Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang


cukup besar pada siklus hidrologi sehigga berpengaruh besar terhadap sistem
drainase perkotaan. Sebagai contoh adalah perkembangan kawasan hunian yang
disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkukngan sekitarnya.. Oleh
karena itu perkembangan kota harus diikuti dengan peningkatan dan perbaikan
sistem drainase.

Kelurahan lapadde merupakan salah satu kelurahan yang berada di dalam


wilayah kota Parepare. Berdasarkan data dari pemerintah kota Parepare pada
tahun 2010 jumlah penduduk kelurahan Lapadde adalah sejumlah 12.675 jiwa.
Jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat mengingat pesatnya
pembangunan kawasan perumahan dan pertokoan di wilayah ini.

Pembangunan perumahan dan pertokoan di kelurahan Lapadde yang


cukup pesat telah mengurangi area resapan air hujan dan menimbulkan genangan-
genangan. Selain itu saluran drainase yang telah adapun efisiensinya telah
berkurang karena adanya pembuangan sampah di saluran drainase. Akibatnya
seringkali ketika musim hujan air dari saluran drainase meluap di atas permukaan
jalan disekitar saluran drainase.

Penataan dan peningkatan efisiensi jaringan drainase kota, khususnya di


kelurahan Lapadde perlu segera dilakukan agar permasalahan banjir. Sebab
permasalahan tersebut menimbulkan banyak gangguan pada masyarakat terutama
di bidang kesehatan. Sehingga kawasan tersebut oleh pemerintah setempat
dianggap perlu untuk ditanggulangi dan ditangani segera.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan terjadinya banjir dan genangan di wilayah kelurahan
Lapadde kecamatan Ujung kota Parepare?
2. Bagaiman kondisi saluran drainase eksistingnya?
3. Solusi apa yang tepat terhadap hasil evaluasi termasuk alternatif-alternatif
setelah saluran drainase direncanakan agar saluran tersebut mampu
mengalirkan debit hujan dengan baik?

1.3 Batasan Masalah


1. Merencanakan saluran drainase di wilayah kelurahan Lapadde kecamatan
Ujung kota Parepare
2. Menghitung dimensi saluran
3. Meghitung tinggi hujan rencana
4. Menghitung debit rencana saluran
5. Menghitung kapasitas saluran

1.4 Tujuan
1. Mengetahui penyebab banjir dan genangan di wilayah kelurahan Lapadde
kecamatan Ujung kota Parepare
2. Menganalisa kondisi saluran drainase eksisting di wilayah kelurahan Lapadde
kecamatan Ujung kota Parepare
3. Mencari alternatif penggulangan genangan dan banjir agar saluran tersebut
mampu mengalirkan debit hujan dengan baik

1.5 Manfaat
1. Mengetahui penyebab banjir dan genangan di kelurahan Lapadde
2. Dapat menganalisa kondisi saluran eksisiting di kelurahan lapadde
3. Didapatkan alternatif penanggulangan banjir dan genangan akibat debit hujan

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Analisa Hidrologi

Analisa hidrologi merupakan suatu analisa awal dalam menagani


penaggulangan banjir dan perencanaan system drainase untuk mengetahui besarnya
debit yang akan dialirkan sehingga dapat ditentukan dimensi saluran drainase.
Besarnya debit yang dipakai sebagai dasar perencanaan dalam penanggulangan banjir
adalah debit rancangan yang didapat dari penjumlahan debit hujan rencana pada
periode ulang tertentu dengan debit air buangan dari daerah tersebut.

2.1.1 Perhitungan data curah hujan

Cara yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata adalah dengan


rata-rata Metode Thiessen biasa digunakan untuk daerah–daerah dimana titik-titik
dari pengamat hujan tidak tersebar merata, dan hasilnya pun lebih teliti. Adapun
caranya, yaitu :

a. Stasiun pengamat digambar pada peta, dan ditarik garis hubung masing-
masing stasiun.
b. Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-poligon
mengelilingi tiap–tiap stasiun, dan hindari bentuk poligon segitiga tumpul.
c. Sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pengamat yang bersangkutan.
d. Hitung luas tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas DAS
seluruhnya dengan planimeter dan luas tiap poligon dinyatakan sebagai
persentase dari luas DAS seluruhnya. Selain itu, menghitung luas juga bisa
menggunakan kertas milimeter blok.
e. Faktor bobot dalam menghitung hujan rata–rata daerah di dapat dengan
mengalikan hujan rata–rata area yang didapat dengan mengalikan presipitasi

3
tiap stasiun pengamat dikalikan dengan persentase luas daerah yang
bersangkutan.

Rumus umum :

R =
A R  A R  ......................  A R
1 1 2 2 n n
1.1
A  A  ....................  A
1 2 n

Keterangan :

R = curah hujan daerah (mm)

n = jumlah titik–titik (pos) pengamatan

R1, R 2,..... ,Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

A1, A 2,..... ,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km2)

2.1.2 Perhitungan curah hujan rancangan

Dalam perhitungan curah hujan rancangan ini digunakan analisa frekuensi.


“Suripin (2003) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan” Frekuensi adalah
besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala
ulang (return) periode dalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran
tertentu akan disamai atau dilampau. Adapun untuk menghitung analisa frekuensi
digunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Gumbel

Rumus yang digunakan :

4
1
XT= b + yt …………………………………………………………3.6
a

S Yn . S
a = ;b =X -
Sn Sn

T -1
YT= - ln ( - ln ( )) 3.7
T

dimana :

XT = curah hujan maksimum untuk periode ulang T.

X = curah hujan rata – rata (mm)

YT = variasi pengurangan untuk periode T.

Yn = variasi pengurangan karena jumlah sampel n

2. Log Pearson Tipe III (apabila memenuhi syarat)


Rumus :

Log XT = log x + KT Sd 3.8

n
( log xi - log x ) 2
Sd = 
i 1 n -1
3.9

n
log xi
log x = 
i 1 n
3.10

n
n  ( log xi - log x ) 3
i 1
Cs = 3.11
( n - 1 ) ( n - 2 ) Sd 3

5
dimana :

KT = koefisien penambahan karena faktor kepencengan

Log XT = logaritma curah hujan maksimal untuk periode ulang T

Log X = logaritma rata–rata curah hujan

Sd = standar deviasi

Cs = koesfisien kepencengan distribusi data

2.4 Uji Chi-kuadrat


Uji chi kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisa atau dengan kata lain apakah distribusi yang telah dipilih benar atau dapat
digunakan untuk menghitung sampel data. Pengambilan keputusan uji ini
menggunakan parameter X2h, oleh karena itu disebut uji chi-kuadrat.

 ( Oi - Ei )
i 1
2

X2 h = 3.12
Ei

dimana :

X2h = parameter chi kuadrat hitungan

Q= jumlah sub kelompok

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub

Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok k–i

6
2.1.2 Perhiitungan debit banjir rencana
Perhitungan debit banjir rencana dimaksudkan untuk mengingat adanya
hubungan anttara hujan dan aliran sungai dimana besarnya aliran dalam sungai
ditentukan dari besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah, lama waktu hujan dan
cirri-ciri daerah alirannya. Metode perhitungan untuk menentukan banjir rencana
adalah dengan menggunakan metode Hidrograf satuan sintetik Nakayasu. Ditemukan
oleh Nakayasu (dari Jepang) yang telah menyelidiki hidrograf satuan pada beberapa
sungai di Jepang. Langkah–langkah dan rumus yang digunakan dalam pengerjaan
dengan metode Nakayasu adalah sebagai berikut (Soemarto; 1987) :

1. Mencari nilai waktu konsentrasi (tg)


 Untuk L < 15 km
Tg= 0,21L0,7 ………………………………………………………4.1

 Untuk L > 15 km
Tg= 0,4 + 0,058 L 4.2

dimana : L : panjang alur sungai (km)

Tg : waktu konsentrasi (jam)

2. Mencari nilai waktu satuan hujan (tr)


Tr= 0,5 Tg (jam) 4.3

3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak (Tp)
Tp= Tg + 0,8 Tr (jam) 4.4

4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak (T0,3)
T0,3 = α Tg (jam) 4.5

dimana :
Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2.

7
Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat
(terjadi pada daerah yang sangat landai), α = 1,5.

Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang
lambat (terjadi pada daerah curam), α = 3.

5. Mencari nilai debit puncak banjir (Qp)


Qp yang dimaksud disini bukanlah debit maksimum pada penggambaran
hidrograf adalah:

C A Ro
Qp= ( m 3 / dt ) 4.6
3,6 ( 0,3 Tp  T0,3 )

dimana :

C = koefisien pengaliran limpasan

A = luas DAS (Km2)

Ro = hujan satuan (1 mm)

Menetukan bagian lengkung naik (rising Climb) hidrograf satuan (Qa)

1 2,4
Qa= Qp ( ) 4.7
Tp

6. Menentukan bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan (


Qd ).
 Qd > 0,3 Qp
𝑡−𝑇𝑝
( )
Qd = 0,3Qp 𝑇0,3 4.8

 0,3 Qp > Qd > 0,32 Qp


(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5.𝑇0,3)
( )
Qd = 0,3Qp 1,5.𝑇0,3 4.9

8
 0,32 Qp > Qd
(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5.𝑇0,3)
( )
Qd = 0,3Qp 2.𝑇0,3 4.10

7. Menghitung sebaran hujan jam-jaman (RT)

R 24 t
RT = ( ) ( )2/3 4.11
t T

dimana : RT = intensitas hujan rata–rata dalam T jam

R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari(mm)

t = waktu konsentrasi hujan

T = waktu mulai hujan

9. Menghitung nisbah jam–jaman (Rt)

Rt = T RT – (T – 1) (RT – 1) 4.12

dimana :

Rt = persentase intensitas hujan rata–rata dalam t jam(%)

RT – 1 = nilai intensitas hujan dalam t jam

10. Menghitung hujan efektif (Rc)

Rc= Rt x Rn 4.13

Rn= C R 4.14

dimana :

C = koefisien pengaliran

9
R = hujan rancangan periode ulang

11. Dibuat ordinat hidrograf satuan

Sehingga diperoleh nilai Q total= base flow + Σ Rc

Dibuat grafik yang menghubungkan t sebagai sumbu x dengan Q total


sebagai sumbu y dan di peroleh hidrograf satuan sintetik dengan metode
NAKAYASU.

2.1.4 Intensitas curah hujan


Menggunakan rumus D.r Mononobe
R24 24 2/3
I= +[ ]
24 𝑇

Dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

t = lamanya hujan (jam)

2.2 Analisa Hidrolika


Perencanaan saluran drainase harus berdasarkan pertimbangan kapasitas
tampungan saluran yang ada baik tinjauan hidrolis maupun elevasi kondisi lapangan.
Tinjauan hidrolis dimaksudkan untuk melakukan elevasi kapasitas tampungan
saluran debit banjir ulang 10 tahun, sedangkan kondisi di lapangan adalah
didasarkan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui apakah
saluran yang ada mampu atau tidak untuk mengalirkan air secara langsung pada saatt
hujan. Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi saluran menggunakan
rumus Manning :

10
2 1
1
V= R3 S 2
n
Dimana :
V = kecepatan rata-rata (m/dt)
n = koef. Manning
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan dari muka air atau gradient energy dari dasar sluran.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di wilayah kelurahan Rembiga kecamatan
Selaparang kota Mataram.

3.2 Tahapan penelitian


3.2.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dimaksudkan adalah survey lokasi yang merupakan
langkah awal yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran sementara
tentang lokasi penelitian, pengumpulan literature-literatur dan referensi
yang menjadi landasan teori, serta pelaksanaan pembuatan proposal
pelaksanaan. Dengan adanya tahap periapan ini akan memberikan
gambaran tentang langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya.

12
3.2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalah data primer dan data skunder. Pada studi ini
lebih banyak mengacu atau dipengaruhi oleh data skunder. Dat tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Data saluran eksisting

13
2. Data curah hujan

14
15
16
17
18
19
3. Data banjir
4. Peta tofografi, antara lain:
 Kedalaman saluran yang dianalisa
 Kontur tanah
 Mengetahui luas daerah DAS

3.2.3 Analisa Data


Tahapan analisa data yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisa Hidrologi :
 Analisa data curah hujan
 Analisa curah hujan rata-rata
 Analisa debit banjir
 Analisa data di lapangan
2. Analisa hidrolika :
 Analisa saluran eksisting
 Analisa terjadinya back water
 Perencanaan dimensi saluran drainase
 Mengetahui titik banjir dari masing-masing saluran

20
1. Analisa data curah hujan selama beberapa tahun dari stasiun pencatat curah
hujan
Data curah hujan 2012-2017 Dihitung menggunakan metode aljabar,
sebagai berikut:

P1 + P2 + P3 + ⋯ + PN
𝑝=
N

𝑝 2012
160 + 323 + 242 + 272 + 125 + 101 + 98 + 22 + 20 + 158 + 105 + 250
=
1
=1871 mm

465 + 103 + 182 + 288 + 132 + 207 + 55 + 2 + 158 + 286 + 441


𝑝 2013 =
1
=2493 mm

𝑝 2014
411 + 112 + 142 + 149 + 135 + 207 + 104 + 14 + 0 + 0 + 40 + 397
=
1
=1711 mm

112 + 127 + 59 + 87 + 25 + 110 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 113 + 554


𝑝 2015 =
1
=1187 mm

𝑝 2016
156 + 219 + 260 + 228 + 147 + 58 + 125 + 0 + 138 + 223 + 150 + 111
=
1
=1815 mm

178 + 328 + 94 + 142 + 147 + 250 + 103 + 15 + 99 + 145 + 135


𝑝 2017 =
1
=1636 mm

21
Data curah hujan maksimum setiap tahun, sebagai berikut:

2012 = 323 mm ( pada bulan februari )


2013 = 456 mm ( pada bulan januari )
2014 = 411 mm ( pada bulan januari )
2015 = 554 mm ( pada bulan desember )
2016 = 260 mm ( pada bulan april )
2017 = 328 mm ( pada bulan februari )

2. Analisa Intensitas Hujan


Data curah hujan tahunan

𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 29 2/3
I 2012 = ( 𝑡𝑐 )
29

323 29 2/3
= (240)
29

= 11,13 (0,120)2/3

= 11,13 (0,24)

= 2,68 mm/jam

𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 31 2/3
I 2013 = ( 𝑡𝑐 )
31

456 31 2/3
= (240)
31

= 14,70 (0,13)2/3

= 14,70 (0,26)

= 3,82 mm/jam

22
𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 31 2/3
I 2014 = ( 𝑡𝑐 )
31

411 31 2/3
= (240)
31

= 13,26 (0,10)2/3

= 13,26 (0,21)

= 2,79mm/jam

𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 31 2/3
I 2015 = ( 𝑡𝑐 )
31

354 31 2/3
= (360)
31

= 17,88 (0,09)2/3

= 17,88 (0,20)

= 3,58 mm/jam

𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 31 2/3
I 2016 = ( 𝑡𝑐 )
31

260 31 2/3
= (192)
31

= 8,39 (0,17)2/3

= 8,39 (0,30)

= 2,51 mm/jam

23
𝑅 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 28 2/3
I 2017 = ( 𝑡𝑐 )
28

328 28 2/3
= (192)
28

= 11,71 (0,14)2/3

= 1171 (0,27)

= 3,17 mm/jam

3. Perhitungan debit banjir


Analisa hidrologi untuk mengetahui besar debit puncak aliran
genangan air banjir dihitung dengan menggunakan metode rasional.
Q = Cs . CIA
0,9+0,45
A= x 0,6
2

= 0,405 m2

C dapat dilihat pada tabel koefisien pengaliran

C = 0,70

Cs = 0,80

Q 2012 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 2,68 . 0,405

= 0,608 m3/det

Q 2013 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 3,82 . 0,405

= 0,866 m3/det

24
Q 2014 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 2,79 . 0,405

= 0,633 m3/det

Q 2015 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 3,58 . 0,405

= 0,812 m3/det

Q 2016 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 2,51 . 0,405

= 0,569 m3/det

Q 2017 = Cs . CIA

= 0,80 . 0,7 . 3,17 . 0,405

= 0,719 m3/det

4. Analisa frekuensi dengan skala ulang 2,5 tahun


a. Distribusi normal
no Tahun Debit (m3/det)
1 2012 0,608
2 2013 0,866
3 2014 0,633
4 2015 0,812
5 2016 0,569
6 2017 0,719

25
Jumlah data (N) =6
Rata-Rata ( x ) = 0,701
Varian ( R ) = 0,866
( 𝑅−𝑥)1/2 ( 0,866−0,701)1/2
Durasi standar (s)= =
( 𝑛−1) ( 6−1)

( 0,165)1/2
=
( 5)
0,406
= 5

= 0,081 m3/det

Banjir puncak dengan priode ulang 2,5 tahun:

Qn = x + Kr.S

Q2 = 0,701 + 0 . 0,081 = 0,701 m3/det

Q5 = 0,071 + 0,84 . 0,081 = 0,0769 m3/det

b. Distribusi log normal

Apabila data debit banjir tahunan dianggap varian x, kemudian di


logkan ( y=log x ) maka di dapat seperti :

No Tahun Debit m3/det


1 2012 0,608
2 2013 0,866
3 2014 0,633
4 2015 0,812
5 2016 0,569
6 2017 0,719

26
Jumlah data ( N ) = 6

Rata-rata ( y ) = log x = log 0,701 = 0,154

Varian ( R ) = 0,866

( 𝑅−𝑌 )1/2 ( 0,866 −0,154 )1/2


Durasi standar ( sy ) = =
𝑛−1 6−1

(0.112)1/2
= 5

0,844
= 5

= 0,169 m3/det

Dari rumus persamaan dan data variable reduksi guuss dapat di hitung debit
banjir puncak dengan periode ulang 2 dan 5 tahun :

Yn = y+kt.s

Y2 = 0,154 + 0 . 0,169 = 0,154 m3/det

Y5 = 0,154 + 0,84 . 0,169 = 0,296 m3/det

c. Distribusi log . person lll

Dari data debit banjir tahunan pada data tersebut,di konversi ke bentuk
logaritma ( y = log x )

Nilai rata-rata logaritma dari x , log v = 0,701

Durasi standar dari logaritma x , s log x = 0,169

27
( 𝑙𝑜𝑔 −𝑙𝑜𝑔 𝑥 )3
Koefisien dari varian log x , 6 = (𝑛−1)(𝑛−2)53

(−0,062 −0,701)3
= (6−1)(6−2)0,1693

−0,7633
= (20)0,1693

−0,44
= 0,096

= -4,58

Dengan koefisien mencengangkan 6 = 1 – 4,58

Selanjutnya menerapkan rumus persamaan dapat di hitungan debit banjir


dengan periode ulang 2,5 tahun

Nilai k untuk distribusi person III

Log XE = log x + k – s

T = 2 tahun

Log2 = 0,701 + ( 0, 369) . 0,169

Log X2 = 0,701 + 0,0669

Log X2 = 0,768

X2 = 5,87

28
P T = 5 tahun

Log X5 = 0,701 +0,636 . 0,169

Log X5= 0,701 + 0,107

Log X5= 0,808

X5 = 6,43

5. Perhitungan curah hujan dan rencana


Tabel rekapitulasi perhitungan curah hujan rencana dari analisa frekuensi

-‘/Berdasarkan data diatas terlihat bahwa distribusi log. Normal memiliki nilai
rata-rata presentase dan devisiasi yang lebih kecil. sehingga curah hujan
rencana periode ulang 5 tahun yang digunakan yaitu curah hujan distribusi
log. Normal dengan nilai 0,296 mm/hari.
Perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting:
0,9 M

0,6 M

0,45 M

29
0,9+ 0,45
A= x 0,6 = 0,405 𝑚2
2

P = 2(0,6) + 0,45 = 1,65 m

𝐴
R= 𝑃
0,405
= 1,65

= 0,245

1
V = 𝑛 . 𝑅 2⁄3 . 𝑠 1⁄2
1
= 0,011 . 0,2452⁄3 . 0,00151⁄2

= 90,9 x 0,4 x 0,12


= 4,36 m/det

Q=V.A
= 4,36 x 0,405
= 1,766 𝑚3 /det

6. Perhitungan debit banjir rencana


𝐿 1
Td = . 60
𝑉
200 1
= . 60
4,36

= 0,076

Perhitungan waktu konsentrasi


𝐿
Tc = 0,0195 [ ] 0,77
√𝑠
200
= 0,0195 [ ] 0,77
√0,0015

30
= 2,4 menit
Perhitungan koefisien Cs
2 𝑇𝑐 4,8
Cs = 2 𝑇𝑐+𝑇𝑑 = 4,87 = 0,80

Perhitungan intensitas hujan


𝑅24 24 2⁄3
I= [ ] = 18,55 mm/jam
24 𝑇𝑐
1 1
= 18,55 mm/jam . 1000 m . 3600 det = 0,00000051

Perhitungan debit banjir rencana


Luas tangkap air pada daerah saluran drainase sekitar 20000 𝑚2
Qp = Cs . CIA
= 0,8 . 0,7 . 5,15.10−7 . 20000
= 0,627 𝑚3 /det
Dimana , 0,627 𝑚3 /det < 1,766 𝑚3 /det (ekisting)
Jadi, drainase yang ada pada daerah jln. Lassiming memiliki daya tampung
yang cukup untuk debit puncak.

Kesimpulan

Dari penelitian yang kami lakukan pada drainase jalan raya yang bertempat di
jln. Lassiming, penampang drainase tersebut masih memiliki daya tamping yang
cukup untuk debit hujan puncak. Akan tetapi masalah yang menyebabkan air yang
tertampung drainase ini sering terjadi banjir atau naik menggenangi permukaan jalan
adalah adanya beberapa tumpukan sampah yang berada dalam drainase dan juga
terjadinya pendangkalan kedalaman drainase yang di sebabkan oleh adanya tadi
sampah maupun lumpur yang sudah telalu banyak di permukaan drainase namun
belum dilakukan pengerukan.

31

Anda mungkin juga menyukai