Anda di halaman 1dari 2

Isi/Materi

Romo Mangun mendirikan sekolah Mangunan, sebuah Pendidikan alternatif


melalui sekolah formal. SDKE Mangunan berada di antara rumah penduduk dan
masih dekat dengan sawah, dan sekolah dibuat menyatu dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini sesuai dengan tujuan Romo Mangun agar anak-anak bisa
belajar secara konkret dari keseharian mereka.
Ada 2 hal yang ingin dicapai dalam Pendidikan anak di SDKE Mangunan, yaitu:
1) kemampuan berkomunikasi melalui penguasaan berbahasa, dan 2)
mengembangkan jiwa kreatif, eksploratif, dan integral pada anak.
Romo Mangun bersama dengan DED membuat 5 mata pelajaran khas
Mangunan, yaitu: Kotak Pertanyaan, Membaca Buku Bagus, Majalah Meja,
Komunikasi Iman, dan Musik untuk pendidikan. Kelima mata pelajaran khas
tersebut merupakan cara untuk melatih kepekaan anak untuk mencermati
lingkungan keseharian. Bersama dengan Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan
Matematika, kelima mata pelajaran khas ini bertujuan untuk memberi
keterampilan hidup bagi anak miskin.
SDKE Mangunan sudah memberi wewenang penuh pada guru untuk mengelola
kelasnya dengan membuat sendiri desain pengajaran. Guru memilih kompetensi
dari draft Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dari draft kompetensi yang
dipilih, guru menentukan tema pelajaran yang disesuaikan dengan lingkungan
sekolah.
a) Kotak Pertanyaan, Membaca Buku Bagus, dan Majalah Meja
Kotak pertanyaan berfungsi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan
anak didik tentang sesuatu yang dianggap belum tahu. Pertanyaan-
pertanyaan yang terkumpul kemudian dibahas bersama-sama pada Sabtu
siang. Lalu dengan Baca Buku Bagus, anak didik diajak untuk
memperluas cakrawalanya, diajak keluar dari tempurung tradisionalisme
konservatifnya, diajak mengenal kebudayaan lain, dan diajak mengenal
dialektik antara sana dan sini. Hal ini dilakukan dengan cara guru
bercerita dengan murid.1 Kemudian, dengan Majalah Meja, anak didik
bias langsung belajar dengan hanya melihat meja yang ditempatinya.
Tujuannya dalah membuat anak didik dekat dengan bahan atau sumber
pengetahuan. Majalah Meja ini diisi dengan artikel-artikel baik dari koran
maupun majalah yang diganti setiap Minggu oleh staf sekolah.2
b) Komunikasi Iman
Dalam pelajaran ini yang diutamakan bukan pengetahuan tentang
agama, melainkan mendampingi anak didik demi pemekaran sikap dasar
dari dalam diri berupa hati nurani dan niat serta tekad untuk berbuat,
penataran, dan hapalan belaka tentang agama.3 Dengan komunikasi
iman, anak didik diharapkan senantiasa melakukan perbuatan baik.
Bagi Romo Mangun, pengajaran agama tetap perlu dilaksanakan. Namun
tempatnya adalah di dalam keluarga masjid, gereja, dan tempat ibadah
lainnya, bukan di sekolah. Sekolah harus bersifat dan bersikap inklusif,
terbuka bagi murid dan berbagai agama.4
c) Pendidikan Seni
Pendidikan seni di sini tidak bermaksud agar anak didik menonjol dalam
mementaskan seni, namun lebih bertujuan untuk membina cita rasa,
kepekaan kebudiawaan yang mengarah pada kearifan anak didik. Selain
itu, pendidikan seni juga berguna untuk mempertajam pikiran,
kreativitas dan menyehatkan tubuh.5
d) Pendidikan Bahasa dan Komunikasi
Dengan penguasaan bahasa, baik bahasa komunikasi interaksi maupun
bahasa verbal, baik bahasa nasional maupun bahasa internadional, anak
didik mampu hidup di mana pun. Selain itu, dengan bekal ini anak didik
juga akan mudah untuk menyerap informasi dan ilmu pengetahuan
secara mandiri sehingga wawasan yang dimilikinya bias lebih luas dan
bertambah.6
e) Pelajaran IPA dan IPS
Pelajaran ini diberikan sesuai dengan kebutuhan anak didik, yakni
dipilah mana yang perlu diketahui dan mana yang tidak ada salah dan
ruginya jika tidak diketahui. Yang penting diketahui adalah kunci dan
anak kunci serta rahasia-rahasia dimana ada dan bagaimana cara
memperoleh informasi atau pengetahuan. Semua itu harus sesuai dan
relevan dengan kehidupan keseharian anak didik.7
f) Matematika
Menurut Romo Mangun, pelajaran matematika adalah pelajaran penting
kedua setelah bahasa karena membantu anak untuk dapat berfikir logis,
kritis, teliti, berabstraksi, bisa mengambil keputusan dan kreatif.8 Dalam
hal ini, Romo Mangun sepakat dengan Drost bahwa matematika adalah
ilmu kuantitas, namun mengajarkan seseorang bernalar logis.9

Anda mungkin juga menyukai