kultural. Sifat tersebut dapat saling dipertukarkan, berubah dari waktu ke waktu, berbeda dari satu tempat ke
tempat lainnya, dan berbeda dari satu kelas ke kelas lainnya
Apa Implikasinya ?
Gender menyebabkan anak perempuan dan anak laki-laki dibesarkan, diajari berperilaku, dan diharapkan oleh
masyarakat secara berbeda sejak mereka dilahirkan (gender socialization)
Gender menciptakan peran gender (gender role), yakni peran-peran yang dianggap pantas atau tidak pantas bagi
laki-laki dan perempuan. Gender menciptakan hubungan laki-laki dan perempuan didasarkan peran gendernya, yang
disebut hubungan gender (gender relation). Peran dan hubungan gender bias dipertahankan, diubah, atau bahkan
dibongkar sama sekali
Konstruksi Gender
Membawa dampak yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan, sehingga melahirkan perbedaan gender (gender
differences)
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender
inequalities). Perbedaan gender sering melahirkan ketidakadilan gender. Dibandingkan laki-laki, bentuk dan kualitas
ketidakadilan gender yang dialami perempuan jauh lebih banyak: subordinasi, marginalisasi, stereotip, beban ganda,
dan kekerasan terhadap perempuan
Gender-related Development Index (GDI) rendah. GDI diukur dari usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata
lama sekolah, akses pada penghasilan
Gender Empowerment Measure (GEM) rendah. GEM dilihat dari keterwakilan perempuan di parlemen, perempuan
sebagai tenaga professional manajer, angkatan kerja perempuan
Ada beberapa manifestasi ketidakadilan gender, namun semuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Manifestasi ketidakadilan gender ini meliputi:
3. Stereotyping (pelabelan negatif): adalah sikap negatif masyarakat terhadap perempuan sehingga perempuan
selalu dalam posisi dirugikan.
Contoh: perempuan tukang gosip, penggoda, janda kembang, …
4. Double burden (beban ganda): adalah pembagian tugas dan tanggung jawab yang memberatkan perempuan
(ketika perempuan berkiprah di sektor publik, beban kerja di sektor domestik masih menjadi tanggung
jawabnya)
Contoh: rata-rata jam kerja perempuan lebih panjang daripada laki-laki (12-16 jam per hari)
5. Violence (kekerasan terhadap perempuan): adalah segala bentuk kekerasan berdasarkan gender yang
akibatnya berupa atau dapat berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan,
termasuk di dalamnya ancaman-ancaman dari perbuatan semacam itu, seperti paksaan atau perampasan
yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi
seseorang. Bentuknya bisa kekerasan fisik, seksual, psikologis, maupun ekonomi.
Contoh: perkosaan (termasuk marital rape dan dating rape), kekerasan dalam rumah tangga (domestic
violence), sunat perempuan (genital mutilation), pornografi, pelacuran, pemaksaan sterilisasi KB (enforced
sterilization), menyentuh bagian tubuh perempuan tanpa kerelaan yang bersangkutan (molestation),
pelecehan seksual (sexual harassment), trafficking, dsb
Apa Akibatnya ?
Perempuan sendiri menganggap kondisi dan posisi perempuan sebagai sesuatu yang normal dan kodrati, karena
perempuan disosialisasi dengan posisi, citra, ”kodrat” yang demikian à proses penjinakan (cooptation).
Budaya patriarkhi adalah budaya yang memosisikan laki-laki sebagai superior/superordinat, sementara perempuan
diposisikan sebagai subordinat. Budaya patriarkhi ini mendominasi ideologi gender. Ini tercermin pada kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara
Apa Implikasinya ?
Budaya patriarkhi menjadi pembenar bagi sistem distribusi kewenangan, sistem pengambilan keputusan, sistem
pembagian kerja, sistem kepemilikan, sistem pembagian sumber daya yang bias gender