Kelompok B2 :
Pendahuluan
Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan
usiadibawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor
payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang keadaan pada dirinya. Terkadang
mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan
adalah kecil kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas
fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi dipayudara.
Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler
(epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix
tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atauoval, bertekstur kenyal atau padat, dan
biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini
1
terbentuk kapsul sehingga dapat mobile, oleh sebab itu sering disebut sebagai ”breast
mouse”.
Skenario 1
Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan
pada payudara kirirnya yang semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu.
Pembahasan
Anamnesis
Merupakan komunikasi antara dokter dan pasien, di mana pasien mengemukakan
keluhan utama. Anamnesis terdiri dari auto-anamnesis dan allo-anamnesis. Anamnesis yang
baik terdiri dari:1
Identitas (meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa dan agama).
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter).
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kiri bagian atas dekat ketiak.
Riwayat penyakit sekarang (kronologis keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat).
Sejak kapan?
Dimana letak benjolan?
Apakah benjolan terasa nyeri dan dapat digerakkan?
Bagaimana bentuk dan konsistensi benjolan (bulat dan kenyal)?
Bagaimana bentuk payudaranya, simetris/asimetris?
Apakah adanya sekret yang keluar dari puting?
Apakah ada gejala penyerta lainnya?
Riwayat penyakit dahulu (bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang).
Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
Apakah pernah mendapat sinar radiasi pada daerah payudara?
(Jika sudah menikah) - Apakah pernah mencobapemakaian terapi hormon untuk
mendapatkan anak?
Riwayat penyakit dalam keluarga (bertujuan untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi).
Apakah didalam keluarga ada yang menderita keluhan atau penyakit yang sama?
Riwayat pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, kebiasaan, obat-obatan, dan
lingkungan).
Apakah mengkonsumsi obat-obatan (terapi hormon atau yang lain)?1
2
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda Vital:2
Tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, suhu.
Pemeriksaan Fisik Payudara (Teknik SADARI):2
Inspeksi (pengamatan)
a. Bentuk payudara, berdasarakan perkembangan payudara.2
Masa prapubertas
Payudara belum berkembang, hanya ada puting susu berukuran kecil.
Pada masa ini antara payudara anak laki-laki dan perempuan hampir
sama.
Mulai pubertas
Pada anak perempuan, payudara mulai tumbuh, makin lama makin besar,
juga puting susu bertambah besar.
Sewaktu dewasa dan keadaan hamil
Pada masa ini kelenjar mammae mulai mempersiapkan diri menjadi
lebih banyak dan besar. Dalam rangka memproduksi ASI, puting susu
dan areola bertambah gelap warnanya.
Setelah masa laktasi
Pada masa ini payudara akan kembali mengecil tetapi tidak bisa kembali
keukuran semula dan tampak megendur.
Sesudah menopause
Pada masa ini ukuran payudara akan lebih kecil lagi dan menjadi kendur
ini disebut atrofi mammae.
b. Ukuran payudara2
Tidak ada ukuran payudara yang 100% sama bentuk maupun ukurannya.
Bila ukuran berbeda jauh, dinamakan asimetris payudara.
c. Warna kulit payudara2
Warna kulit payudara biasanya sama dengan warna kulit tubuh lainnya,
kecuali di daerah areola mammae. Kulit sekitar puting susu berwarna lebih
gelap dan makin jelas pada saat kehamilan. Kulit payudara yang berwarna
kemerahan dan tegang akan dijumpai bila terjadi peradangan. Kulit
payudara dengan pori-pori yang besar seperti kulit jeruk (Peau d`orange)
terjadi akibat pembendungan limfe dalam payudara.
Palpasi (perabaan)2
Pada pemeriksaan ini, posisi duduk atau lebih baik dalam posisi tidur
terlentang dengan diganjal bantal kecil pada bahunya.
Palpasi dilakukan dengan menggunakan jari II sampai ke V tangan kanan,
tetapi jangan memakai ujung-ujung jari. Gunakan bagian volar dari ruas
jari yang paling ujung dan rabalah dengan tenaga yang lembut.
3
Bila pada palpasi teraba benjolan yang terletak lebih dalam, dapat
menekan lebih keras sewaktu meraba.
Rabalah payudara secara sistematis dengan mengikuti pola jarum jam
dimulai dari jam 12, jam 1, jam 2 dan seterusnya. Rabalah dari perifer
kearah sentral yaitu kearah puting susu dan sebaliknya atau meraba secara
melingkar dari puting susu ke arah perifer.
4
Pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang
haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke 5-7 setelah masa haid bermula,
ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak. Para wanita yang telah
berusia 20 tahun dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan dan CBE
tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka
telah memasuki usia 40 tahun.3
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Patologi - Biopsi
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan terhadap sediaan potong beku yang kemudian
diikuti dengan mastektomi segera, dilakukan bila ditemukan kanker, yang masih
mungkin dilakukan pembedahan terhadapnya.4
a. Biopsi rutin. Secara optimal, biopsi diadakan dengan anestesi lokal, ialah
dengan lidokain 1% +epinefrin. Untuk penderita yang sangat gelisah, sedasi
ringan dapat membantu (misal dengan diazepam 10mg). Pada awalnya hanya
garis insisi kulit yang dianestesi. Penting diingat, bahwa segmen yang akan
dibiopsi tak boleh dianestesikan dengan infiltrasi yang jauh ke dalam jaringan,
karena epinefrin menyebabkan spasme pembuluh darah kecil, mengakibatkan
titik-titik perdarahan yang sulit dikenali. Sekali dibuat insisi, cairan jaringan
yang mengeras dan dilakukan diseksi yang cermat dengan pisau kecil, Payudara
umumnya tak peka/tak nyeri pada pemotongan jaringan, tetapi sangat peka
terhadap regangan atau tekanan. Oleh karena itu diperlukan anestesi lokal yang
sangat sedikit jumlahnya, kecuali area kecil yang berisi pembuluh darah, karena
pembuluh darah ini dan serabut saraf disekitarnya sangat peka. Elektrokoagulasi
adalah sangat nyeri, dan ini tak boleh menjadi pilihan pertama. Luka kemudian
ditutup dengan jahitan subkutis yang dapat diserap dengan plester kertas dikulit;
pengaliran (drainase) di kontraindikasikan.4
b. Biopsi dengan jarum halus. Bila pada mamografi terdapat lesi yang
mencurigakan, dapat dilakukan penempatan jarum, yang disusul dengan
mamografi kedua, untuk memastikan bahwa jarum telah terpasang dengan
benar; kemudian biru metilen (0,1 ml) diinjeksikan melalui jarum, untuk
mewarnai lesi dan jaringan sekitarnya. Jarum dibiarkan tertinggal pada payudara
setelah dilakukan insisi, dan dipergunakan sebagai penunjuk untuk melokalisasi
dan memindahkan jaringan yang terwarnai. Foto sinar X dilakukan pada
jaringan yang didapat, untuk memastikan bahwa lesi mamografi memang
terdapat disana, dan sediaan kemudian diserahkan padaahli patologi. Teknik
5
lokalisasi dengan jarum ini dapat digunakan untuk biopsi-biopsi yang diadakan
dibawah anestesi lokal atau umum.4
1. Fibroadenoma pericanalicular
Kelenjar berbentuk bulat atau lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa
lapis.
2. Fibroadenoma intracalicular
Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak, sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang atau tidak teratur dengan lumen yang sempit
atau menghilang.
Berbentuk lobulus-lobulus stroma miksoid berwarna biru pucat. Tampak
hanya kelenjar-kelenjar yang saling berdesakan. Gambaran tersebut sering
ditemukan pada mammae lactans dan disebut lactating adenoma.5
6
Gambar 3. Fibroadenoma intracanalicular
Pemeriksaan Radiologi
1. Mamografi
Lesi ganas tipikal memperlihatkan gambaran stelata dan batas yang tak reguler;
dan sering berisi kelompokan-kelompokan mikrokalsifikasi yang berspikula.
Lesi jinak mempunyai batas tegas dan bulat; bila ada kalsifikasi, maka
kalsifikasi ini akan berbentuk bulat dan jarang berkelompok. Keakuratan
mamografi adalah sekitar 90%, dalam hal mendeteksi apakah suatu lesi itu
jinak atau ganas. Sayangnya, mamografi kurang akurat pada jaringan payudara
yang padat, karena mamografi bergantung pada perbedaan radiodensitas antara
lesi (padat) dengan jaringan lemak disekitarnya (lebih radiolusen). Pada wanita
muda, secara radiologi acapkali terlihat densitas tinggi, dan pada kelompok usia
ini mamografi relatif sering menghasilkan negatif semu. Mamografi yang
negatif, tidak menyingkirkan kanker, khususnya pada wanita muda. Dosis
radiasi bervariasi, sesuai dengan teknik yang dipakai (misal 0,5 rad/gambar
xeromamogram dan film-film pembesaran 0,1 rad/film untuk film rutin, dan
0,05 rad/film untuk film seleksi/ skrining dengan dosis rendah).6
2. Ultrasonografi
Cara ini sedang dalam pertimbangan untuk mendeteksi lesi-lesi payudara. Data-
data yang masih sangat dini, mengesankan bahwa mamografi lebih akurat
mendeteksi kanker, tetapi ultrasonografi mungkin dapat melengkapi.6
3. MRI
Merupakan teknik yang baru digunakan.MRI dilakukan pada pasien usia muda,
karena gambaran mamografi yang kurang jelas pada payudara wanita muda,
untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari
pemeriksaan fisik.6
Pemeriksaan Laboratorium
7
Tes laboratorik rutin, hanya memperlihatkan sedikit arti pada pemeriksaan
penyakit payudara, kecuali pada penderita dengan kanker yang telah lanjut.7
Belum ada pemeriksaan darah yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker
payudara. Petanda tumor (Tumor Marker/TM) ialah molekul protein berupa enzim,
hormon dan lain-lain, yang dalam keadaan normal tidak atau sedikit sekali
diproduksi oleh sel tubuh. TM merupakan salah satu penunjang pemeriksaan kanker
tertentu baik screening, menegakkan diagnosis, prognosis, pemantauan hasil
pengobatan, dan juga deteksi kekambuhan. Pemeriksaan petanda tumor untuk
payudara yang menggunakan sampel darah yaitu CA 15-3 tidak digunakan untuk
mendeteksi atau menegakkan diagnosis kanker. Pemeriksaan CA 15-3 dilakukan bila
diagnosis kanker sudah ditegakkan dan lebih banyak digunakan untuk monitor terapi
serta progresivitas kanker.7
Diagnosis
a. Working Diagnosis: Fibroadenoma Mammae Sinistra
Payudara terdiri dari berbagai struktur:8
parenkim epitelial
lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
otot dan fascia
8
Pertumbuhan cepat bisa jelas selama kehamilan atau laktasi. Terapi dengan biopsi
eksisi dan harus dinasehatkan karena jarang regresi involusional. Penampilan
makroskopik berbeda dari tumor mammae apa pun. Tepinya tajam dan permukaan
potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogen secara
makroskopik. Secara histologi, ada susunan lobulus perikanalikular yang
mengandung stroma padat dan epitel proliferatif. Varian bisa memperlihatkan
proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar matang tak teratur yang dikemas padat
dengan epitel sekresi.8
Penyakit Penjelasan
A. Kista Payudara Gejala: Terasa nyeri bila dipalpasi, massa berbatas jelas,
mobile, berisi cairan (keruh dan debris).
Massa kista dipastikan dengan aspirasi dan USG.
Etiologi: Belum jelas, kemungkinan akibat perubahan
hormonal.
Epidemiologi: Pada usia dekade kelima, menurun
setelah wanita melewati menopause.
9
Kista payudara berasal dari destruksi dan dilatasi
lobulus dan duktus terminalis payudara.
Kista dapat tunggal atau multipel, unilateral atau
bilateral.
Perkembangan keganasan dari kista payudara sangat
jarang sekitar 0,1%.
Infeksi-infeksi bakterial sering terjadi pada pascapartum
semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan
mencapai jaringan payudara melalui fisura pada puting.
B. Abses payudara Organisme yang paling sering adalah Staphilococcus
aureus.
Payudara menjadi merah, panas jika disentuh,
membengkak, dan nyeri tekan.
Gejala: Demam tinggi, menggigildan malaise.
Benjolan jinak yang biasanya soliter (satu) dan biasanya
ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada lokasi
subareolar (sekitar puting).
Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade ke-4.
C. Papiloma Gejalanya berupa keluarnya cairan berupa darah dari
Intraduktal salah satu payudara tanpa terabanya massa atau benjolan
di payudara.
Penyebab tersering hal tersebut adalah papiloma
intraduktal. Benjolan yang ada tidak teraba karena
biasanya berukuran < 5 mm.
10
rekurensi yang tinggi.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan meningkatnya
resiko kanker payudara adalah letak geografis, kanker
payudara familial (terutama memiliki gen BRCA-1 atau
BRCA-2), penyakit payudara proliferatif, awitan dini
menarke, kelahiran anak pertama yang lama,
menopause lambat, hormon estrogen, dan faktor diet
(obesitas dan asupan alkohol tinggi).9
Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya
dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran
fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat
bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama
sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.11
11
Faktor genetika: Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu yang menderita kanker.
Pada kembar monozigot terdapat kanker yang sama. Terdapat kesamaan lateralis kanker
payudara keluarga dekat dari penderita kanker payudara.
Pengaruh hormon: Fibroadenoma mammae umumnya pada wanita, biasanya ukuran akan
meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogen
meningkat. Pada laki-laki kemungkinannya sangat rendah. Pengobatan hormonal banyak
yang memberikan hasil pada kanker.
Makanan: Makanan yang banyak mengandung lemak dan zat kimia (belum diketahui
pasti).
Radiasi daerah dada: Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen.
Epidemiologi
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi
pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma
terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari 1 dari 6 (15%) wanita
mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula
wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah
kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.11
Patofisiologi
Fibroadenoma mammae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara,
namun insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena,
estrogen dan usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan
mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan
jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal, sehingga akan tampak
tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel
yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan
rangsangan estrogen fibroadenoma mammae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat
saat menstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat
pertumbuhan fibroadenoma mammae. Karena fibroadenoma mammae tumor jinak maka
pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui
apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah diambil akan dibawa ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.8
12
Gejala Klinis
Neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul dan lesi payudara pada wanita berusia di
bawah 25 tahun.
80% tunggal.
Massa payudara mobile, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4
cm.
Tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter 1 cm dibawah pengaruh
estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral.
Pertumbuhan cepat selama kehamilan atau laktasi.
Tepinya tajam dan permukaan potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan
homogen.8
Penatalaksanaan
Pembedahan.
Fibroadenoma mammae adalah lesi jinak yang sering mengenai perempuan selama
masa reproduksi. Meskipun tergolong tumor jinak, fibroadenoma dapat menimbulkan
cacat fisik karena ukurannya yang besar dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau
gangguan emosi pada individu yang terkena. Pilihan penanganan konvensional bagi
wanita yang didiagnosis dengan suatu fibroadenomameliputi observasi atau eksisi bedah.
Dua pendekatan yang lebih baru, percutaneous excision dan in situ cryoablation, telah
dikembangkan dan kurang invasif dari eksisi bedah.8
Pada kebanyakan pasien dengan fibroadenoma, pendekatan yang ideal adalah
konfirmasi dengan percutaneou score biopsy dan follow-up secara konservatif. Karena
potensi ganas dari fibroadenoma sangat rendah, pengobatan tidakdiperlukan atas dasar
onkologis. Pendekatan konservatif merupakan penanganan yang paling murah dan
menurunkan morbiditas dengan baik. Sebuah fibroadenoma yang tergolong minor akan
menghilang tanpa pengobatan; dengan lesi yang tersisa dapat meningkat dalam ukuran
atau tetap tidak berubah.8
Karena fibroadenoma dapat mengganggu untuk beberapa pasien, menyebabkan cacat
fisik, ketidaknyamanan atau gangguan emosi, ahli bedah payudara kebanyakan akan
menghormati preferensi pasien terhadap penanganan yang akan dilakukan. Biopsi
terbuka dengan eksisi merupakan penanganan yang efektif untuk kasus ini tetapi ini
merupakan pilihan yang mahal karena biaya ruang operasi dan waktu istirahat dari
pekerjaan. Eksisi Terbuka mungkin masih menjadi pilihan terbaik dalam beberapa kasus
berdasarkan ukuran besar fibroadenoma atau penilaian ahli bedah atau preferensi pasien.8
Penelitian telah menunjukkan bahwa percutaneous excision fibroadenoma dengan
bantuan USG merupkan prosedur yang aman, efektif dan ditoleransi oleh pasien. Bagi
wanita yang lebih memilih pengangkatan lesi, prosedur ini menawarkan morbiditas,
13
biaya,waktu kerjadan dampak kosmetik yang minimal. Percobaan multi-institusi
menunjukkan cryoablation menjadi pilihan tepat untuk resolusi fibroadenoma tanpa
eksisi bedah. FDA telah menyetujui penggunaan cryoablation sebagai terapi yang aman
dan efektif untuk fibroadenoma. Hasil cryoablation telah diikuti selama empat tahun dan
menunjukan prosedur aman, berkhasiat, dan tahan lama.8
Teknik cryoablation menggunakan panduan USG untuk menyelidiki secara tiga
dimensi pusat dari fibroadenoma tersebut. Klinisi yang menggunakan teknik ini dan/atau
percutaneous excisional biopsy harus terampil dalam USG payudara seperti yang
direkomendasikan oleh American Society of Breast Surgeons.8
Kedua teknik, dalam keadaan terdapat tumor jinak, memiliki risiko rendah untuk
pasien, jika diperlukan, reseks ibedah lanjutan dapat dilakukan bila eksisi tidak lengkap
atau penanganan gagal.8
American Society of Breast Surgeons merekomendasikan kriteria berikut untuk
menentukan pasien sebagai kandidat potensial untuk cryoablation atau eksisi
percutaneous dari fibroadenoma:8
14
sekalligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20
hingga tahun lima puluhan.8
Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikai
oleh Patey. Pada operasi ini, m. pektoralis mayor dan minor dipertahankan jika tumor
jelas bebas dari otot tersebut.8
Sekarang biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara.
Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa
payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus
dilaksankan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut “terapi dengan
mempertahankan payudara”. Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan
tumor kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran.
Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan
tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik).8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan
bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarana
penyinaran pasca bedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa
lumpektomi luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila,
yaitu terapi kuratif dengan mempertahankan payudara.8
Bila dilakukan pengangkatan mammae, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mammae dengan implantasi prosthesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi
prosthesis atau rekonstruksi mammae secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan
bedah kuratif atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi setelah adjuvant atau
rehabilitasi penderita selesai. Jika masalah ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan
prostesi eksterna, yaitu prosthesis buatan yang disanggah oleh kutang. Bentuk dan
beratnya disesuaikan dengan bentuk dan berat payudara di sisi lain.8
Komplikasi
Simple Fibroadenoma
Kebanyakan jenis fibroadenoma adalah simple fibroadenoma. Massa ini memiliki tepi
yang berbeda dan sel tampak sama. Simple fibroadenoma tidak meningkatkan risiko
kanker payudara, terutama jika tidak memiliki riwayat keluarga pengidap keganasan
payudara.12
Complex Fibroadenoma
15
Fibroadenoma ini berisi kista, pembesaran lobulus – lobulus (adenosis) atau sedikit
padat, jaringan opak (kalsifikasi). Complex fibroadenoma juga tidak berubah menjadi
ganas, tetapi ini meningkatkan resiko kanker payudara.12
Pencegahan13
Pencegahan Primer
Modifikasi Gaya Hidup
Di AS, menurut studi populasi menyatakan bahwa gaya hidup (seperti penggunaan
tembakau, konsumsi alkohol) merupakan hal utama dalam menghindari kematian
akibat kanker.13
Adanya program terarah pada penghentian merokok serta penerimaan sosial, dapat
menjadi strategi dalam usaha menolong pasien. Risiko dapat menurun tiap tahun
setelah berhenti merokok. Selain itu, diet merupakan bagian penting dalam
pencegahan primer kanker. Studi epidemiologi menyatakan bahwa asupan buah –
buahan dan sayuran dapat menjadi proteksi yang potensial dalam menurunkan resiko
kanker.
Banyaknya asupan lemak atau asam lemak tertentu (terutama lemak jenuh), obesitas
atau tingginya Indeks Massa Tubuh (IMT), dapat meningkatkan risiko keganasan
payudara, colon, prostatdan paru – paru.
Chemoprevention
Merupakan pencegahan dengan menggunakan bahan kimia yang
menghambat/mengganggu proses karsinogenik. Contoh senyawa yang biasa
digunakan antara lain: isoretinoin & asyclic retinoids, apirin (NSAID lain), beta
karoten & vitamin E, kalsium & selenium, tamoxifen, raloxifen.
Prognosis
Jarang terjadi transformasi dari fibroadenoma menjadi kanker. Fibroadenoma sering
mengalami resolusi, didukung dengan pendekatan konservatif dan management follow up.
Pada sebuah studi yang diikuti oleh wanita muda menginjak 29 tahun, mengalami
regresi atau resolusi yang komplit dari fibroadenoma berkisar 16-59%. Selain itu, life time
16
bagi penderita fibroadenoma kurang lebih 5 tahun. 50% diantaranya tidak mengalami regresi
spontan, setengahnya tidak mengalami perubahan sedangkan 25% diantaranya bertambah
ukurannya selama follow up. Wanita dengan fibroadenoma mempunyai resiko yang cukup
tinggi resiko kanker payudara pada kehidupan ke depannya. benjolan yang tidak dieksisi
harus selalu difollow up secara rutin dengan pemeriksaan fisik dan tes imaging, serta
mengikuti anjuran dokter.
Kesimpulan
Fibroadenoma mammae adalah suatu neoplasma jinak berbatas tegas, padat,
berkapsul, dan lesi payudara terlazim pada wanita berusia di bawah 25 tahun. Diduga bahwa
penyebabnya adalah adanya sensitivitas terhadap hormon estrogen. Terapi dengan biopsi
eksisi, hal ini untuk mencegah semakin besarnya lesi jinak ini. Fibroadenoma mammae
merupakan penyakit yang biasa mengenai wanita berusia muda. Jadi sebaiknya dilakukan
langkah pencegahan. Dan yang paling penting adalah melakukan pencegahan berupa
pemeriksaan payudara sendiri (teknik SADARI) bulanan dan CBE tahunan dan melakukan
pemeriksaan mamografi setahun sekali jika sudah memasuki usia 40 tahun.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Anamnesis. Jilid I Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009; 25-27.
2. Naland H. Buku Panduan Keterampilan Medik. Keterampilan Pemeriksaan Payudara.
FK UKRIDA. 2010; 47-54.
3. Bickley CS, Szilagyi PG. Buku Ajar Bates. Teknik Pemeriksaan Payudara Wanita. Edisi
8. Jakarta: EGC. 2009; 311.
4. King T. Pathology. Philadelphia: Mobsby Elsevier. 2007; 329.
5. Mangunkusumo R. Patologi. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Jakarta: Bagian
Patologi Anatomi FKUI. 2004; 332.
6. Michaell MJ. Textbook of Radiology and Imaging. The Breast. Volume 11 Edisi 7.
Philadelphia: Elsevier. 2003; 1464-1465.
7. Hillman R, Ault K, Rinder H. Hematology in Clinical Practice. Edisi 4. Philadelphia:
McGrawHill. 2005.
8. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Payudara. Bagian 1. Jakarta EGC. 1995; 365-414.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Payudara. Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005;
1301-1310.
17
10. Sjamsuhidayat R. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Payudara. Edisi 3. Jakarta: EGC.
2011; 471-497.
11. Henderson C. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Kanker Payudara. Volume
4 Edisi 13. Jakarta: EGC. 2000; 2045-2046.
12. Complication of fiboadenoma. Diunduh dari www.MayoClinic.com. 16 April 2012.
13. Rugo HS. Current Diagnosis & Treatment. 18 th edition. Cancer. Lange Medical
Books/Mc Graw Hill. 2007; 1589.
18