Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No.

1, Maret 2017

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES


MELITUS DENGAN TB KUTIS

(Case Studi: Nursing Care for Patient Diabetes Melitus and TB Cutis)

Maria Theresia Arie Lilyana*


Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala
Jl. Raya Kalisari Selatan no.1, Surabaya; Telp. (031) 99005299
Email: arie.lilyana8@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif ditandai
dengan tingginya kadar gula darah. Kontrol gula darah bagi pasien DM
dilaksanakan dengan patuh menjalankan terapi seumur hidup untuk mencegah
komplikasi akut maupun kronik serta penurunan imunitas tubuh. Metode: Studi
kasus asuhan keperawatan pada Tn. N dengan riwayat DM dan TB kutis disertai
fistula di dada kanan yang mengeluarkan pus. Hasil: Intervensi yang diberikan
pada Tn. N: oral antihiperglikemi, pemasangan WSD dan perawatan area WSD
yang mengalami fistula di dada kanan dengan pengeluaran pus, serta pengaturan
diet DM. Evaluasi hasil menunjukkan: Tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
84 x/menit, pernapasan 22 x/menit, sesak berkurang setelah terpasang chest tube
WSD di dada kanan, keadaan lokasi luka sekitar WSD tidak tampak kemerahan,
cairan drainage WSD berwarna serosa sebanyak 50 ml. Pembahasan: Pasien DM
dengan kontrol gula darah yang kurang beresiko mengalami penurunan imunitas,
sehingga rentan mengalami infeksi seperti TB Paru. Kesimpulan: Pasien DM
harus patuh dalam penatalaksanaan DM seumur hidupnya agar kontrol gula darah
baik dan terhindar dari komplikasi seperti infeksi paru oleh TB.
Kata kunci: Diabetes Melitus, TB Kutis, Penurunan Imunitas tubuh, Infeksi
Paru, Fistula dada kana

ABSTRACT
Introduction: Diabetes Mellitus is a degenerative disease with high blood sugar
levels as a symptom. Blood sugar control for diabetic patients is carried out with
a lifelong therapy to prevent acute and chronic complication and also decreased
of immunity. Method: Case study: nursing care of Mr. N with DM, TB Cutis and
fistule at his right that has secret. Result: Interventions were given for Mr. N are
oral antihyperglcemy, chest tube drainage and wound care for fistule in the right
chest that has secret, also management diet for DM. The results from intervention
are Blood pressure: 140/90 mmHg, pulse: 84 x/minute, respiration: 22 x/minute,
decreased dyspneu after given chest tube drainage in the right chest, the region of
chest tube drainage the color is normal, volume secret from drainage tube are 50
ml. Discussion: Poorly control blood sugar causes decreased immunity of DM
patient, and they can undergo respiratory tract infections such as pulmonary TB.
Result: Patients with diabetes the complication such as TB must control their
blood sugar to preven the complication such as TB.
Keywords: Diabetes Mellitus, TB Kutis, Decreased Body Immunity, Lung
Infection, Fistule in the right chest

69
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

PENDAHULUAN METODE
Diabetes Melitus (DM) Studi kasus ini dilaksanakan
merupakan penyakit metabolik untuk mengetahui hubungan antara
akibat berkurangnya sekresi insulin DM dengan resiko kejadian TB Paru
dari sel beta pankres atau penurunan serta pena-talaksanaan TB Paru pada
dari sensitivitas jaringan terhadap pasien DM.
insulin (Stanley, Blair, dan Beare,
2005). Gangguan dari jumlah dan Presentasi kasus:
fungsi insulin tersebut meng- Tn. N, 38 tahun datang
akibatkan kadar glukosa dalam darah berobat dengan keluhan sesak napas
tinggi, namun kadar glukosa yang serta adanya luka (fistule) di dada
tinggi dalam darah tersebut tidak kanan yang mengeluarkan nanah
dapat dipergunakan oleh sel sebagai selama 3 tahun. Fistule yang
sumber (Silbernagl, 2006). mengeluarkan nanah tersebut selalu
Tingginya kadar glukosa darah dan dipasang kain oleh pasien untuk
tidak terkontrol dapat mengakibatkan menyerap produksi sekret/nanah. Tn.
komplikasi bagi pasien DM, N memiliki riwayat penyakit DM
komplikasi yang terjadi tersebut selama 5 tahun mulai tahun 2010 dan
dapat bersifat akut maupun kronik. mendapatkan terapi oral
Kadar glukosa dalam darah antihiperglikemi serta pernah
yang tinggi dan tidak terkontrol mendapatkan insulin, namun tidak
dapat pula menyebabkan pasien DM patuh menjalankan pengobatan DM.
beresiko mengalami penurunan Tn. N juga pernah mendapatkan
sistem imunitas tubuh, sehingga pengobatan TB pada tahun 2010
rentan terinfeksi. Penelitian yang selama 6 bulan dan dinyatakan
dilaksanakan oleh Restrepo, et al. sembuh dari PUSKESMAS tempat
2008 menyatakan bahwa pasien klien berobat berdasarkan hasil
dengan DM beresiko untuk terinfeksi pemeriksaan dahak. Tahun 2012
kuman TB. Hasil penelitiannya klien terdiagnosis TB kembali dan
menunjukkan bahwa pasien dengan menjalankan pengobatan TB selama
riwayat DM akan mengalami 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
perubahan dalam daya pertahanan
tubuhnya terhadap kuman Klien dirujuk ke RS untuk
Mycobacterium Tuberculosis akibat mendapatkan pelayanan kesehatan
kondisi hiperglikemi menetap yang lanjutan. Keluhan yang dirasakan
dialami pasien DM. Penurunan klien adalah sesak selama 3 hari
respon imun pada pasien DM terjadi sebelum masuk Rumah Sakit
akibat kegagalan kemotaksis, sehingga tidak dapat beraktifitas
fagositosis dan respon terhadap mandiri. Keluhan lain yang dirasakan
antigen M.Tuberculosis serta yaitu dada bagian kanan yang
proliferasi dari selT. terdapat luka/fistule mengeluarkan
cairan/sekret berwarna kuning mulai

70
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

tahun 2012. Dada kanan klien telah x/menit, kuat dan teratur, pernapasan
dilakukan punksi cairan sebanyak 2 22 x/menit.
kali pada bulan April dan Juli tahun
2012. Bagian tubuh kanan klien Pemeriksaan penunjang yang
cenderung untuk miring ke dilakukan mendapatkan data sebagai
kanan/arah yang sakit setelah berikut:
dilakukan punksi, dan dari bekas Hasil Thoraks foto pada tg.6 Maret
luka tersebut mengeluarkan cairan 2015 post pemasangan WSD. Masih
sedikit setiap harinya dan saat ini terlihat opasitas di hemithoraks
cairan yang keluar adalah pus. kanan yang mengobliterasi struktur
Luka/fistule yang merembes organ hemi-thoraks kanan. Tip WSD
secret/pus tersebut dipasang tampon setinggi sela iga 5 anterior kanan.
atau kain oleh Tn. N dan keluarga Jantung kesan sedikit terdorong,
untuk menyerap secret. Klien Trakea di tengah, corakan
berharap di RS rujukan ini bronkhovesikuler paru stationer.
mendapatkan perawatan dengan tepat
agar dapat pulih seperti sediakala dan Hasil laboratorium sebagai berikut:
beraktivitas kembali sebagai kepala
keluarga dan pencari nafkah bagi Jenis Hasil Nilai normal
keluarganya. pemeriksaa tg.5/3/1
Diagnosa masuk saat dirawat n 5
adalah Empiema thoraks kanan ec. Hemoglobin 8,2 13,0-18,0
TB dd infeksi Bakteri TB kutis g/dl
Hematokrit 26 40-52 %
dengan fistule dinding dada. Hasil
Leukosit 7,65 5-10
pemeriksaan fisik diperoleh data
ribu/mm3
sebagai berikut:
Trombosit 295 150-440
Klien mengatakan tidak dapat ribu/mm3
menarik napas dalam karena GDS 149 <180 mg/dl
menahan nyeri di bagian dada Na 138 135-145
kanannya. Dinding dada klien (5/3/2015)
asimetris, kanan lebih menonjol K 3,90 3,5-5,5
daripada kiri. Pergerakan dinding (5/3/2015)
dada kanan tertinggal saat bernapas Cl 102 99-109
dibandingkan dada kiri, pada perkusi (5/3/2015)
terdengar redup di dada kanan. LDH 268 135-225 U/L
Terdapat fistula pada linea axilaris SGOT 12 0-37 u/l
anterior serta jaringan parut pada SGPT 9 0-40 u/l
kulit dada bagian kanan. Luka di Ureum 20 20-40 mg/dl
Jenis Hasil Nilai normal
dada kanan tersebut merembes cairan
pemeriksaa tg.5/3/1
pus kekuningan. Tekanan Darah :
n 5
100/80 mmHg, denyut nadi: 88
Gula darah 216

71
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

sewaktu mg/dl riwayat DM selama 5 tahun mulai


Gula darah 93 tahun 2010 dengan pengobatan oral
puasa mg/dl antihiperglikemi serta pernah
HbA1C 5,3 mendapatkan insulin namun tidak
Terapi yang diperoleh klien, yaitu: patuh dalam menjalankan terapi
Oksigen 3 lpm dengan nasal kanul, pengobatan DM. Tn. N yang telah
Ketorolac 1 amp dalam Infus NaCl terdiagnosis DM mengalami TB
0,9% 500 ml selama 12 jam, CaCo3 pada tahun 2010 dan menjalankan
3 x 1tb diberikan secara oral, pengobatan TB hingga dinyatakan
Metronidazole 3 x 500 mg sembuh. Klien menyatakan tahun
diberikan secara intravena, 2012 kembali menjalankan
Metformin 1 x 500 mg secara oral pengobatan TB selama 6 bulan dan
pada malam hari. Terapi tambahan dinyatakan sembuh oleh Puskesmas
selanjutnya adalah Amlodipine 1 x 5 tempat klien menjalankan
mg, Metformin dilanjutkan dengan pengobatan.
dosis 2 x 500mg, Ceftazidine 3 x 1 gr Penelitian tentang insidensi
secara intravena. Klien juga TB pada pasien DM telah dilakukan
dilakukan tindakan pemasangan oleh Fauziah, Basyar dan Mana,
WSD dengan produksi cairan 2016 di RS. M. Djamil, Padang pada
berwarna kuning (pus) sebanyak 300 Desember 2011 hingga Januari 2013.
ml, serta perawatan luka harian Penelitian tersebut menggunakan
sekitar lokasi pemasangan WSD data rekam medis pasien yang
terutama luka/fistule yang bertujuan mengetahui insiden TB
memproduksi sekret. Paru pada pasien DM tipe 2. Hasil
Hasil perawatan mulai tgl.5 dari penelitian tersebut menunjukkan
Maret sampai dengan tgl.15 Maret bahwa terdapat 29 (3.88%) kasus TB
2015 menunjukkan hasil sebagai Paru pada 748 pasien dengan DM
berikut: tipe 2. Kasus terbanyak TB Paru
Tekanan darah 120/80 mmHg, pada pasien dengan DM tipe 2
denyut nadi 84 x/menit, pernapasan tersebut ditemukan pada jenis
22 x/menit. Klien mengungkapkan kelamin laki-laki sebanyak 12 orang
sesak berkurang setelah terpasang (58.62%), dan usia pasien < 60 tahun
WSD, terpasang chest tube WSD di sebanyak 21 orang (72.41%) dengan
dada kanan , keadaan lokasi luka rerata usia pasien TB dengan DM
sekitar WSD tidak tampak adalah 54.66±12.77 tahun.
kemerahan, cairan drainage berwarna Penelitian yang dilakukan
serosa sebanyak 50 ml. oleh Wijayanto, dkk (2015)
menunjukkan bahwa prevalensi
PEMBAHASAN terjadinya TB pada klien dengan DM
Klien dengan riwayat sebesar 28.2%. Penelitian tersebut
penyakit DM rentan untuk dilakukan pada 174 pasien dengan
mengalami TB. Klien Tn.N memiliki DM, yang terdiri dari 71 pasien laki-

72
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

laki (40.8%) dan 103 pasien neuropathy diabetik, insufisiensi


perempuan (59.2%). Prevalensi TB pembuluh darah. Faktor yang
paru pada pasien DM tipe 2 berkontribusi tersebut merupakan
sebanyak 49 orang (28.2%). Hasil akibat dari rendahnya kontrol
dari penelitian tersebut menunjukkan glikemi pada pasien DM (Black &
bahwa faktor yang mempengaruhi Hawks, 2009). Penelitian yang
terjadinya TB Paru pada pasien dilakukan oleh Made Dewi
dengan DM tipe 2 adalah: riwayat Susilawati dan Sri Muljati, 2016
kontak erat dengan penderita TB, menunjukkan bahwa pasien DM
IMT yang rendah, menderita DM yang mengalami intolerasi glukosa
kurang dari 1 tahun serta kadar atau kontrol glikemi yang buruk
HbA1C >8. memiliki resiko 1.4 kali mengalami
Diabetes Melitus (DM) infeksi paru akibat kuman TB
adalah gangguan yang terjadi pada dibandingkan individu yang tidak
metabolisme glukosa akibat sekresi memiliki DM.
insulin dari sel beta pankres Resiko mengalami infeksi
berkurang atau adanya penurunan paru pada pasien DM didukung oleh
sensitivitas jaringan terhadap insulin Restrepo, et al. 2008. Restrepo
(Stanley, Blair, dan Beare, 2005). menyatakan bahwa pasien dengan
Gangguan metabolisme yang terjadi DM beresiko untuk mengalami TB.
menyebabkan abnormalitas pada Hasil penelitian yang dilakukan
sirkulasi mikrovaskuler dan tersebut menunjukkan bahwa pasien
makrovaskuler, yang pada akhirnya dengan riwayat DM akan mengalami
menyebabkan terjadinya komplikasi perubahan dalam daya pertahanan
pada pasien DM. Komplikasi DM tubuhnya terhadap kuman
antara lain: retinopathy, nefropathy, Mycobacterium Tuberculosis akibat
komplikasi pada sistem kondisi hiperglikemi menetap yang
kardiovaskuler, serta memperlambat dialami pasien DM. Respon imun
proses penyembuhan luka (Guo, S yang mengalami penurunan pada
and L.A. DiPietro,2010). Pasien pasien DM terjadi pada kegagalan
dengan DM beresiko pula men- kemotaksis, fagositosis dan respon
galami infeksi, dan setelah terinfeksi terhadap antigen M.Tuberculosis
menyebabkan kesulitan dalam mana- serta proliferasi dari selT. Penurunan
jemen terapinya (Black & Hawks, respon imun tersebut menyebabkan
2009). pasien DM rentan mengalami infeksi
Infeksi yang dialami oleh akibat TB. Sehingga pasien DM
pasien DM dipengaruhi oleh harus melakukan tatalaksana DM
berbagai faktor. Faktor yang dengan baik. Tatalaksana DM yang
berkontribusi terhadap per- baik akan memberikan kontrol
kembangan terjadinya infeksi pada glikemi darah yang baik, sehingga
pasien DM adalah: gangguan fungsi mencegah terjadinya komplikasi
poli-morfonuklear lekosit,

73
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

akibat DM serta penyakit infeksi memperantarai infeksi TB adalah


yang dapat ditularkan seperti TB. efek tak langsung pada fungsi
Tn. N terdiagnosis DM pada makrofag dan limfosit yang
tahun 2010 dan pernah menjalankan mengakibatkan ketidakmampuan
pengobatan TB pada tahun 2010. Hal dalam melawan organisme asing.
ini selaras dengan penelitian yang Review dari Dooley dan Chaisson,
dilakukan oleh Wijayanto, 2015 2009 tersebut menunjukkan bahwa
bahwa pasien dengan diagnosis DM pasien DM dengan kadar HbA1C >
kurang dari 1 tahun beresiko 7% beresiko mengalami TB 3 kali
mengalami TB Paru. Penelitian lebih sering dibandingkan pasien
tersebut memperkuat review yang DM dengan kadar HbA1C < 7%.
dilakukan oleh Dooley dan Chaisson, Sehingga, kontrol gula darah dengan
2009 yang menunjukkan bahwa diet, latihan dan obat
pasien dengan DM beresiko antihiperglikemi pada pasien DM
mengalami infeksi TB. Tn. Nt juga harus diperhatikan. Kontrol gula
menjalankan pengobatan TB selama darah yang baik dapat mencegah
6 bulan dan dinyatakan sembuh oleh kejadian infeksi utamanya infeksi
Puskesmas yang merawat pasien. berulang.
Namun, klien kembali harus TB yang terjadi pada pasien
menjalankan pengobatan TB pada DM memberikan keluhan yang
tahun 2012 selama 6 bulan lagi dan berbeda serta respon yang berbeda
dinyatakan sembuh. Hal ini diperkuat pula terhadap terapi TB yang
oleh penelitian yang dilakukan oleh diberikan. Maka, pasien TB dengan
Made Dewi Susilawati dan Sri DM harus mengontrol kadar gula
Muljati, 2016 yang menyatakan darahnya dengan baik yang menjadi
bahwa kontrol glikemi yang buruk tujuan utama pengelolaan DM.
meningkatkan resiko terjadinya Kontrol kadar gula darah dalam
penyakit infeksi pada pasien TB. batas yang normal, mampu
Kontrol glikemi yang buruk mencegah terjadinya komplikasi akut
disebabkan oleh ketidaktaatan pasien dan kronik (Shristava, Shristava, &
dalam menjalankan pengobatan DM. Ramasamy, 2013). Pengelolaan DM
Hal ini dijumpai pula pada Tn. N dilakukan dengan cara Diet, aktivitas
yang menyatakan bahwa fisik serta terapi antihiperglikemi
mendapatkan terapi oral hiperglikemi baik oral maupun injeksi.
dan juga insulin namun tidak Tatalaksana yang dilakukan pada
menjalankan pengobatan DM. kasus di atas adalah mengatur diet
DM merupakan pemicu bagi pasien, serta aktivitas yang
terjadinya infeksi oleh masih dapat ditoleransi pasien.
Mycobacterium Tuberculosis melalui Terapi oral yang diberikan adalah
mekanisme langsung akibat Metformin 2 x 500 mg. Perawatan
hiperglikemi dan insulinopenia sel. yang dilaksanakan mulai tanggal 5-
Mekanisme lainnya yang 15 Maret 2015 menunjukkan adanya

74
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

perbaikan pada kondisi pasien. Luka Positive Outcomes 8th Edition. USA:
yang ada di dada kanannya tidak Elsevier Inc
mengalami infeksi dan pus yang
tertampung dalam tabung WSD Dooley, Kelly E., Richard E
mengalami penurunan jumlahnya Chaisson. 2009. Tuberculosis and
dibandingkan awal perawatan diabetes mellitus: convergence of
menjadi 50 cc dengan kondisi luka two epidemics. Lancet Infect
yang bersih tanpa menunjukkan Disease. 2009 December ; 9(12):
adanya tanda infeksi. 737–746. doi:10.1016/S1473-
3099(09) 70282-8.

SIMPULAN DAN SARAN Fauziah, Dina Fitri., Masrul Basyar.,


Simpulan Asman Manaf. 2016. Insidensi
Pasien dengan DM dengan Tuberkulosis Paru pada Pasien
kontrol gula darah yang buruk, Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang
beresiko mengalami infeksi seperti Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP
TB. Infeksi yang terjadi pada pasien Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
DM dengan kontrol gula darah yang Kesehatan Andalas 2016. diakses
tidak baik disebabkan oleh respon dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
imun yang rendah terutama fungsi
dari polimorfonuklear lekosit. Wijayanto, Agung., Erlina Burhan,
Akibatnya, pasien DM meng-alami Arifin Nawas, Rochsismandoko.
kegagalan pada kemotaksis, 2015. Faktor Terjadinya
fagositosis dan respon terhadap Tuberkulosis Paru pada Pasien
antigen M.Tuberculosis serta Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal
proliferasi dari selT yang Respirologi Indonesia Vol. 35 No. 1
menyebabkan pasien DM rentan Januari 2015
mengalami TB Paru.
Saran Wijaya, Indra. 2015. Tuberkulosis
Pasien dengan DM harus Paru
memiliki kemampuan kontrol gula pada Penderita Diabetes Melitus.
darah yang baik dengan patuh Cermin Dunia Kedokteran Volume
menjalankan pena-talaksanaan DM, 42 no 6.
untuk mencegah komplikasi akut dan
kronik serta menurunkan angka Gardner, David G., Dolores
kejadian terserang infeksi seperti TB Shoback. 2007. Greenspan’s Basic
Paru. & Clinical Endocrinology 8th
Edition. USA: McGraw-Hill
DAFTAR PUSTAKA Companies,Inc
Black, Joyce M., Jane Hokanson
Hawks.(2009). Medical-Surgical Guo, S and L.A. DiPietro. 2010.
Nursing: Clinical Management for Factors Affecting Wound Healing.

75
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Journal of Dental Research. doi: Stanley, Mickey., Kathryn A. Blair.,


10.1177/ 0022034509359125 Patricia Gauntlett Beare., (2005).
Gerontological Nursing: Promoting
Restrepo, Blanca I. , Susan P. Fisher- Successful Aging with Older Adult.
Hoch., Paula A. Pino., Adrian (3rd ed). Philadelphia: F.A Davis
Salinas., Mohammad H. Company.
Rahbar.,Francisco Mora., Nicolas
Cortes-Penfield., and Joseph B. Dewi Susilawati, Made., Sri Muljati.
McCormick. 2008. Tuberculosis in 2016. Hubungan Antara Intoleransi
Poorly Controlled Type 2 Diabetes: Glukosa dan Diabetes Melitus
Altered Cytokine Expression in dengan Riwayat Tuberkulosis Paru
Peripheral White Blood Cells. Dewasa di Indonesia (Analisis
Clinical Infectious Disease Journal: Lanjut Riskesdas 2013). Media
America. DOI: 10.1086/590565 Litbangkes, Vol. 26 No. 2, Juni
2016, 71 – 76. diakses di
Shristava, Saurabh Rambihariral., ejournal.litbang.depkes.go.id
Prateek Saurabh Rambihariral.,
Jegadeesh Ramasamy. (2013). Role
of Self-care in Management of
Diabetes Mellitus. Journal of
Diabetes and Metabolic Disorder

Silberngl, Stefan., Florian Lang.


2006. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta: EGC

76

Anda mungkin juga menyukai