di tabel 2 , metode
2
sebaran yang digunakan yang memiliki R mendekati 1 adalah metode sebaran Log Normal.
Curah hujan maksimum harian yang digunakan adalah periode ulang 5 tahun yaitu 178.4
mm/hari yang kemudian digunakan untuk perhitungan debit puncak banjir.

Debit Banjir Rencana


Analisis hidrologi didapatkan dari perhitungan besaran debit puncak aliran genangan banjir
dengan menggunakan persamaan berikut dengan nilai R 24 yang digunakan adalah 178.4.

2/3
I= ) = 0,000014 meter/detik
2
Luas daerah tangkapan air A= 33000 m

Gambar 6. Luas Daerah Resapan Air menggunakan pengolahan Google Earth


Debit Puncak Banjir
2
A= 33000 m
3
Qp = Cs *C*I*A = 0,30087718 m /detik = 0,30
3
m /detik Ket: C : koofisien run off diperoleh 0.75 untuk perumahan multi unit
tergabung (Suripin, 2004)

Rekomendasi Saluran Yang Tepat yang Mampu Menampung Debit Puncak Banjir
Jika saluran penampang diubah dari trapesium ke dimensi persegi dengan keterangan
panjang terdapat pada gambar 7.

B = 400 mm = 0,400 m

H = 305 mm = 0,305 m

Gambar 5. Saluran Rencana Dalam Satuan Dalam milimeter

Luas Penampang saluran

A = B* H
2
= 0,122 m
Maka keliling basah

P=B+2H

= 0,400 m + 2 (0,305) m =1,010 m


Radius Hidrolis

R = A/P
2
= 0,122 m / 1,010 m = 0,121 m
Kemiringan saluran dari panjang saluran tetap sama 0,05
2/3 1/2
V =K*R *S

= 3,28 m/detik

Debit Saluran Rencana

Q =V*A
3
= 3,28 * 0,122 = 0,40 m /detik
3
Karena kapasitas debit desain saluran 0,40 m /s daripada debit puncak banjir
3
0,30087718 m /s maka saluran dapat dijadikan rekomendasi untuk saluran drainase.

Gambar 8. saluran drainase rekomendasi dalam satuan meter

KESIMPULAN

kemampuan saluran drainase dari penampang eksisting trapesium tidak mampu


3
menampung debit puncak 0,30 m /detik sehinga bentuk desain eksisting dari trapezium
direkomendasikan berbentuk persegi sehingga kapasitas tapung drainase lebih besar
3 3
dibandingkan dari bentuk trapesium 0,22 m /detik menjadi 0,40 m /detik. Kapasitas tampung
3
saluran rekomendasi persegi mampu menampung debit puncak banjir 0,30 m /detik.

Referensi
Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Pedoman Konstruksi dan Bangunan
Perencanaaan Sistem Drainase Jalan. Pd.T-02-2006-B.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan. NO.
008/T/BNKT/1990.
Putri AP, 2012. Kajian sistem drainase di Daerah Jalan Swadarma Raya, Jakarta Selatan.
Bogor; IPB
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta; Andi.

Anda mungkin juga menyukai