Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN

INFERTILITAS PADA WANITA : PENELITIAN KASUS


KONTROL
Mandana Sarokhani, Yousef Veisani, Akbar Mohamadi, Ali Delpisheh, Kourosh Sayehmiri,
Ashraf Moghadam, Mahsid Aryanpur.

ABSTRAK
Pendahuluan : Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa merokok dapat memberikan efek
samping yang menurunkan kesempatan fertilitas seorang wanita, namun beberapa aspek lain,
seperti perilaku merokok masih belum jelas hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi hubungan antara ancaman rokok dengan infertilitas pada wanita menggunakan
penelitian perbandingan dengan wanita fertil. Cara : Penelitian kasus kontrol ini dilakukan pada
350 wanita (177 infertil dan 173 fertil) pada bulan Maret-Mei 2014. Sampel dipilih melalui dua
fase. Demografik dan data reproduktif didapatkan dari kuesioner Fagerstorm Test for Nicotine
Dependency (FTND). Skor total kuseioner adalah 10. Partisipan lalu akan dibagi menjadi 3
kelompok, Rendah Ketergantungan Nikotin (0-4), Sedang Ketergantungan Nikotin (5), dan
Tinggi Ketergantungan Nikotin (6-10). Untuk mencari hubungan antara merokok dan
infertilitas, baik tes chi-square dan logistic-regression digunakan dalam penelitian ini. Hasil :
pengunaan tembakau pada wanita infertil lebih tinggi daripada wanita fertil (23.7% vs 16.1%).
Bahkan, 16.7% dari pengonsumsi tembakau memiliki ketergantungan berat terhadap nikotin.
Sedang dan ringan ketergantungan nikotin ditemukan pada 5.6% dan 77.8% pada sampel.
Adanya riwayat merokok pada seseorang meningkatkan kesempatan terjadinya infertil dan
risiko terjadinya infertilitas berkaitan dengan ketergantungan rendah nikotin.

PENDAHULUAN
Infertilitas adalah sebuah fenomena yang terkadang dapat disembuhkan dan terkadang tidak
dapat dapat disembuhkan, yang akan membawa dampak negatif pada pasangan secara
emosional. Sampai saat ini, 10-15% dari seluruh pasangan menderita infertilitas. Prevalensi
yang meningkat di seluruh dunia telah membuat kecemasan pada populasi umum. Banyak
upaya telah dilakukan untuk mengevaluasi faktor yang mempengaruhi kehamilan. Pengunaan
tembakau dikategorikan sebagai perilaku yang memiliki risiko tinggi. 30% wanita dan 35%
pria di Amerika Serikat adalah pecandu rokok. Bahkan, dilaporkan bahwa infertilitas primer
dan riwayat infertilitas pada perokok mencapai 3,6% dan 1.7%.
Satu batang rokok mengandung 400 bahan kimia, beberapa dnataranya mengandung racun dan
karsiogenik. Nikotin, karbon monoksida, tar, asenik, ammonia dan hidrogen sianida, adalah
bahan yang terkandung dalam rokok, yang berkontribusi pada cidera jantung dan hati. Bahan-
bahan tersebut memiliki dampak besar pada sistem reproduksi manusia. Sejauh ini, beberapa
penelitian mengenai dampak tembakau dan infertilitas manusia telah banyak dilakukan,
namun, hasil yang berlawanan kerap kali dijumpai.
1
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15
Beberapa dari penelitian tersebut melaporkan ada dampak negatif dari perilaku merokok, baik
pria dan wanita, terhadap infertilitas. Jika seorang perokok yang telah merokok selama
beberapa tahun atau merokok lebih dari satu batang setiap hari, risiko terhadap masalah
fertilitas meningkat. Namun, beberapa penelitian melaporkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara merokok dan fertilitas pada manusia.

Merokok menyebabkan rusaknya DNA dan menyebabkan menurunnya kualitas sperma.


Perokok pasif juga menyebabkan pada motilitas sperma dan terjadinya interfensi pada fungsi
akrosom sperma. Sebuah penelitian melaporkan bahwa adanya paparan tembakau saat
kehamilan dapat meyebabkan dampak jangka panjang pada sistem reproduksi. Salah satu
dampak yang terjadi adalah disgenesis ovarian pada wanita yang terpapar tembakau pada masa
kehamilan. Selain itu, bahan kimia yang ada pada rokok dapat mempercepat deplesi foluikular
pada perokok dan terpaparnya janin pada rokok.

Dampak pada menurunnya onset umur menopause disebabkan oleh absorbsi vitamin dan
mineral. Menurut sebuah penelitian, pengunaan tembakau meningkatkan infertilitas sebanyak
1,6x. Namun, Berthiller dkk melaporkan bahwa fertilitas tidak terjadi pada perokok pasif, baik
wanita dan pria.

Sehubungan dengan hasil yang inkonsisten pada beberapa penelitian mengenai penggunaan
tembakau dengan fertilitas, tujuan dari penelitian adalah untuk menginvestigasi hubungan
perilaku penggunaan rokok dengan infertilitas pada wanita. The Fagerstorm Test for Nicotine
Dependence (FTND) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mengandung 2 atau
lebih faktor.

BAHAN DAN METODE


Pasien
Penelitian kontrol kasus ini dilakukan pada 350 wanita (177 infertil dan 173 fertile) terhitung
sejak bulan Maret hingga Mei 2014. Sampling dilakukan pada dua tahap. Tahap yang pertama
dilakukan dengan cara clusting sampling pada 6 rumah sakit swasta yang berbeda area pada
kota Ilam, Iran. Setelah itu, sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Kami
menghitung banyak sampel (n) dari formula untuk kasus kontrol dan prevalensi umum dari
penelitian sebelumnya, dimana z-score dari 0.475, adalah prevalensi perokok wanita yang
infertil.

Definisi variabel
Pada saat penelitian ini dilakukanm wanita dibagi menjadi dua kelompok ; fertil dan infertil
(baik infertil primer, infertil sekunder, maupun belum pernah hamil). Menurut World Health
2
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15
Organization (WHO), angka kumulatif yang dipakai untuk mendefinsikan seseorang sebagai
perokok adalah mengonsumsi 100 batang rokok dalam satu masa hidup. Oleh karena itu,
seseorang yang telah merokok lebih dari 100 batang rokok dimasukan dalam kategori perokok.

KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI


Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dengan infertil, baik
primer maupun sekunder. Pada penelitian ini, infertilitas di definisikan sebagai wanita yang
telah menikah dan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama
12 bulan atau lebih tanpa kehamilan. Infertilitas primer didefinisikan sebagai infertil pada
wanita tanpa ada riwayat kehamilan sebelumnya, sedangkan infertil sekunder adalah infertil
yang terjadi pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan sebelumnya. Wanita yang sudah
menapause, wanita dengan kelainan anatomi yang dapat mempengaruhi kehamilan di
eksklusikan dari kriteria. Kontrol subjek diambil dari populasi secara acak namun di stratakan
berdasarkan umur.

KUESIONER
Penelitian ini menggunakan kuesioner FTND sebagai pengumpulan data. FTND merupakan
instrumen standar yang digunakan untuk menilai intensitas fisik pada keadaan adiktif pada
nikotin. Pada penelitian ini, FTND digunakan untuk menilai jumlah subjek yang memeliki
kecanduan nikotin pada kelompok kasus dan kontrol. Tes ini memiliki 6 pertanyaan, termasuk
merokok pada paagi hari, waktu merokok terbaik, angka rerata pengunaan rokok per hari,
penggunaan rokok yang menyebabkan masuk rumah sakit, dan penggunaan rokok pada tempat
umum. Berdasarkan hasil yang didapat dari tes ini, subjek akan dibagi menjadi 3 kelompok,
Rendah Ketergantungan Nikotin (0-4), Sedang Ketergantungan Nikotin (5) dan Tinggi
Ketergantungan Nikotin (6-10). Pertanyaan demografik pada penelitian ini adalah umur,
pendidikan, pekerjaan wanita (dan suami), keadaan sosial ekonomi, lama pernikahan, alat
kontrasepsi yang dipakai, umur hamil pertama kali, lama usaha yang dilakukan untuk
mempunyai anak, riwayat kehamilan, dan penyebab infertil.

PERSETUJUAN SECARA ETIS


Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Ilam Universitay of Medical dan Sciences in
Iran. Infromed consent didapatkan dari peserta sebelum penelitian ini dilakukan.

ANALISIS STATISTIK
Standar deviasi digunakan untuk mendeskripsikan data frekeuensi, persentil dan rerata.
Hubungan infertil dan rokok dengan variabel kualitatif menggunakan x2, Fisher Exact test dan
Monte Carlo methods. Model logistik diaplikasikan untuk mencari ratio Kemungkinan dengan
95% interval keyakinan. P-Value kurang dari .05 dianggap sebagai signifikan.
3
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15
HASIL
Pada penelitian kasus kontrol ini, di teliti 350 subjek wanita (173 fertil dan 177 infertil). Rerata
umur dari subjek fertil dan infertil adalah 20.79 ± 3.51 dan 19.65 ± 2.79 tahun, dengan tidak
ada perbedaan yang signifikan. Dari para sbujek tersebut, 70 (20%) partisipan memiliki riwayat
merokok paling tidak satu kali selama masa hidup mereka. Pengalaman menggunakan
tembakau pada wanita infertil lebih tinggi daripada wanita fertil (23.7% vs 16,1%). Riwayat
pengalaman menggunakan tembakau pada wnaita fertil dan infertil dapat dilhat pada tabel 1.

Tabel 1. Riwayat sampel terhadap merokok.


Riwayat Kelompok Total p-value
Fertil Infertil
Positif 28 (16,1%) 42 (23.7%) 70 (20%) 0.012
Negatif 145 (83,9%) 135 (76.3%) 280 (80%)

Tabel 2. Hubungan merokok dengan Fagerstorm Test pada sampel.

Variabel Fertil Infertil P-


N % N % value
Jumlah batang rokok 1-5 2 16,7 4 17,4 0.012
yang dikonsumsi 6-30 0 0 6 26,1 <0.001
31-60 5 41,7 5 21,7 1.0
>60 5 41,7 8 34,8 0.043
Umur saat pertama 1-10 10 76,9 16 66,7 0.674
kali merokok 11-20 2 15,4 5 20,8 0.035
21-30 0 0 2 8,3 -
>31 1 7,7 1 4,2 1.0
Kapan saat merokok Pagi hari 4 30,8 16 69,6 0.024
terbaik Saat lain 9 69,2 7 30,4 0.031
Saat sakit 4 30,8 8 27,6 0.005
Lebih 3 23,1 7 25,9 0.833
banyak
pagi hari

Pada tabel 2, kebiasaan merokok pada kelompok fertil dan infertil dibagi menjadi beberapa
komponen, jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari, umur saat pertama kali merokok, waktu
terbaik untuk merokok. Didaptkan 26,1%dari wanita infertil merokok 6-30 batang per hari,
angka ini secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok wanita fertil (P=<0.0001).
Dari subjek yang merokok, 66.7% dari wanita infertil dan 76.9% pada wanita fertil didaptkan
umur pertama kali merokok adalah dibawah 10 tahun. Tidak ada hubungan yang signifikan
4
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15
yang didaptkan dari penemuan ini. Ketika kelompok wanita infertil dan wanita fertil
dibandingkan, didapatkan wanita infertil merokok lebih banyak pada pagi hari dibandingkan
dengan wanita fertil (P=0.024)
Hasil dari FTND di tampilkan pada tabel 3. Kelompok Rendah Ketergantungan Nikotin
ditemukan lebih banyak pada seluruh subjek daripada kelompok Sedang Ketergantungan
Nikotin maupun Tinggi Ketergantungan Nikotin. Selain itu, kelomok Rendah Ketergantungan
Nikotin ditemukan secara signifikan pada kelompok infertil.
Tabel 3. Ketergantungan nikotin berdasarkan Fagerstorm Test pada sampel.

Ketergantungan Kelompok p-value


Fertil Infertil
Rendah 90.9% 77.8% 0.012
Sedang 9.1% 5.6% 1.0
Tinggi 0% 16.7% 0.001

Oleh karena itu, faktor signifikan yang mempengaruhi infertilitas adalah : merokok saat pagi
hari, ketergantungan rendah pada nikotin, adanya pengalaman dan riwayat merokok. Riwayat
merokok meningkatkan peluang seseorang menjadi infertil. Terkait waktu merokok, wanita
yang merokok pada pagi hari setelah bangun memiliki risiko 5.15 kali lebih tinggi daripada
wanita lain. Risiko infertilitas juga memiliki hubungan dengan rendah ketergantungan terhadap
nikotin.

Tabel 4. Analisis logistik terhadap faktor yang mempengaruhi infertilitas pada perokok dan bukan
perokok.

Faktor
Konstan -0.251 0.50 2.12 (1.77-16.15) 0.002
Merokok pada pagi hari 1.63 0.75 5.14 (1.17-22.48) 0.030
Ketergantungan rendah 2.72 1.03 3.12(1.16-8.09) 0.043
Riwayat merokok (+) 3.18 0.98 2.88(1.56-4.92) 0.008

DISKUSI
Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk menguji hubung anantara perilaku merokok dan
infertilitaspada wanita .Berdasarkan hasil, 16.7 % konsumen tembakau memiliki
ketergantungan niotin yang tinggi . Ketergantungan nikotin sedang dan rendah dilaporkan
masing -masing 14.7% dan 82.7% dari konsumen tembakau. Dari hasil ini menunjukan bahwa
20 dari peserta dalam penelitian ini telah menyebutkaan riwayat engalaman merokok tembakau
setidaknya sekali. Terlepas dari berbagai bahaya oleh erokok terhadapat kesehatan masyarakat,
sepertiga penduduk dunia yang berusia lebih dari 15 tahun secara permanen merokok.
Daripenelitian kami menunujukan bahwa angka ketergantungan nikotin pada wanita infertil
lebih tinggi daripada wanita fertil.

5
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15
Asupan nikotin memiliki efek yang dipengaruhi oleh dosis akan membuat hambatan fertilisasi
produksi hormon pada wanita dan menaupause fase awal. Kemungkinan terjadinya abortus
spontan dengan mekanisme patologis akibat merokok adalah efek lain yang berbahaya.
Penelitian melaporkan bahwa keadaan tinggi nikotin dapat membuat apoptosis selular pada
folikel ovarian, yang menyebabkan peningkatan infertilitas pada wanita merokok. Di lain
pihak, bahan kimia lain dalam rokok dan mempengaruhi anatomi dan fungsi dari tube uterin,
yang akan menyebabkan meningkatnya infertilitas pada wanita merokok. Namun, berbeda
dengan penelitian ini, ada sebuah penelitian yang melaporkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara merokok dan fertilitas.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, sebagian banyak wanita infertil mengaku bahwa waktu
yang paling baik untuk merokok adalah pagi hari. Analisis kami menunjukan bahwa wanita
infertil memiliki ketergantungan hebat terhadap nikotin. Selain itu, berdasarkan penelitian
kami, 16% dari wanita infertil mengaku ketergantungan berat terhadap nikotin, sedangkan
tidak ada wanita fertil yang mengaku memiliki ketergantungan hebat terhadap nikotin.
Penelitian lain menganalisis dampak dari perbedaan konsentrasi nikotin pada tikus dan
menunjukan bahwa nikotin memiliki efek ketergantungan dosis terhadap kekuatan fertilitas.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, intrepretasi dari penelitian ini harus
diperhatikan dengan seksama karena data yang dipakai diambil menggunakan kuesioner.
Selain itu, kejadian bias adalah kejadian yang menjadi kekurangan dari penelitian kasus
kontrol, begitu pula dengan penelitian ini. Penelitian ini juga hanya terbatas pada subjek yang
lolos pada kriteria inklusi saja.

KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, ketergantungan nikotin meningkatkan risiko infertilitas. Berhubungan
dengan efek pada infertilitas pada aspek fisik, mental, sosial ekonomi seseorang dalam
komunitas, pelatihan dan pemberian edukasi tentang efek negatif konsumsi tembakau
sebaiknya dimasukan kedalam paket edukasi bagi petugas kesehatan.

6
Biomedical Research & Therapy
Sarokhani, M, et al. Biomed Res Ther 2017 Oct;4(10):1705-15

Anda mungkin juga menyukai