Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN
Tentang
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA
Dosen Pengampu : Alfiana.,SE.,MM.

Disusun oleh :
Tivani Asmarani Jailani (161611018150019)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSISTAS WIDYAGAMA MALANG
2018
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

A. Definisi Analisis Biaya Volume Laba


Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk
menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi
pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net
income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu
periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan
terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan
bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan
bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaaninilah yang disebut dengan analisis
CVP (cost volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk.Proses analisis ini memerlukan
sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman
terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit
analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan,
khususnya jangka pendek, karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya,
jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang
berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi
perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya
adalah:
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam
perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.”
B. Asumsi Analisis Biaya Volume Laba
Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting
terkait analisis cost volume profit, yaitu:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara
konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan
direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara
langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk
perusahaan yang akan dijual.
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa
asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume
serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga
jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara
akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per
unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah
persediaan tidak berubah.
Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi.
Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Dianggap
bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-
unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat
aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah.
Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga jual
per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar
yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah
sebanding dengan perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata
perrunit produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-
macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan . Apabila produk-produk
mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan
akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan.
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah
sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode
berjalan sama dengan unit yang dijual.
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja
berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang
berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama
dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan
pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap,
Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak
hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini
diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka
pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan
berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya
tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume
profit bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan.
Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas,
total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan
dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan
produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang
ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan
melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Linearitas dan Rentang yang relevan
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear
pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak
relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya yang diharapkan meningkat
mendekati tingkat yang linear.
2. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP
Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap yang
diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baruuntuk mengukur
biaya variabel perunit, akuntan manajemen harus teliti memasukkan semua biaya
variable yang relevan, tidak hanya biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya
distribusi.

C. Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba


Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven
analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total
perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis titik impas
sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang
diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada
tingkat penjualan lainnya.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba
adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan
pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi
dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka
sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total,
penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel dan
marjin kontribusi dan nilai penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan
harga Rp. 3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp.
75.000. Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi
berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini.
PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
Total Per unit %
Penjualan (150 unit) Rp 525.000 Rp 3.500 100
Biaya biaya variabel Rp 393.750 Rp 2.625 75
Marjin kontribusi Rp 131.250 Rp 875 25
Biaya-biaya tetap Rp 75.000
Laba usaha Rp 56.250
Dengan menggunakan formula:
Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi
diatas dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) %
atau sama dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000)% Marjin
kontribusi memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan,
seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan
diikuti, strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa
yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan laba dalam perencanaan laba dapat
digunakan untuk menghitung titik impas, target laba, marjin keamanan, komposisi biaya
untuk memaksimumkan marjin kontribusi, dan atau titik penutupan usaha.

D. Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)


Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan
sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana
total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah
untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan
jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung
ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan
biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan
merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan
tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan
demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus
diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah
perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam
kedua kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan
dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit
penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam
transaksi bisnis.

1. Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas


Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam
unit yaitu dengan menggunakan margin kontribusi. Margin
kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total
biaya variable. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Jika
margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variable per unit telah
diganti pada persamaan laba operasi dan pada akhinya memperoleh jumlah unit,
maka akan didapatkan persamaan dasar
Jumlah unit BEP = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
x = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam
persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat
dihitung sebagai berikut:
3.500x = 2625x + 75.000 + 0
3.500x – 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
x = 75.000/875
x = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung
dengan mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per
unit produk) = Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan
cara tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam
rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
x = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0
0,25x = Rp. 75.000
x = Rp. 75.000/0,25
x = Rp. 300.000

2. Metode Marjin Kontribusi


Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam
menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara biaya volume
dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat besarnya marjin
kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan. Pada
setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan menghasilkan marjin
kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi per unit yang dapat
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut menutup
biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba. Margin kontribusi digunakan
dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin
kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi
kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan
bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk
yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan
terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual
dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan
laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama
dengan baris kedua dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan
diatas.
Sehingga impas dalam unit = 75.000/875
= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp = 75.000/25%
= Rp. 300.000
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin
kontribusi per unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total
unit penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan
rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian
perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel,
dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan
diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan
biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin
kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin
kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi
150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini
akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750
sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi
(131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk
penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level
perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak
diikuti oleh peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang
digunakan.
3. Metode grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat dibuat
dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis
vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari
titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level unit
penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan
yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang
berada di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan
kisaran biaya variabel.
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik
garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik
garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir daerah
segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini
menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan
rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan memberikan laba.

E. Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan


1. Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada
dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah
laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target
laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan
di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan
jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas,
perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula
metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud
dapat dihitung sebagai berikut:
Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
100.000 = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x = 75.000 + 100.000
875x = 175.000
X = 175.000/875
Unit penjualan (x) = 200 unit
Atau penjualan dalam rupiah:
x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000
0,25x = Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x = Rp. 175.000/0,25
x = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000

Metode marjin kontribusi:


Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
= (75.000 + 100.000)/875
= 175.000/875
= 200 unit
Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
= (75.000 + 100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik
impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya
setahun. Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa tahun
beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung
dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat dihubungkan dengan
biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah perusahaan diperkirakan akan
mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi traktor mini. Bila dalam
setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai setelah
genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam unit/100 traktor
produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2. Analisis Multi Produk


Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran
penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu
paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.

Berdasar titik impas sebesar 82 paket ini, maka titik impas akan terjadi pada
penjualan
produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak 164 paket (2 x 82).
3. Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya
perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan
penilain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses
penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini memungkinkan diadakan
testing untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau mempertimbangkan
berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis
sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan
Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya
perubahan-perubahan berikut:
1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya
bahan-baku, produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas.
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah melakukan analisis dapat
diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek:
pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.

Analisis Sensitivitas dan CVP


Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para
manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis
sensitivitas (sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji
dampak dari perubahan asumsi –asumsi yang mendasarinya terhadap suatu
jawaban.

Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori : biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan
unit dannon-unit.
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional
mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.
Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda
dengan penggerak. Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua
istilah biaya variabel non-unit : satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch
dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk. Jika suatu
perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan
biaya tetap bertambah.

F. Marjin Keamanan (margin of safety)


Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang
dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil
perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun
sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan
uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar
lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar
perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang
merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik
impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode
tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit
Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan
laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan
agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam
rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya,
volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada
manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan
laba perusahaan.

G. Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi


Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan analisis
struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor operating
leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu
ukuran suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu
organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi
sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka
semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba
bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of
leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan
peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai
operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap
peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen
dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat
penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya mendapat
pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila tidak
mendapatkan kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam, tentu saja
secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi
bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesin,
maka manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang optimum
untuk memaksimalkan laba.
H. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-
volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-
hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut
analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah
pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan
perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba
merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan
sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana
total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat
dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode
grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang
tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume
laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan
analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan
agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi
Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.
Drs. Abdul halim, M.B.A., Akuntan dan Drs. BambangSupono,Akuntan”Akuntansi
Manajeman “ Edisi Pertama,Yogyakarta, BPFE,1999
http://catatanlengkapfatma.blogspot.co.id/2013/12/ ANALISA BIAYA - VOLUME –
LABA.html
http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/ ANALISIS BIAYA - VOLUME –
LABA.html
http://www.mas-sugeng.com/ ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.
http://mujianggun.blogspot.co.id/2015/12/makalah-akuntansi-manajemen-cost-volume.html
http://dinapramudianti.blogspot.co.id/2015/02/makalah-cost-volume-profit-cvp.html

Anda mungkin juga menyukai