Tugas DR - Adityono SP - OG Ca Serviks
Tugas DR - Adityono SP - OG Ca Serviks
1. Batasan Kanker serviks adalah penyakit ganas pada serviks uterus yang disebabkan oelh infeksi human papiloma virus
(HPV) gruponkogenik resiko tinggi terutama HPV 16 dan 18 serta filogeniknya. Lebih dari 95% kanker serviks
adalah tipe ephitelial yang terdiri atas jenis karsinoma sel squamous dan adenokarsinoma.
2. Gejala Pada stadiaum awal belum timbul gejala klinis yang spesifik. Sebagian besar mengeluh keputihan berulang
berbau dan bercampur darah. Selain itu, perdarahan sesudah bersenggama yang kemudian berlanjut dalam
bentuk metroragia, menoragia, dan menometroragi. Pada stadium lanjut, sel kanker invasif pada parametrium
dan jaringan di rongga pelvis. Hal ini dapat menimbulkan gejala perdarahan spontan dan nyeri panggul dan paha.
Beberapa penderita mengeluh nyeri berkemih, kencing berdarah dan perdarahan dari dubur. Metastasis ke KGB
inguinal dapat menimbulkan edem tungkai bawah. Invasi dan metastasis dapat menimbulkan penyumbatan
ureter distal yang mengakibatkan gejala uremia.
3. Kriteria Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan histopatologis specimen biopsi serviks.
Diagnosis Anamnesis berdasarkan gejala diatas. Pemeriksaan klinis meliputi inspeksi, palpasi, biopsi, sistoskopi, rektoskopi,
IVP, foto thoraks, USG, CT/PEF-Scan, dan MRI. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih dan rectum dilakukan
pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi (clinical staging).
Bila didapatkan pembesaran KGB inguinal atau supraklavikula, dapat dilakukan FNAB. Histopatologik didapatkan
dari biopsy atau temuan saat operasi yang sekaligus merupakan surgical staging.
IIIA Tumor mencapai 1/3 distal dinding vagina, namun belum mencapai
dinding panggul
IIIB Penyebaran sampai dinding panggul dan atau terdapat hidronefrosis dan
kerusakan ginjal
Stadium 1A1 Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
(LVSI negative) dipertahankan.
(Tingkat evidens B)
Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi.
HIsterektomi Total apabila fertilitas tidak dipertahankan.
Stadium 1A1 Operatif. Trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
(LVSI positif) dipertahankan.
Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat
dilakukan radiasi.
Stadium 1A2, Pilihan :
1B1, II A1 1. Operatif
HIsterektomi radiakal dengan limfadenoktomi pelvic.
(Tingkat evidens 1/Rekomendasi A)
Radioterapi (RT)/Kemoradiasi ajuvankalau terdapat faktor resiko yaitu
metastasis KGB, metastasis parametrium, batas sayatan tidak bebas
tumor, deep stromal invasif, LVSI dan faktor resiko lainnya.
Apabila hanya metastasis KGB saja, radiasi ajuvan hanya EBRT.
Bila terapi sayatan tidak bebas tumor/closed margin, pasca radiasi
eksterna dilanjutkan dengan brakiterapi ovoid 2x10 Gy
2. Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT plus kemoterapi konkuren dan brakiterapi)
Pasien dengan stadium <4, dan usia muda (<4 40 tahun) sebaiknya dilakukan transposisi ovarium
7. Jadwal Radiasi
radiasi/kemor RE : 46-50 Gy
adiasi BT : 2x850 cGy atau 3x700 cGy.
Brakiterapi diberikan setelah RE 25 Gy, sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu diantara ; RE diteruskan dengan
menggunakan blok sentral (central shielding) hingga 50 Gy.
Jika brakiterapi tidak dapat dilakukan, radiasi eksterna dilanjutkan dengan small field atau 3D Conformal RT.
Radiasi
Kemoterapi 1 mingguan
Pengobatan kemoterapi dengan platinum based mingguan akan diberikan intravena selama satu kali seminggu
dengan dosis 40 mg/m2 yang diberikan 6-8 jam sebelum radiasi dan diberikan pada hari pertama, atau kedua,
atau ketiga minggu I, II, III, IV dan V, minimal 3 kali pemberian.
Kemoradiasi 3 mingguan
dan diberikan juga ifosfamid dengan dosis 2gr/m2 dan dibarengi dengan pemberian uromitexan, dengan dosis
170% dari dosis ifosfamide. Pemberian uromitexan diberikan 50% pra ifosfamide, 100% saat pemberian
ifosfamide, dan 20% sesudah pemberian ifosfamide.
Syarat
1. Kanker serviks secara histopatologis dan telah dilakukan staging menurut FIGO stadium IB2-IIIB
2. Status penampilan (performance status) berdasarkan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
dengan skor ≤ 2.
Grade Tingkat aktivitas
0 Aktivitas penuh, dapat melakukan aktivitas tanpapertolongan
1 Aktivitas terbatas, dapat melakukan pekerjaan ringan
2 Dapat mengurus diri sendiri, tetapi tidak menyelesaikan pekerjaan, 50% di tempat
tidur
3 Dapat mengurus diri sendiri secara terbatas, lebih 50% berada di tempat tidur
4 Tidak berdaya secara penuh, tidak dapat mengurus diri sendiri, total di tempat tidur
Laboratorium darah tepi (Hb ≥ 10%, leukosit ≥ 3.000/mm3 , trombosit ≥ 100.000/ mm3), fungsi hati (SGOT <
27 U/L, SGPT < 36 U/L) dan ginjal (Ureum < 50 mg/dL, Kreatinin 0,60-1.20 mg/dL, CCT >68mL/menit) CCT
tergantung regimen dan dapt dilakukan penyesuaian dosis pada gangguan hepat dan ginjal.
1. Perawatan perioperatif
8. 2. Perawatan untuk perbaikan keadaan umum, baik pra radiasi atau dalam
Peratawatan radiasi
3. Perawatan dilakukan untuk pemberian kemoterapi/kemoradiasi
9. Penyulit Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor stadium penyakit,
faktor stadium penyakit, faktor efek samping kemoterapi dan radiasiyang ditimbulkan.
10. Informed Penjelasan tentang diagnose dan stadium penyakit, rencana terapi, hasil pengobatan dan kemungkinan
consent komplikasi pengobatan
11. Lama Lama perawatan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor pilihan
Perawatan pengobatan, dan faktor stadium penyakit.
12. Masa Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor pilihan pengobatan,
pemulihan faktor stadium penyakit, faktor adanya panyulit infekti.
13. Indikasi 1. Monitoring efek samping kemoterapi terhadap saluran cerna, hematologi (kadar hemoglobin, kadar
monitoring neutrofil, leukosit dan trombosit).
dan evaluasi 2. Penilaian respon secara klinis (pemeriksaan rektovaginal dan USG)
Rujukan
1. Pedoman Pelayanan Medik Kanker Ginekologi, Kanker Serviks, ed-2, 2011, hal 19-28.
2. European Society Gynecology Oncology (ESGO), Algorithm for management of cervical cancer,
2011.
3. Clinical Practice Guideline in Oncology V.2.2013. National Comprehensive
Cancer Network.
4. Bloss JD, Blessing JA, Behrens BC, Mannel RS, Rader JS, Sood AK, Markman M,
Benda J.
Randomized Trial of Cisplatin and Ifosfamide With or Withaut Bleomycin in Squamous Carcinoma of the
Cervix: A Gynecologic Oncology Group Study. J Clin Oncol 20:1832-1837.
5. Delgado G, Bundy B, Zaino R, Sevin BU, Creasman WT, Major F, Prospective surgical-pathological study of
disease-free Interval in patiens with stage IB squamosa cell carcinoma of the cervix: A Gynecologic
Oncology Group Study. Gynecologic Oncology 1990;38:352-7. Landoni F, Maneo A, Colombo A, Placa F,
Milani R, Perego, Favini G. Ferry I, Mangino C. Randomised study of radical surgery versus radiotheraphy
for stage IB-IIA cervical cancer. Lancer. 1997 ; 350:535-40.
6. Pecorelli S: Revised FIGO staging for carcinoma of the vulva, cervix, and endometrium. Int J Gynaecol
Obstet 105 (2): 103-4, 2009.
7. Sedlis A, Bundy BN, Rotman M, Lentz S, Muderspach LI, Zaino R. A randomized trial of pelvic radiation
versus no further therapy in selected patient with stage IB carcinoma of the cervix after hysterectomy
and pelvic lymphadenectomy: a Gynecologic Oncology Group study. Gynecol Oncol 1999; 73: 177-83.
Reseksi margin
Konisasi
Kedalaman Invasi stroma
Cold Knife
Lympho-vascular Invasion
Margin positif
Free margin
Trakelektomi Radikal +
limfadenopati pelvic
Rekonisasi/Konisasi ATAU
Observasi
ulang Histerektomi radiakal +
atau
atau limfadenektomi pelvik
Kanker Seviks Simple histerektomi
Simple histerektomi (laparotomi/laparoskopi)
Stadium IA1 (laparotomi/laparoskop
(laparotomi/laparoskopi)
i)
Bagan 2.
Penanganan Kanker Serviks
Stadium IA 2
kanker serviks
stadium IA2 Diagnosis berdasarkan konisasi
Non operatif
Radiasi ( EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi ( radiasi : EBRT plus kemoterapi konkuren dan brakiterapi
Bagan 3.
Penanganan Kanker serviks
kanker serviks Stadium IB 1
stadium IB 1
operasi Radiasi/Kemoradiasi
Radiasi/kemoradiasi
Observasi Kemoterapi (Optional)
Bagan 4. Kanker serviks
Penanganan Radiasi/Kemoradiasi
Stadium IB 2
kanker serviks
stadium IB 2 operasi
Kemoterapi neoajuvan Kontraindikasi
medik untuk operasi
Pilihan pasien
Radiasi/kemoradiasi
Observasi Kemoterapi (Optional)
Bagan 5.
Penanganan
kanker serviks Kanker serviks
stadium IIA1 Radiasi/Kemoradiasi
Stadium IIA
operasi Kontraindikasi
medik untuk
operasi
Pilihan pasien
Radiasi/kemoradiasi
Observasi Kemoterapi (Optional)
Bagan 6.
Penanganan Kanker serviks
kanker serviks Radiasi/kemoradiasi
stadium IIA2 Stadium IIA2
operasi Kontraindikasi medik atau
Kemoterapi neoajuvan
operasi
Pilihan pasien
Observasi Radiasi/Kemoradiasi
Kemoterapi
Bagan 7.
Penanganan
kanker serviks Kanker serviks
stadium IIB Radiasi/kemoradiasi
Stadium IIB
Kemoterapi neoajuvan Kontraindikasi medik atau operasi
Pilihan pasien
Observasi Radiasi/Kemoradiasi
Kemoterapi
(optional)
Bagan 8.
Penanganan Kanker serviks
kanker
stadium III-IV Stadium III - IV
Pencitraan/imaging
Negatif positif
( ) (Prof.DR.dr…………………….SpOG(K)
PROTOKOL
KEMOTERAPI
PROTOKOL KEMOTERAPI PVB (Cisplatin - Vinblastin-Bleomycin)
PVB (cisplatin
–vinblastin- Tanggal :
bleomycin) Nama :
Seri :
Mengetahui
( ) (Prof.DR.dr…………………….SpOG(K)
Bagan
serviks
Karsinoma
Karsinoma
serviks
1. Batasan Umum
dan Uraian Lesi pra kanker adalah kondisi serviks yang berpotensi menjadi kanker. Kondisi serviks berupa dysplasia ringan sel-sel eptelial
Umum mukosa serviks yang kemudian berkembang menjadi dysplasia sedang-berat, karsinoma in-situ dan akhirya kanker invasif.
Penyebab utama lesi pra kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus) group onkogenik resiko tinggi,
terutama HPV-16 dan 18 serta pillogeni.
Deteksi lesi pra kanker terdiri atas metode pemeriksaan sitologi Pap tes (konvensional dan liquid-base cytology/LBC), inspeksi
visual asam astet (IVA), inspeksi visual asam asetat (IVA), inspeksi visual lugol iodin (VILI), dan test DNA HPV.
Metode IVA dan VILI adalah metode yang sederhana, murah, non-invasif, akurasi memadai dan diterima, serta tidak
memerlukan fasilitas laboratorium. Metode ini dapat dijadikan pilihan di pelayanan primer dan secara masal. Sedangkan untuk
masyarakat kota dan daerah-daerah dengan akses pelayanan kesehatn (sekunder dan tersier), metode skrining dengan
pemeriksaan sitologi akan lebih tepat.
Pada umumnya, lesi pra kanker adalah asimtomatik. Keputihan berulang dengan terapi konvensional merupakan gejala yang
2. Gejala Klinis tidak spesifik.
Kanker leher rami invasive berawal dari lesi dysplasia sel-sel leher Rahim yang kemudian berkembang menjadi dysplasia
tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasive. Peneltian terakhir meenunjukan bahwa precursor kanker adalah
lesi dysplasia tingkat lanjut (high grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan berubah menjadi kanker invasive dalam 10-15
tahun, sementara displasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan.
Sistem Klasifikasi Lesi Pra Kanker
Ada beberapa sistem klasifikasi lesi pra kanker yang digunakan saat ini, dibedakan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dan
sitologinya. Berikut table klasifikasi lesi pra kanker.
Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor efek samping yang ditimbulkan
7. Penyulit (perdarahan/infeksi).
Penjelasan tentang perjalanan penyakit, diagnose dan rencana terapi, hasil pengobatan dan kemungkinan komplikasi
8.Informed pengobatan.
Consent
Lama perawatan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor pilihan pengobatan.
9.Lama
Perawatan
Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum pasien, faktor pilihan pengobatan, faktor stadium
10.Masa penyakit, faktor adanya penyulit infeksi.
Pemulihan
1. Wold Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to Essential Practice. Geneva: WHO,
Rujukan 2006.
2. Petignat P, Roy M. Diagnosis and Management of Cervical Cancer. BMI 2007; 334: 765-768.
3. Bosch FX, Manos MM, Munos N, et al. Prevalence of Human Papilloma Virus in Cervical Cancer: A Worldwide
Prespective. International biological Study on Cervical Cancer (IBSCC) Study Group. J Natl Cancer Inst 1995;87:796-
802.
4. Walboomers JM, Jcobs MV, Manos MM, Bosch FX, Kummer JA, Shah KV, rt al. Human Papilloma Virus is a
Necessary Cause of Invasive Cervical Cancer Worldwide. J Pathol 1999;189:12-9.
5. Preventing Cervical Cancer in Low-Resource Settings. Outlook. Volume 18 number 1, September 2000.
6. Boon ME, Suurmeijer AJH. The Tes Pap. Leyden: Coulomb 1991.
7. Sankaranayanan R, Budukh AM, Rajkumar R, Effective Screening Programmes for Cervical Cancer in Low-And
Middle-Income Developing Countries. Bulletin of the World Health Organization, 2001; 79;954-962.
8. Nasiell K et al. Behaviour of Mild Dysplasia During Long Term Follow-Up. Obstetrics and Gynaecology, 1986, 67;665-
669.
9. Holowaty P et al. Natural History of Dysplasia of the Uterine Cervix. Journal of the National Cancer Institute, 1999,
91:252-268.
10. Meryman HT. Mechanics of Freezing in Living Cells and Tissues. Science 1986, 124:515:19.
11. Singer AS. Managing the Young Women with an Abnormal Cervical Smear. The Practitioner 1983;227:725-31.
12. Ordell LD, Rimker K, Hagerty C. Electrocautery for Cervical Neoplasia. J Reprod Med 1971;6:143-46.
13. Chanen W, Hollycock VE, Colposcopy and Electrocoagulation Diathermy for Cervical Dysplasia and Carcinoma In
Situ. Obstet Gynaecol 1971; 37: 623-28.
14. Rome RM. Electrocoagulation Diathermy for Cervical Intraepithelial Neoplasia. Am J. Obstet Gynaecol 1983;61 : 673-
77.
15. Belina JK, Wright VC, Voros JL, Riopelle MA, Hohenshuctz V. Carbodioxide Laser Management of Cervical
Intraepithelial Neoplasia. By Laser Vaporisation. Br. J. Obstet Gynaecol 1985; 92:394-98.
16. Cartier R. Practical Colposcopy. Besel –Munchen-Paris-NewYork-Sydney: S Kanger, 1977: 94-109.
17. Prendiville W, Lullimore NS. Large Loop Excision of the Transformation zone (LLETZ). A New Methode of
Management for Women Which Cervical Intraepithelial Neoplasia. Brit J Obstet Gynecol. 1989; 96:1054-60.
18. Campion Michael. Preinvasive Disease in : Berek JS, Hacker NF, eds. Practical Gynecologic Oncology. 3 rd Edition.
Philadelphia-Baltimore:Lippincott Willims and Wilkins, 2000:271-344.
Serviks
Tabel 1
Manajemen
Lesi Pra Kanker
Skrining kanker serviks
HPV HPV
IVA IVA PAPSMEA PAPSMEAR HPV HPV (+) (-)
R (+) (-) (-)
(+) (-) (+)
ULANG
ULANG LSIL/HSIL ULANG ULANG PEMERIKS
PEMERIKS (PENATA PEMERIKS PEMERIKS AAAN 3
KRIOTER AAAN 6- LAKSANA AAAN 12 TAHUN
KOLPOSKOPI AAAN 3
API (JIKA 12 BULAN AN BULAN
TAHUN
LESI SESUAI
TISDAK DERAJAT HPV (+) : KOLPOSKOPI
LEBIH LESI
DARI 75 HPV 16/18
% MANDATORI
PERMUK KOLPOSKOPI
AAN
SERVIKS, BIO HPV NON 16/18
PSI FOLLOW UP BILA
LLE SITOLOGI NEGATIF
TZ
TATALAKS
ANA
SEMUA
HASIL PA
Tabel 2
MANAGEMENT LESI PRA KANKER
SERVIKS
(KOLPOSKOPI + HISTOPATOLOGI)
SKRINI PAP/SIT
PAP/SIT KOLPOSKO
NG ULAN 3 NIS I SKRINI KOLPOSKO
ULANG 6 PI; BIOPSI
RUTIN BULAN NG PI; BIOPSI
BULAN SERVIKS;
RUTIN SERVIKS; ECC; BIOPSI
ECC; HPV ENDOMET
PAP PAP DNA RIUM; HPV
NIS II NIS III PAP
(-) PAP (OPSIONAL)
(+) (+) DNA
(-)
(OPSIONAL
)
LSI DNA-HPV (-) /
SKRINI
L/H TDK DNA-HPV
NG 12 SKRINI ASC-
SIL DILAKUKAN BEDAH
BULA (+) NG 12 US
:OBS EKSISI
N BULAN
PENATALAKSANAAN
SELANJUTNYA
BERDASARKAN HASIL
HISTOPATOLOGI
KOLOSKOPI
KOLPOSKOPI TERAPI ABLASI
Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV adalah upaya pencegahan primer kanker serviks dengan menyuntikkan vaksin HPV.
I.Batasan dan
Uraian Umum