Anda di halaman 1dari 16

Laporan kasus

SELULITIS
Devara Patty (2017-84-007)

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


FK UNPATTI/RSUD DR. M. Haulussy Ambon

Pendahuluan

Selulitis adalah infeksi pada dermis dan subkutan yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus atau Streptococcus hemoliticum-β (terutama group A.
Streptococcus (GAS)). Beberapa faktor risiko yang berpotensi menyebabkan
selulitis adalah infeksi, diabetes mellitus, keganasan, indeks massa tubuh kurang
maupun lebih, merokok, dan alkohol. 1,2
Selulitis merupakan penyakit infeksi yang sering terdiagnosis pada pasien
rawat inap di Amerika Serikat dengan angka kejadian yang meningkat dari tahun
1998 sampai 2006 terhitung 10%, dan jumlah kunjungan pasien rawat jalan
pertahun meningkat dari 4,6 juta kasus menjadi 9,6 juta kasus tahun 1997 sampai
2005. Pasien yang sering mengalami selulitis dengan kelompok usia antara
dekade 4 dan 6. Selulitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Pada sebuah studi di Inggris pasien kulit putih lebih berisiko
mengalami selulitis. 3,4
Patogenesis selulitis bermula dari rusaknya sistem permukaan kulit yang
mengakibatkan masuknya patogen ke dermis. Hal ini dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri pada lipatan kaki, infeksi jamur pada kaki (misalnya tinea
pedis,onikomikosis), ulkus dekubitus, dan ulkus tungkai vena. Infeksi juga dapat
disebabkan oleh nekrosis yang dalam, abses dermis dan subkutan, serta
myonekrosis. Selulitis selalu muncul setelah ada lesi pada kulit termasuk ulkus
akut maupun kronik, luka traumatic (abrasi,laserasi, dan gigitan hewan), luka
akibat prosedur pembedahan, kateter intradermal atau perkutaneus.1,3
Manifestasi klinis selulitis berupa eritema tidak berbatas tegas, nyeri,
edema dan teraba keras. Gejala sistemik yang berhubungan dengan selulitis yaitu
malaise, demam, dan menggigil. Selulitis hampir selalu unilateral. Biasanya

1
ditemukan pada tungkai bawah, walaupun muncul di seluruh area kulit dan sering
ditemukan di ektremitas atas pada pasien yang menerima pengobatan secara
intravena.1,3,5
Penegakan diagnosis selulitis berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan kultur biasanya tidak segera dilakukan. Pasien dengan selulitis tanpa
komplikasi (demam, diabetes, gangguan imunosupresif lainnya) biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan laboratorium.3
Penatalaksanaan selulitis adalah sebagai berikut istirahat, elevasi tungkai
bawah dan kaki yang mengalami selulitis lebih tinggi dari letak jantung.
Pengobatan sistemik yaitu pemberian antibiotik, dan pengobatan topikal
diberikan kompres terbuka dengan larutan salin.1 Pemberian terapi antibiotik pada
selulitis ringan dapat diberikan secara oral berupa Penisillin VK atau Sefalosporin
atau Dikloksasilin atau Klindamisin. Pada selulitis sedang dapat diberikan secara
intravena Penisillin atau Ceftriakson atau Cefazolin atau Klindamisin. Pada
selulitis berat dapat diberikan secara sistemik Vankomisin dikombinasikan dengan
Piperasillin/Tazobaktam. Jangka waktu pemberian antibiotik yang disarankan
pada terapi selulitis yaitu 5 hari, namun terapi dapat diperpanjang jika infeksi
tidak membaik. Secara umum, jangka waktu pengobatan untuk selulitis berkisar
antara 5 hingga 10 hari. Pasien dengan imunosupresi mungkin memerlukan waktu
7 hingga 14 hari.1,3,5

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk membahas mengenai


selulitis serta penatalaksanaannya.

Kasus
Seorang perempuan 58 tahun, suku Ambon, bangsa Indonesia, alamat OSM, tidak
bekerja, masuk RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tanggal 06 April 2018. (NO RM:
12 96 09) dengan keluhan utama bengkak pada kaki kanan.

2
Autoanamnesis

Keluhan ini dialami kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu, awalnya pasien merasa
nyeri pada kaki kanan, kemudian pasien memutuskan untuk berobat ke tukang
pijat untuk mengurangi nyerinya, namun setelah ± 1 minggu kemudian kaki
pasien mulai membengkak dan setelah itu pasien mulai menyadari bahwa ada luka
di bagian lipatan paha pasien. Keluhan disertai nyeri, keluar cairan berwarna
kuning, tidak kental, tidak berbau, terasa panas dan kemerahan. Pasien juga
mengalami demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit dahulu: Keluhan yang sama tidak ada, Diabetes Melitus (DM)
Tidak ada, Hipertensi tidak ada.
Riwayat Penyakit keluarga: Keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat pengobatan : meminum obat asam urat saat nyeri lutut, namun keluhan
tidak berkurang.

Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, kesan gizi cukup, TD:
100/60 mmHg, Nadi: 119x/m, RR: 24x/m, Suhu 38,5ºC
Kepala : Normochepali, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik
(-).
Mulut : sianosis (-), T1/T1 tenang
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks : jantung dalam batas normal dan paru rhonki pada
bagian apeks paru kiri
Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan,
lihat status dermatologi
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas atas : lihat status dermatologi

3
Ekstremitas bawah : lihat status dermatologi

Status dermatologi
Lokasi : Regio Cruris Dextra
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus

Gambar 1. Gambaran Selulitis pada extremitas inferior dextra

Resume
Seorang perempuan 58 tahun dikonsulkan dari ruangan interna wanita ke klinik
kulit-kelamin RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tanggal 11 April 2018 dengan
keluhan utama bengkak pada kaki kanan. Keluhan disertai nyeri, keluar cairan
berwarna kuning, tidak kental, tidak berbau, terasa panas dan kemerahan. Pasien
juga mengalami demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat penyakit
dahulu: Keluhan yang sama tidak ada, Diabetes Melitus (DM) Tidak ada,
Hipertensi tidak ada. Pemeriksaan dermatologis pada regio cruris dextra

4
ditemukan edema, eritema, ulkus, pus dan palpasi ditemukan nyeri, teraba hangat
dan keras.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: Hasil pemeriksaan tanggal 11 April 2018.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematology Rutin
Jumlah Eritrosit 2.54 106 / mm3 3.5 – 5.5
Hemoglobin 6.7 g/dl 14,0 – 18.0
Hematrokit 19.7 % 40 – 52
MCV 77 µm3 80-100
MCH 26.5 Pg 27 – 32
MCHC 34.3 g / dL 32 – 36
RDW 14.8 % 11 – 16
Jumlah Trombosit 286 103 / mm3 150 – 400
MPV 7.3 µm3 6 – 11
PCT 0.209 % 0.150 – 0.500
PDW 12.3 % 11 – 18
Jumlah Leukosit 14.7 103 / mm3 5.0 – 10.0
Hitung Jenis
Neutrofil 76.1 % 50 – 70
Limfosit 14.3 % 20 – 40
Monosit 7.5 % 2–8
Eosinofil 1.5 % 1–3
Basofil 0.6 % 0–1

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Faal Ginjal
Ureum 27 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 0.5 mg/dl 0.7– 1.2
Asam urat 2.2 mg/dl <7 (P),<6 (W)
Gula Darah
GDS 105 mg/dl <200
Protein Darah
Albumin 1,4 mg / dl 3.5 – 5.0
Serologis
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
Tes Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif

5
Diagnosis banding
1. Erisipelas
2. Deep Vein Thrombosis (DVT)

Diagnosis sementara: Selulitis

Penatalaksanaan
1. Clindamisin 3x300mg
2. Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
3. Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
4. Elevasi tungkai bawah kanan 30º
5. Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

Anjuran:
- Bedrest total
- Menjaga kebersihan kulit

Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 13 April 2018 (Hari perawatan ke-7)
Keluhan : Nyeri(+), bengkak (+), demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

6
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 14 April 2018 (Hari perawatan ke-8)
Keluhan : Nyeri (+), bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

7
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 15 April 2018 (Hari perawatan ke-9)
Keluhan : Nyeri (+), bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

8
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 16 April 2018 (Hari perawatan ke-10)
Keluhan : Nyeri (+) dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri ringan dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

9
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 17 April 2018 (Hari perawatan ke-11)
Keluhan : Nyeri (+) dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri ringan dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat

10
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 18 April 2018 (Hari perawatan ke-12)
Keluhan : Nyeri (+) dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus, pus
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri ringan dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Clindamisin 3x300mg
- Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam
- Kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
- Rawat luka tiap pagi dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat
Pasien meminta untuk pulang.

11
Pembahasan

Diagnosis selulitis ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik


saja, pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan Seorang wanita 58 tahun dengan keluhan
bengkak pada kaki kanan, nyeri, terasa panas dan kemerahan dengan riwayat luka
pada ektremitas kanan, tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Menurut
kepustakaan Selulitis biasanya bersifat akut, menyebar, daerah eritema tidak
berbatas tegas, edema, dan nyeri serta diikuti dengan gejala inflamasi lain seperti
teraba panas. Pasien selulitis sebagian besar datang berobat dengan keluhan utama
berupa bengkak, kemerahan, dan nyeri. Selulitis hampir selalu unilateral.
Biasanya ditemukan pada ekstremitas bawah. Pasien yang sering mengalami
selulitis dengan kelompok usia antara dekade 4 dan 6.2 Selulitis selalu muncul
setelah terjadi lesi pada kulit termasuk ulkus akut maupun kronis, luka traumatik
(abrasi, laserasi, dan gigitan hewan), luka akibat prosedur pembedahan, kateter
intradermal atau perkutaneus.2 Patogenesis selulitis bermula dari rusaknya sistem
permukaan kulit yang mengakibatkan masuknya patogen ke dermis. Hal ini dapat

12
disebabkan oleh infeksi bakteri pada lipatan kaki, infeksi jamur pada kaki
(misalnya tinea pedis,onikomikosis), ulkus dekubitus, dan ulkus tungkai vena.3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60mmHg, nadi
119x/m, pernapasan 24x/m, suhu 38,5oC. Berdasarkan kriteria SIRS (Systemic
Inflammatory Response Syndrome) kasus ini merupakan selulitis sedang karena
nadi lebih dari 90 x/menit, laju pernapasan lebih dari 20x/menit, atau leukosit >
12.000 sel/mm3. Pada pemeriksaan dermatologis regio cruris dextra ditemukan
edema, eritema difus, ulkus, ukuran plakat, dan palpasi teraba hangat, keras dan
disertai nyeri tekan. Menurut kepustakaan gambaran klinis pada selulitis berupa
edema, eritema yang berbatas tidak tegas, nyeri tekan lokal, hangat pada perabaan
yang merupakan tanda-tanda inflamasi akut pada selulitis.1,3
Pada pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium ditemukan
leukositosis dengan jumlah leukosit 14.700 sel/mm. Pemeriksaan penunjang lain
juga dapat dilakukan seperti metode kultur, baik menggunakan darah, aspirasi
jarum, atau punch biopsi, biasanya menunjukkan hasil yang rendah dan tidak
terlalu direkomendasikan. Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk selulitis
harus dipertimbangkan untuk dilakukan kultur. Menurut kepustakaan selulitis
dapat terjadi peningkatan jumlah sel darah putih 34% sampai 50%. Namun, tes
laboratorium ini tidak spesifik untuk selulitis. Peningkatan leukosit total
(leukositosis) mengindikasikan adanya infeksi, inflamasi, nekrosis jaringan, atau
neoplasia leukemik. Pada infeksi, leukosit akan meningkat untuk memulai dan
mempertahankan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi infeksi.3 Pada
pemeriksaan histopatologi selulitis tidak spesifik dan memberikan gambaran
edema dermis, dilatasi limfatik, dan infiltrasi neutrofil yang menyebar dan banyak
disekitar pembuluh darah. Tahap selanjutnya mungkin juga terjadi infiltrasi
limfosit dan histiosit, bersama dengan jaringan granulasi. Pemeriksaan radiologi
tidak dapat mendiagnosis selulitis tetapi dapat membantu selulitis dengan
nekrosis fasciitis atau piomiositis berdasarkan pemeriksaan ST-Scan atau MRI.1,3
Diagnosis banding dengan erisipelas dapat disingkirkan karena pada
erisipelas manifestasi klinisnya mirip dengan selulitis seperti nyeri, nyeri tekan,

13
eritema dan edema namun terdapat batas yang tegas antara area peradangan dan
kulit normal.1,4
Diagnosis banding dengan Deep Vein Thrombosis (DVT) dapat
disingkirkan karena pada DVT nyeri yang akan berkurang jika penderita
berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan dan jika terjadi trombosis vena
di daerah betis dan paha, nyeri di daerah tersebut bisa menjalar ke bagian medial
dan anterior paha, sedangkan untuk kasus selulitis nyerinya akan tetap bertahan.
Selain itu, perubahan warna pada DVT selain berwarna kemerahan, dapat juga
berubah menjadi pucat dan kadang-kadang berwarna ungu serta dingin pada
perabaan, berbeda dengan selulitis yang teraba panas dan tidak mengalami
perubahan warna.6
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah pasien rawat inap, diberikan
pengobatan sistemik berupa Clindamisin 3x300mg, Metilprednisolon injeksi
30mg/12 jam, kompres Nacl 0.9% 3 x 30 menit/hari, elevasi tungkai bawah kanan
30º dan rawat luka dengan dengan cutimed siltec dan cutimed sorbet. Menurut
kepustakaan biasanya diberikan golongan penisilin sebagai terapi lini pertama
pada pengobatan terhadap bakteri staphylococcus, namun pada daerah-daerah
yang memiliki frekuensi resistensi obat antibiotic tinggi dapat diberikan
clindamisin, trimethoprim-sulfamethoxazole, fluoroquinolones, dan tetracyclines
seperti doxycyclin dan minocycline. Pemeberian obat non antibiotik seperti
antiinflamsi seperti prednisolon 30 mg selama 2 hari yang kemudian tappering off
2 hari 20 mg, 2 hari 15 mg, 2 hari 10 mg, dan 2 hari 5mg, dengan pemberian
antiinflamasi dapat mengurangi gejala-gejala inflamasi yang dialami pasien
seperti kemarahan dan edema. Pasien selulitis harus tirah baring dan melakukan
elevasi tungkai untuk mengurangi edema. Serta diberi cairan salin untuk
mengkompres daerah yang panas dan nyeri. Pada pasien dengan edema kronik
proses penyembuhan akan terjadi secara lambat, dengan pengobatan antibiotik
dan drainase pada lesi. 1-5
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, quo ad sanationam, quo ad
fungsional , dan quo ad kosmetikam adalah dubia. Menurut kepustakaan selulitis
akut dengan atau tanpa abses dapat menyebar secara limfatik maupun peredaran

14
darah dan dapat menjadi penyakit yang serius bila tidak ditangani dengan cepat
dan tepat. Selulitis dapat mengakibatkan bulla, abses, fascitis nekrosis, dan
bakteremia dengan sepsis atau metastasis infeksi ke organ lain. Selulitis dapat
berulang pada area yang sama dan mengakibatkan obstruksi limfatik kronis dan
edema persisten. Dengan identifikasi patogen sejak awal, terapi dan evaluasi
jangka panjang pada area yang terinfeksi dapat membantu perbaikan jaringan dan
mencegah infeksi berulang.1

Ringkasan
Telah dilaporkan sebuah kasus selulitis pada seorang Seorang perempuan
58 tahun dengan keluhan utama bengkak pada kaki kanan. Diagnosis ditegakan
berdasarkan anamnesis dan manifestasi klinis.
Pemeriksaan fisik ditemukan edema, eritema dengan batas tidak jelas,
nyeri tekan dan teraba hangat pada tungkai bawah kanan. Pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukositosis.
Terapi yang diberikan adalah antibiotik oral tiga kali perhari Clindamisin
3x300mg, Metilprednisolon injeksi 30mg/12 jam , Kompres Nacl 0.9% 3 x 30
menit/hari, Elevasi tungkai bawah kanan 30º serta perawatan luka tiap pagi
dengan cutimed siltec dan cutimed sorbat
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia, quo ad sanasionam dubia,
quo ad fungsiona ad dubia, quo ad kosmetikam ad dubia.

Daftar Pustaka
1. Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN, Johnson RA. Non necrotizing
infections of the dermis and dubcutaneous fat: cellulitis and erysipelas. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilcherst BA, Paller AS, Lefell DJ, Wolff
K.Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, Vol.1, 08th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2012. p 2160-68.
2. Nassaji M, Ghorbani R, Ghashghaee S. Risk factors of acute cellulitis in adult
patients: A case-control study. East J Med; 201621(1): 26-30
3. Raff AB, Kroshinky D. Cellulitis a review. JAMA. 2016;316(3):325-6, 330.

15
4. Hay RJ, Jones RM. Bacterial infection. In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker
T, Chalmers R, Creamer D. Rook’s Textbook of Dermatology. 9th ed. UK:
John Wiley & Sons, Ltd; 2010
5. Cranendonk, Lavrijsen APM, Prins JM, Wiersinga WJ. Cellulitis: current
insights into pathophysiology and clinical management. The Netherlands
Journal of Medicine. 2017;73(9):366-78
6. Jayanegara AP. Diagnosis dan tatalaksana deep vein thrombosis. IDI.
2016;43(9): 652-4

16

Anda mungkin juga menyukai