Demam 23
Demam 23
bakterimia. Hal ini dibuktikan bahwa pada kasus dengan hiperpireksia terdapat 26% bakterimia
(kultur positif dibanding dengan hanya 13% penderita dengan demam di bawah 40oC.2
Angka kematian penderita hiperpireksia cukup tinggi tetapi lebih daripada separuhnya
bukan disebabkan oleh tingginya suhu, melainkan disebabkan oleh penyebab hiperpireksia. Pada
percobaan penggunaan hipertermia sebagai pengobatan penderita keganasan yang lanjut,
meninggikan suhu tubuh sampai 42oC, tidak menyebabkan terjadinya disfungsi otak. Kenaikan
suhu di atas 41oC pada anak disertai frekuensi yang tinggi daripada infeksi berat atau bakterimia,
misalnya meningitis purulen, pneumonia lobaris, tifus abdominalis dan lain-lain.2
Penyelidikan tentang demam telah banyak dilakukan, sungguhpun begitu belum dapat
ditentukan peranan demam terhadap penyakit. Buku teks pediatric yang terpenting hampir tidak
membicarakan sama sekali gejala demam dan pengobatannya. Selain merupakan alat diagnostic
yang penting, demam mungkin merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat dipakai pada
pengobatan. 1
B. Tujuan Penulisan
Mengetahui tentang definisi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, penatalaksanaan
dan prognosis hiperpireksia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau
sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
B. Etiologi
29-59% demam berhubungan dengan infeksi, 11-20% dengan penyakit kolagen, 6-8%
dengan neoplasma, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. 1
Penyebab hiperpireksi ialah : infeksi 39%, infeksi dengan kerusakan pusat pengatur suhu
32%, kerusakan pusat pengatur suhu saja 18%, dan pada 11% kasus disebabkan oleh Juvenille
Rheumatoid Arthritis, infeksi virus dan reaksi obat. Dari 28 penderita hiperpireksia terdapat 11
penderita (39%) disebabkan oleh infeksi diantaranya 7 penderita disebabkan oleh kuman gram
negatif yang mengenai traktus urinaria 4 penderita, intraabdominal 2 penderita dan 1 penderita
pada paru. Sedang 9 penderita (32%) disebabkan oleh gabungan antara infeksi dan kerusakan pusat
pengatur suhu. Selain itu 5 penderita (18%) disebabkan oleh kerusakan pusat pengatur suhu. Tiga
penderita (11%) tidak diketahui penyebabnya. 1,2
a. Pirogen endogen
- infeksi
- keganasan
- alergi
- penyakit kolagen
- keracunan DDT
- racun kalajengking
- penyinaran
- keracunan epinefrin
- hipertermia malignan
- hipertiroidisme
- hipernatremia
- keracunan aspirin
- panas di pabrik
- pakaian berlebihan
- displasia ektoderm
- kombusio (terbakar)
- keracunan phenothiazine
- heat stroke
- ensefalitis/ meningitis
- trauma kepala
- penyinaran2
Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang dikeluarkan
paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk menguapkan 1 ml air
diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui kulit dapat dengan dua cara yaitu:
b. Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat juga
melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis. 1
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus
karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf eferen
hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat mengatur
kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan tentang suhu
bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak.
Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang diteruskan
melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus
yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan
panas. 1
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat
kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan
terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat
dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja
pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan mengeluarkan
impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan
aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan
cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat. 1