Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan
hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan tersebut. Penggunaan
kawasan hutan tersebut dilakukan/diberikan berdasarkan izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Berikut ini adalah aturan dalam penggunaan kawasan hutan dalam UU
No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pasal 38 :
1. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi
dan kawasan hutan lindung.
2. Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dapat dilakukan tanpa mengubah
fungsi pokok kawasan hutan.
3. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
lingkungan.1

Penggunaan dalam hal Pemanfaatan hutan oleh masyarakat di dalam hutan


produksi dapat menimbulkan kerusakan hutan jika tak ada pengelolaan
kelestarian yang tidak berimbang. Karena pengelolaan sumberdaya hutan harus
dilakukan dengan bijak, untuk menjaga keberadaan hutan itu sendiri.
Eksploitasi sumberdaya hutan demi mendapatkan hasil hutan akan
menimbulkan kerusakan, pada saatnya akan menyulitkan kehidupan manusia
dimasa yang akan datang.

1 UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pasal 38

1
Hutan Nanga-nanga merupakan salah satu kawasan hutan yang terdapat di
Kota Kendari yang di tetapkan pertama kali pada tahun 1982 melalui Surat 2
Keputusan Kepala Dinas Pertanian/Kehutanan, kemudian di lakukan tata batas
ulang kedua pada tahun 1997 dan di tetapkan melalui Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) Nomor: 426/KPTS-II tahun 1997 dengan luas 6.675 ha
yang berada dalam administrasi pemerintah, yaitu Kabupaten Konawe Selatan
dan Kota Kendari. Dari luas total kawasan tersebut, 2.515 ha secara
administratif berada di wilayah Kota Kendari, dari luas tersebut, 875 ha
merupakan kawasan hutan lindung dan 1.640 ha merupakan kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) yang di manfaatkan untuk kegiatan produksi tetap.
Hutan Nanga-nanga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting yaitu
sebagai penyedia jasa lingkungan, di antaranya adalah penyediaan dan
pemenuhan kebutuhan air bagi aneka keperluan masyarakat di sebagian wilayah
selatan Kota Kendari, dimana di bagian wilayah tersebut berada di kawasan
pemukiman, perkantoran serta pusat pertumbuhan ekonomi wilayah (Anonim,
2012).2

Bentuk pemanfaatan dalam kawasan hutan Nanga-nanga tersebut yaitu


Area lahan perkebunan. Klaim terhadap lahan sebagai tanah pemerintah dengan
cara penggunaan lahan oleh masarakat secara pinjam pakai untuk
memanfaatkan budidaya taman Kopi, Lada dan Jambu Mete di dalam Kawasan
Hutan Produksi Nanga-nanga. Pemanfaatan lahan oleh masyarkat di Kelurahan
Tobimeita, Kecamatan Abeli sangat memprihatinkan dimana lahan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat seluas 10 ha namun memiliki 3 jenis tanaman
jangka panjang yaitu Kopi, Lada dan Jambu Mete, sejumlah luas lahan yang
mereka manfaatkan semakin banyak jenis tanaman yang akan di tanam,
seharusnya masyarakat sekitar menambahkan tanaman sayur-sayuran di selah-

2
Anonim, 2012. Hutan Nanga-nanga di Rambah http://blkota
kendari,wordpress.com.

2
lahan taman yang mereka tanam agar bisah menambah kebutuhan hidu sehari-
hari dan untuk pendapatan sampingan bagi masyarakat setempat.3

B. Rumusan Masalah
1. Berapa luas lahan yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan
hutan produksi terbatas?
2. Apa saja bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar kawasan
hutan produksi terbatas?
3. Pola penanaman dari jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat di
sekitar kawasan hutan produksi terbatas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui luas lahan yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar
kawasan hutan produksi terbatas.
2. Untuk mengetahui bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar
kawasan hutan produksi terbatas.
3. Untuk mengetahui pola penanaman dari jenis tanaman yang di tanam oleh
masyarakat disekitar kawasan hutan produksi terbatas.

D. Manfaat Penulisan
Agar dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penulis dan khalayak umum
mengenai pemanfaatan kawasan hutan lindung masyarakat Tobimeita, sebagai
bahan pemanfaatan lahan bagi masyarakat Tobimeita mengenai manfaat
tanaman Lada, Kopi, dan Jambu Mente serta dapat dijadikan sebagai reverensi
bagi peneliti selanjutnya.

3
Ibid h.15

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hutan
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam dan lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan
(Undang-Undang No.41 tahun 1999 Tentang Kehutanan).4
Hutan merupakan sumberdaya alam yang berfungsi sebagai penyangga
kehidupan ekosistem bagi kelansungan hidup manusia secara lintas generasi
dan keberadaannya bersifat lintas sektoral dan multidimensi baik dalam
ekonomi, sosial dan ekologi (Husna dan Danu, 2007).5
Dalam konsideren Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan,
secara tersurat dinyatakan pada pertimbangan pertama (butir a): bahwa hutan
sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugrahkan kepada
Bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara,
memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri,
diurus dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya dengan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat untuk generasi sekarang maupun
generasi mendatang.
1. Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik.
2. Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk
cagar alam, suaka marga satwa, taman perburuan, dan taman wisata, serta
sebagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan pendidikan dan pariwisata.
3. Merupakan salah satu unsur pembangunan nasional.
Arief (1994) menyatakan bahwa hutan erat kaitanya dengan proses alam
yang saling berhubungan. Diantara proses alam yang dimaksud antaran lain
sebagai berikut:

4
Undang-Undang No.41 tahun 1999 Tentang Kehutanan
5
Husna dan Danu.F.T.,2007.Hutan Indonesia Nasibmu Kini. Debutmu kini. Debut
Wahana Sinergi Press.Yogyakarta.

4
a. Proses yang berkenaan dengan siklus air dan pengawetan tanah, dan
disebut dengan proses hidrologis. Ini berarti bahwa hutan merupakan
gudang penyimpan air dan tempat penyerapan air hujan maupn embun
yang akhirnya akan mengalir air ke sungai-sungai di tengah hutan yang
memiliki mata air, dan proses ini berlangsung secara teratur mengikuti
irama alam. Selain itu, adanya komunitas tumbuhan yang membentuk
hutan bisa berperan untuk melindungi tanah dan kekuatan erosi, serta
melestarikan siklus hara di dalamnya.
b. Proses pengendalian iklim maupun pengaruh iklim terhadap eksistensi
hutan. Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang
mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau
peruban unsur-unsur iklim yang ada di sekitarnya, misalnya temperatur,
kelembaban, angin, dan curah hujan serta menentukan kondisi iklim
setempat dan iklim makro. Sebaliknya, unsur-unsur iklim tersebut
adalah komponen alam yang mempengaruhi kehidupan. Sehingga curah
hujan (air), radiasi matahari, temperatur, kelembaban dan angin
semuanya sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan
bumi.
c. Proses yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah hutan merupakan
tempat pembentukan humus yang utama dan tempat penyimpanan
unsur-unsur mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dan akan
mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan yang terbentuk.
Kesuburan tanah sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
jenis buatan induk yang membentuk, kondisi selama dalam proses
pembentukan, tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah, suhu tanah,
air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan organisme hidup. Semua
faktor tersebut yang menyebabkan terbentuknya bermacam-macam
formasi hutan dan vegetasi hutan.
d. Keanekaragaman hayati. Hutan merupakan gudang plasma nutfah
(sumber genetik) dan berbagai tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Jika
hutan rusak, dapat dipastikan akan terjadi erosi plasma nutfah yang akan

5
berakibat punahnya berbagai kehidupan yang tadinya ada di hutan serta
menurunya keanekaragaman hayati merupakan sumber daya alam yang
sangat bermanfaat.
e. Kekayaan sumber daya alam. Hutan merupakan sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat
memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara.
Selain itu, hutan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya baik berupa kayu,
hewan liar, pangan, rumput, maupun obat-obatan.
f. Obyek wisata alam. Hutan mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber inspirasi sarana untuk mengenal dan mengagumi
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai tempat rekreasi, 6

Hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam antara lain sebagai


penghasil kayu dan hasil-hasil hutan yang lain serta sebagai pelindung
lingkungan yang berfungsi engatur tata air, melindungi kesuburan tanah,
mencegah erosi dan lain-lain. Air merupakan produk penting dan tanah di
hutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga
meresap perlahan-lahan ke dalam tanah. Tetapi bila pohn-pohon ditebang,
maka tanah lansung terbuka sehingga bila turun hujan, air hujan lansung
mengalir ke sungai dan menyebabkan erosi maupun banjir. Marga satwa
juga merupakan sumber daya yang ada di hutan. Hutan memberikan
makanan dan perlindungan terhadap banyak macam burung dan hewan
lainya. Demikian pula jutaan manusia yang menggantungkan hidupnya
pada hutan sebagai sumber pangan maupun tempat rekreasi (Asrawati,
(2006).

Fungsi hutan adalah menjaga mutu dan keseimbangan lingkungan hidup


terutama, untuk kepentingan umat manusia. Sumarwoto, (1992) peranan
hutan tersebut dapat dipisahkan memjadi beberapa macam, yang masing-

6
Arief, 1994, Politik Kehutanan Masyarakat, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

6
masing memberikan kadar kepentingan yang tidak sama, tergantung
keadaan setempat.

Fungsi hutan untuk kepentingan manusia:

a. Fungsi produksi adalah hutan yang dapat menghasilkan benda-benda


ekonomi yang akan menjadi kebutuhan manusia, misalya bahan baku
industri perkayuan. Jenis-jenis hasil hutan adalah :
 Kayu perkakas adalah kayu yang digunakan untuk bangunan,
perabot rumah tangga, jembatan, kapal, bantalan dan lain-lain. Jenis-
jenis pohon yang menghasilkan kayu perkakas yang bekualitas
tinggi yaitu: Jati (Tectona grandis), sonokeling (Dalbergla
latifalia), kayu kuku (Pericopsismoniana), Angsana (Pterocarpus
indicus) dan kayu cendana (Santalum album) dan lain-lain.
 Kayu bakar adalah kayu yang dipergunakan untuk bahan bakar bagi
keperluan rumah tangga, industri dan lain sebagainya. Jenis pohon
yang biasanya digunakan sebagai bahan kayu bakar yaitu Lamtoro
(Leucaena glauca), Karet (Hevea brasilliensis), Bakau (Rizophora
sp.) dan lain-lain.
 Kertas, bahan baku untuk pembuatan kertas adalah kayu, bambu,
jerami, dan merang. Jenis-jenis kayu yang baik untuk pembuatan
kertas adalah kayu yang dapat menghasilkan serat panjang misalnya
kayu jarum (Konifer) seperti pinus, agathi, jarnuju, dan lain-lain.
 Minyak kayu putih, diperoleh dari proses penyulingan daun pohon
kayu putih (Melalueca leucadendron) merupakan salah satu jenis
tanaman yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur.
 Sutera alam, dihasilkan oleh sejenis ulat yang makanan utamanya
adalah daun murbei (Morus sp).
 Hasil hutan lainnya ini biasanya diusahakan oleh rakyat di sekitar
hutan. Jenis-jenis hutan yang di maksud adalah tanah yang
merupakan bahan penyemak kulit dan di hasilkan dari resin pohon

7
Kapur (Dryobulanops alomarica), Rotan (Calamus sp), bambu dan
lain-lain.
b. Fungsi Lindung Hutan lindung merupakan bagian terpenting dalam
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), karena dapat mengatur debit air
sungai pada musim hujan dan musim kemarau. Kegunaan hutan lindung
adalah :
 Mempunyai pengaruh terhadap iklim mikro, dapat menurunkan
suhu maksimum, menaikkan suhu minimum, menaikan kelembaban
relative dan mengurangi kecepatan angin.
 Mempunyai pengaruh terhadap presipitasi setempat, limpasan
permukaan (Surface run-off), erosi dan hilangnya air di sebabkan
penguapan.
 Dapat mencegah erosi, mengendalikan banjir dan sebagai pemberi
air bersih secarah teratur.
 Menjaga prositas tanah dan meningkatkan pengaruh humus.
 Mempercepat proses pembentukan tanah sehingga lapisan tanah
menjadi tebal dan dapat menyimpan air, karena adanya perakaran
dan humus karena kematian secara alami akar tanaman terbentuklah
rongga-rongga tanaman di dalam tanah sehingga daya temping
meningkat.
c. Fungsi Suaka Alam
Hutan suaka alam dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Cagar
Alam dan Suaka Marga Satwa. Cagar alam adalah suaka alam yang
berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk, alam
tumbuh-tumbuhan dan satwa perluh di lindungi untuk ilmu pengetahuan
dan kebudayaan, Sumarwoto (1992)
Suaka marga satwa adalah hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai
tempat hidup marga satwa yang mempunyai nilai khas langka bagi ilmu

8
pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan
kebanggaan nasional.7
d. Fungsi Wisata
Heri Sunuprapto (2006). Hutan wisata dapat di bedakan menjadi dua
bagian yaitu, Taman Wisata dan Taman Buru. Taman Wisata adalah
Taman Wisata yang memiliki keindahan tumbuhannya maupun
satwanya yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan rekreasi. Taman Buru adalah hutan wisata yang di
dalamnya terhadap satwa buru yang memungkinkan di
selenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi.
Hutan juga berpengaruh terhadap struktur tanah, erosi dan pengadaan
air di lereng-lereng. Oleh kriteria berbagai hubungan timbal balik antara
hutan dan kehidupan di bumi, maka kelestarian hutan harus
dipertahankan sedemikian rupa sehingga bukan hanya hutan yang
lestari, tetapi juga kehidupan bumi. Hutan mempunyai fungsi ekologi
dan fungsi hidrologi yang sangat penting, hutan bersifat lokal dan
regional dan fungsi pengaturan iklim, khususnya pemanasan global dan
sebagai sumberdaya hayati yang bersifat global.8 Sumingan (1996).
Menyatakan bahwa ada 2 manfaat hutan, yaitu (1) langsung, dan (2)
tidak langsung. Manfaat langsung yang dimaksud yaitu manfaat yang
dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung oleh masayarakat, yaitu
masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara
lain kayu yang merupakan hasil hutan utama, serta berbagai hasil hutan
ikutan, seperti rotan, getah buah-buahan, madu, dan lain-lain. Pada
mulanya kayu di gunakan hanya sebagai bahan bakar, baik untuk
memanaskan diri (di daerah bermusim dingin) untuk menanak/memasak

7
Sumarwoto,1992.Hutan Merupakan Habitat Atau Tempat Hidup Jenis-Jenis Flora dan
Fauna.

8
Heri Sunuprapto,2006. Bahwa Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM) Untuk Kemampuan
dan Kemandirian Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan. Jakarta.

9
makanan, kemudian kayu digunakan sebagai bahan bangunan, alat-alat
rumah tangga, pembuatan kapal, perahu, dan lain-lain dan dapat
dikatakan bahwa kayu sangat dibutuhkan oleh umat manusia.9
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tidak lansung
dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah
keberadaan hutan itu sendiri. Ada terdapat manfaat hutan secara tidak
langsung, seperti berikut ini yaitu
 Dapat Mengatur Tata Air
Hutan dapat mengatur dan meniggikan debit air pada musim
kemarau, dan mencegah terjadinya debit air yang berlebihan pada
musim hujan. Hal ini disebabkan dalam hutan terdapat refrensi, yaitu
air yang masuk ke dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam
saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah. Air yang jatuh ke
dalam bumi di hutan, ada beberapa kemungkinan dengan air,
sebagian mengalir diatas permukaan sebagai run-off dan sebagian
lain hampir tidak meresap ke dalam tanah kerena segera diserap oleh
akar-akar pohon, sebagian lainnya masuk lebih dalam menjadi air
tanah. Air yang mengalir sebagai run-off yang nantinya akan menuju
ke sungai-sungai dan danau. Air yang ada di sungai dan danau
kembali akan menguap karena pemanasan oleh sinar matahari.
Selain air yang ada di sungai, danau, empang, dan waduk, air yang
sebelumnya diserapkan oleh akar-akar pohon juga akan diuapkan
kembali ke atmosfir oleh daun-daun dalam proses transpirasi. Dalam
satu tahun, pada sebidang tanah tumbuhan dapat menguapkan air
setinggi 60 cm dalam areal tersebut dan di hutan dapat sampai dua
kalinya. Siklus yang sungguh komplek ini menjadi sebuah sistem
hidrologi yang dijalankan sendiri oleh alam.
 Dapat Mencegah Terjadinya Erosi

9
Samingan,T.,1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gaja Mada University
Press. Yogyakarta.

10
Hutan dapat mencegah dan menghambat mengalirnya air karena
adanya akarakar kayu dan tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil
tambang dan berbagai sumberdaya lainya yang bias kita dapatkan
dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga
merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi
kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara
langsung, maupun intangible yang disarakan secara tidak langsung.
Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil
tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat
kekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi
(Rahmawaty, 2004).
 Dapat Memberikan Manfaat Terhadap Kesehatan.
Manusia memerlukan (O2), dihutan dan disekitarnya zat asam
adalah sangat dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain. Dalam
hutan agar terdapat ozon (udara murni dan air murni yang sangat di
perlukan umat manusia). Hutan merupakan sumber daya alam yang
dapat memberikan manfaat berlipat ganda, baik manfaat yang secara
langsung maupun manfaat secara tidak langsung. Manfaat hutan
secara langsung adalah sebagai sumber berbagai jenis barang,
seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah, bunga dan lain-lain
yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau
menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat
digunakan untuk memenuhi hampir semua kebutuhan manusia.
Manfaat hutan yang tidak langsung Meliputi: (a) Gudang
keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia
meliputi flora dan fauna, (b) Bank lingkungan regional dan global
yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO serta
penghasil 2 oksigen, (c) Fungsi hidrologi yang sangat penting
artinya bagi kehidupan manusia disekitar hutandan plasma nutfah

11
yang dikandungnya, (d) Sumber bahan obat-obatan, (e) Ekoturisme,
(f) Bank genetik yang hampir-hampi tidak terbatas, dan lain-lain.10

B. Hutan Produksi
Klasifikasi fugsi hutan disusun untuk kepentingan pengelolaan hutan. Dasar
penggolongan hutan untuk penyusunan klasifikasi hutan secara umum
berdasarkan pada: komposisi jenis, komposisi umur, kerapatan tegakan dan tipe
hutan. Klasifikasi hutan yang ada biasanya untuk menentukan teknik-teknik
silvikultur. Meskipun dalam Undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan hanya dikenal 1 kategori Hutan Produksi, namun pada tahun 2003
Badan Planologi Kehutanan mengklasifikasikan Hutan Produksi menjadi 3
kategori yaitu : Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi
Konversi.
1. Hutan Produksi Tetap (HP) merupakan hutan yang dapat dieksploitasi
dengan perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan hutan yang hanya dapat
dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan Produksi Terbatas ini
merupakan hutan yang dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas
yang rendah. Hutan produksi terbatas ini pada umumnya berada di wilayah
pegunungan di mana lereng-lereng yang curam mempersulit kegiatan
pembalakan.
3. Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK): a) Kawasan hutan yang
dipengaruhi faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai nilai 124
atau kurang di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam. b)
Kawasan hutan yang memiliki ruang dicadangkan untuk digunakan bagi
pengembangan permukiman, transmigrasi, pertanian dan perkebunan.

10
Rahmawaty.,2004. Hutan: Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat. Fakultas Pertanian
Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan Jakarta.

12
Eksploitasi hutan produksi secara besar-besaran yang telah berlangsung
sejak tahap awal pembangunan jangka panjang pertama (1969) telah
memberikan kontribusi besar bagi pembangunan nasional melalui produk
utamanya kayu dan hasil hutan ikutan (non-kayu) seperti rotan, damar,
tengkawang, cendana dan gaharu. Tanpa mengabaikan dampak positif tersebut,
eksploitasi hutan alam produksi juga disadari telah memberikan dampak negatif
bagi sumberdaya hutan sendiri. Berbagai jenis kayu komersial, bahkan di
antaranya termasuk kayu mewah, kini telah menjadi langka. Kayu eboni
(Dyospyros ebenum dan D. celebica), kayu ulin (Eusyderoxylonzwageri), ramin
(Gonystylus bancanus), dan beberapa jenis meranti (Shorea spp.) adalah contoh
dari beberapa jenis komersial yang harganya tinggi, tetapi sudah sulit ditemukan
di alam dan di pasaran. Selain itu, puluhan jenis kayu kurang dikenal (lesser-
known species) saat ini mungkin telah menjadi langka atau punah sebelum
diketahui secara pasti nilai/manfaat dan sifat-sifatnya.

Kekhasan sumberdaya hutan dengan pohonnya sebagai pabrik biomassa


dari aspek ekonomi dan komersial mempunyai daya tarik tinggi, namun justru
kelebihan ini membawa resiko besar bila salah dalam pengelolaan. Kegiatan
pemanenan kayu dengan cara pembalakan terhadap pohon pada dasarnya adalah
penghilangan pabrik biomassa. Sebagai sumber daya, hutan meskipun
(renewable) mempunyai sifat yang terbatas, baik dari daya dukung maupun
kapasitas. Karena itu untuk pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal dan
lestari harus memperhatikan prinsip pemanenan dengan mengambil sebesar riap
(kemampuan tumbuh). Berdasarkan UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 pasal 28
disebutkan bahwa pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu hanya dapat
dilaksanakan di kawasan hutan produksi. 11

Kriteria dan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelestarian


hutan produksi yang pertama dan utama yaitu kelestarian produksi kayu,
disamping tentu aspek utama lainnya seperti kelestarian ekologis dan
kelestarian sosial-ekonomi serta budaya. Mengapa kelestarian produksi begitu

11
UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 pasal 28

13
penting? Pertama, karena menyangkut kelangsungan ekonomi usaha
pengelolaan hutan. Kedua, pada pilar kelestarian ini jaminan kepastian
sumberdaya hutan, keberlanjutan ekosistem hutan dan kelangsungan produksi
dipertaruhkan. Ketiga, pada pilar kelestarian tersebut bekerja sistem
penjaminan kelestarian hutan (sistem silvikultur permudaan hutan dan
tebangan).

C. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari


1. Kelestarian fungsi produksi yaitu : jaminan kepastian sumber daya kawasan
dan kelangsungan ekosistem hutan.
2. Kelestarian fungsi ekologis dengan dipertahankannya sistem penunjang
kehidupan dan terpeliharanya keanekaragaman hayati.
3. Kelestarian fungsi sosial-ekonomi dan budaya dengan dipertahankannya
aspek sosial ekonomi budaya masyarakat lokal. Menurut Higman et al
(2006), komponen utama dalam pengelolaan hutan lestari (PHL) adalah:
a. Kerangka Hukum dan Kebijakan (A legal and policy framework).
b. Keberlanjutan dan Optimalnya produksi hasil hutan (Sustained and
optimalprduction of forest products).
c. Perlindungan Lingkungan (Protecting the environment).
d. Kesejahteraan Masyarakat (Wellbeing of people).
e. Teknik Silvikultur (Some extra considerations apply specifically to
plantations).

Pembangunan Kehutanan berazaskan kelestarian atau pengelolaan


hutan produksi lestari dan berkelanjutan berdasarkan pengalaman negara
lain, disimpulkan Simon (1993) mengandung tiga syarat penting yang harus
dipenuhi yaitu :

a. Adanya batas kawasan hutan yang tetap dan diakui semua pihak.
b. Adanya sistem silvikultur yang menjamin terlaksananya permudaan
hutan yang mesti berhasil.

14
c. Penentuan tetap tebangan yang menjamin terwujudnya kelestarian hasil
kayu.

Namun sistem pengelolaan hutan berkelanjutan bukan hanya bagaimana


memenuhi 3 komponen penting SFM, 5 komponen utama PHL dan 3 syarat
penting seperti tersebut di atas, akan tetapi juga pada bagaimana melakukan
integrasi, koordinasi, kemitraan dan intensifikasi peran antar multi pihak
dalam mewujudkan SFM. Langkah kuncinya adalah :

a. Integrasi kebijakan antar departemen.


b. Integrasi 3 komponen penting SFM, 5 komponen utama PHL dan 3
syarat penting.
c. Koordinasi berdasarkan sistem pengelolaan hutan yang terstruktur dan
dapat diakses dan dimonitor oleh para pihak pemangku kepentingan.
d. Melakukan dialog dan kemitraan antar pihak pemangku kepentingan
untuk intensifikasi sistem silvikultur setempat/lokal.12

D. Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan


Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan serta memenuhi
kebutuhan, telah berlansung sejak lama, dimulai dari cara hidup berkelompok
pada masa meramu dan berburu, ketergantungan tersebut berjalan terus
walaupun budidaya tanaman dan pengenalan akan jenis hewan telah banyak
dikenal. Orientasi dan motifasi ketergantungan tersebut tidak ada suatu aturan
generasi atau antara satu kelompok disuatu wilayah dengan kelompok
masyarakat di wilayah lainnya. Kondisi ini dan senantiasa berubah sesuai
dengan perkembangan budaya seiring dengan keterbatasan wilayah sebagai
dampak negatif dari pembangunan industrilisasi sumberdaya dan modernisasi
pedalaman. Hal ini tidak hanya menyebabkan perubahan budaya, tetapi dalam

12
Simon, Hasanu,1993, Hutan Jati dan Kemakmuran; Problematika dan Strategi Pemecahannnya,
Aditya Media, Yogyakarta.

15
beberapa hal justru menyebabkan terjadinya degradasi terhadap kualitas nilai
budaya (Soemarwoto, 1989).13
Hutan dengan berbagai macam komponen penyusunannya telah memberi
manfaat bagi kehidupan manusia. Dari hutan dapat diperoleh berbagai makanan
berupa buah-buahan dan umbi-umbian, kayu serta hasil hutan lainnya. Hutan
dapat pula merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung bagi manusia dari
gangguan binatang buas dan kondisi lingkungan ekstrim. Bahkan dapat
dijadikan tempat rekreasi bagi kehidupan manusia moderen (Jumus et al, 1984).
Menurut Pramoso (1995), terdapat tiga asumsi dasar yang mendorong
kearah perubahan kebijakn kehutanan yang telah memperhatikan masyarakat
pedesaan (Rural community) dan pembangunan pedesaan (Rural development).
1. Sektor kehutanan harus lebih menekankan pada penigkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan di sekitar hutan yang kehidupannya tergantung pada
interaksinya dengan hutan dan tanah hutan.
2. Sektor kehutanan dan para rimbauan harus mengintegrasikan diri dengan
sektor pertanian dan sektor-sektor lain dan perlu faktor-faktor di luar sekitar
kehutanan menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan kehutanan.
3. Dukungan dan partisipasi oleh masyarakat di sekitar hutan pada program
kehutanan merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan program
program tersebut.

13
Sumarwoto,1992.Hutan Merupakan Habitat Atau Tempat Hidup Jenis-Jenis
Flora dan Fauna.

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Luas Lahan Yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan


Hutan Produksi Nanga-nanga.
Hutan di kawasan Nanga Nanga yaitu kawasan hutan lindung, dimana Pada
kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola
pertambangan terbuka.
Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan
oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana
yang di dalamnya terdapat Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan Kawasan
Hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan.
Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya
dapat dilakukan di dalam:
1. kawasan hutan produksi; dan/atau
2. kawasan hutan lindung.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar


kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai
tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan.14

luas lahan kawasan hutan produksi yang dilakukan untuk aktifitas


perkebunana masyarakat Tobimeita adalah seluas 10 hektar, dengan jenis
tanaman yang dimanfaatkan 3 jenis yaitu dengan budidaya komoditas Kopi
(Coffeae Arabica, C), dengan luas lahan 3 hektar dengan jumlah masyarakat
yang memanfaatkan lahan 3. Untuk jenis tanaman budidaya komoditas Lada

14
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 2

17
(Piper nigrum L) dengan luas lahan 2 hektar dengan jumlah masyarakat yang
memanfaatkan lahan 2. Sedangkan untuk jenis tanaman Jambu Mete
(Anacardium occidentale L) dengan luas lahan 5 hektar dengan jumlah
masyarakat yang memanfaatkan 5 orang.
Sedangkan cara perawatan dari tiga jenis tanaman yang di tanam oleh
masyarakat dengan menggunakan pembersihan lahan sebelum penaman awal
yaitu dengan pembersihan gulma dengan menggunakan parang setelah itu tanah
yang bergelombang di ratakan dengan menggunakan alat cangkul agar bisah
lebih subur tanaman yang di tanam oleh masyarakat setempat dan satu kali
untuk perawatan setiap musimnya yaitu degan mebersihkan rumputnya
dibagian sekeliling tanaman yang di tanam oleh masyarakat pada saat mau
mulai berbunga bagi jenis-jenis tanaman yang mereka budidayakan yaitu Jambu
Mete, Kopi, dan Lada.
Dari penjelasan di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa luas
pemanfaatan lahan hutan produksi Nanga-nanga oleh masyarkat setempat di
bagi rata 1 hektar perorang dari jumlah masyarkat yang memanfaatkan lahan
yaitu 10 orang dan luas lahan 10 hektar sesuai jumlah tokoh masyarakat yang
memanfaatkan. Dan untuk perawatan awal dengan membersihkan gulma
dengan menggunakan parang setelah itu tanah yang bergelombang di ratakan
dengan menggunakan alat cangkul agar bisah lebih subur tanaman yang di
tanam oleh masyarakat setempat dengan melakukan perawatan yang simpel
atau mudah seperti membersihkan rumput di sekelilingi tiga jenis tanaman yang
di tanam masyarakat satu kali pembersihan dalam setiap musimnya yaitu hanya
pada saat jenis tanman mulai berbunga.

B. Bentuk Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan


Produksi Terbatas.
Pemanfaatan kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga yang terletak
diwilayah administrasi pemerintahan, Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli,
sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hutan tanpa mempertimbangkan konsep

18
ekosistem tersebut, sehingga dalam kawasan hutan terjadi pemanfaatan lahan
oleh masyarakat akibat kebutuhan ekonomi dan sosial budaya masyarakat
setempat. Dimana hasil diskusi menunjukan bahwa lahan tersebut ditanami
tanaman jangka panjang di antaranya: budidaya komoditas Jambu mete
(Anacardium occidentale L), budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L), dan
budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C). Masyarakat sekitar hutan
produksi terbatas Nanga-nanga pada umumnya, mereka menjadikan
pemanfaataan lahan sebagai sumber daya yang penting bahkan menjadikan
sebagai sumber mereka dalam memenuhi tuntutan hidup. Masyarakat sekitar
kawasan hutan yang memanfaatkan Lahan sebagian besar bermata pencaharian
utama sebagai petani hingga pedagang. Rata-rata masyarakat berpendidikan
rendah bahkan ada masyarakat yang tidak mengenal pendidikan formal,
mempunyai usia produktif sampai lanjut Sebagin besar lahan masyarakat yang
dimanfaatkan untuk bercocok tanam pinjam pakai dari orang yang mengelolah
pertama yaitu Muhama Asran, namaun sepenuhnya dikelolah oleh masyarakat
sebagi sumber mata pencaharian. Masyarakt sekitar hutan produksi Nanga-
nanga melakukan aktifitas pemanfaatan lahan negara yang dikelolah untuk
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dalam bentuk bercocok tanam
tanaman pertanian dan lahan perkebunan.
Berdasarkan penuturan responden, terdapat tiga jenis Tanaman yang di
budidayakan di Lahan masyarakat setempat. Jenis Tanaman yang dimanfaatkan
oleh masyarakat diantaranya budidaya komoditas Jambu Mete (Anacardium
occidentale L) seluas 5 hektar, budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L) 2
hektar, dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica), seluas 3 hektar
Hal ini dapat diketahui bahwa Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat
dalam kawasan hutan Produksi Nanga-nanga adalah pemanfaatan kawasan
dimana jenis pemanfaatan lahan yaitu budidaya komoditas Lada (Piper nigrum
L), dengan persentase 20%, budidaya komoditas Jambu Mete dengan persentase
50%, dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), dengan persentase
30%. Dari pembahasan di atas dapat di ketahui bahwa persentase pemanfaatan
jambu mente lebih besar karena penanaman pohon budidaya komoditas Jambu

19
Mete (Anacardium occidentale L) memerlukan lahan yang sangat luas dan di
imbangi pula dengan permintaan masyarakat yang sangat besar dan taksiran
keuntungan yang menjanjikan bagi masyarakat. Serta pemanfaatannya yang
gampang, seperti pemeliharaan budidaya Lada (Piper nigrum L), dan budidaya
komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), yang menurut masyarakat setempat tidak
mudah. Dimana untuk tanaman budidaya komoditas Jambu Mete, masyarakat
hanya butuh 3 tahun untuk bisa melakukan panen pertama. Sedangkan untuk
tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C), masyarakat harus menungu 5 tahun untuk
panen pertama, dan tanaman Lada (Pipernigrum L) yang hanya butuh waktu 1
tahun untuk panen pertam dengan perawatan yang sama tanaman budidaya
komoditas Lada, budidaya komoditas Jambu Mete (Anacardium occidentale L)
dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), yaitu satu kali pembersihan
atau perawatan dalam satu musimnya.

 Pemanfaatan kawasan kebun


Kebun adalah model penggunaan lahan yang tediri atas tanaman
tahunan. Hasil pengkajian telah dilakukan secara secara partisitif (bersama
masyarakat) bahwa dalam melakukan kegiatan perkebunana didalam
kawasan hutan produksi terbatas pada dasarya tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Karena masyarakat disekitar kawasan hutan produksi
terbatas Nanga-nanga sebagian besar adalah bekerja disektor pertanian.
Sedangkan ketersediaan lahan untuk kegiatan perkebunan masyarakt
semakin sempit, sehingga sebagian masyarakat yang tidak memiliki lahan
harapan untuk kegiatan untuk perkebunana memyerobot kawasan hutan
produksi terbatas sebagai lahan perkebunan.

C. Pola Penanaman Dari Jenis Tanaman Yang Tanam Oleh Masyarakat Di


Sekitar Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Setelah melakukan penelitian dan wawancara dengan masyarakat setempat
penulis bisa mengetahui pola penanaman dengan jarak tanam 2x3 m dengan
cara tanamya Monokultur, Jambu Mete (Anacardium occidentale L), jarak

20
tanam Kopi (Coffeae Arabica, C), 2x2 m dengan cara tanamnya Monokultur
dan jarak tanaman Lada (Piper nigrum L), 2x2 m dengan cara tanmanya
Monokultur. Dengan penggunaan pola penanaman dengan jarak sekian meter x
sekian meter dari masing-masing jenis tanaman mengakibatkan perubahan
keadaan kawasan yang berpengaruh besar terhadap kawasan hutan produksi
terbatas Nanga-nanga berupa kerusakan-kerusakan hutan pada umumnya.
Seperti yang di ungkapan oleh peneliti sebelumnya saudara Sawiyo (2005)
bahwa kawasan hutan produksi terbatas mengalami perubahan penggunaan
lahan yang sangat drastis akibat perubahan hutan dan kebun menjadi daerah
tanaman jangka panjang.15

 Pendapatan masyarakat

Di kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli, dominan masyarakat bertani,


berdagang, tukang batu, buru pelabuhan dan beberapa yang mengelolah hasil
hutan sehingga penghasilannya untuk tiap bulannya tak menentu. Tinkat
penghasilan masyarakat sangat rendah dimana penghasilannya terkadang lebih
banyak dengan tanggungan keluarga 2-6 orang. Pendapatan masyarakat bisa
menghasilkan Rp 30.000 – Rp 50.000 per hari baik – Rp 60.000 per hari untuk
mengeluarkan konsumsi.

jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tobimeita ada tiga jenis
tanaman yaitu Lada (Pipernigrum L), Kopi (Coffeae Arabica, C), dan Jambu
Mete. Dimana hasil pemanfaatan Lada 25 liter/Tahun dalam satu kali panen
permusim, dengan harga penjualan Rp.130.000/liter. Sedangkan pendapatan
permusimnya yaitu Rp.6.500.000 untuk penghasilan atau penjualan dua orang
tanaman Lada (Piper nigrum L). Hasil pemanfaatan Kopi (Coffeae Arabica, C)
50 kg/tahun dalam jangka waktu satu kali panen/musim, dengan harga
penjualan 25 kg/tahun sedangkan pendapatan/musimnya Rp.3.750.000, untuk
penghasilan atau penjualan tiga orang tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C), dan

15
Sawiyo., 2005. Rencana Kebijakan Kehutanan, Aditya Media, Yogyakarta.

21
hasil pemanfaatan Jambu mente 100 kg/tahun dalam dua kali panen permusim,
dengan harga Rp.15.000/kg sedangkan pendapatan/musimnya Rp.15.000.000
untuk penghasilan atau penjualan lima orang tanaman Jambu mete (Anacardium
occidentale L).

Penghasilan tetap Masyarakat Tobimeita dalam 1 bulan mencapai


Rp.21.500.000 untuk penghasilan 10 orang dengan penghasilan tetap yang
berbedabeda dan penghasilan sampingan atau hasil pemanfaatan lahan oleh
masyarakat mencapai Rp.25.250.000 dalam satu tahun untuk penghasilan 10
orang degan jenis pemanfaatan atau penghasilan yang berbeda-beda. Secara
keseluruhan di tambah dengan penghasilan sampingan mencapai
Rp.46.750.000 dan untuk dikurangi pengeluaran dari biaya pembersihan
lahan/tahun untuk 10 orang Rp.4.500.000 jadi pengeluaran untuk perorang
sebanyak Rp.5.00.000 dari masing-masing lahan yang mereka peroleh maka
dari sisa uang hasil pemanfaatan lahan dan pendapatan/bulan untuk 10 orang
jumlahnya tinggal Rp.42.250.000 rincianya di lampiran. 2 dan 3. Hasil
penelitian ini, juga menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
ketergantungan dalam bentuk peningkatan pendapatan dari sumberdaya di
dalam kawasan hutan adalah faktor luas lahan di dalam kawasan hutan, dapat
mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang berarti mempengaruhi
kelestarian hutan itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk
terhadap sumberdaya alam terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
manusia dengan lingkunganya disekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Menunjukkan bahwa dari faktor pendorong (Push Factor), jumlah orang yang
memanfaatkan lahan di kelurahan Tobimeita sebanyak (10 orang). Data yang
menunjukkan bahwa rata - rata jumlah yang memanfaatkan lahan oleh
masyarakat Kelurahan Tobimeita RT 04. Hal ini cukup beralasan, apabila
dikaitkan dengan faktor pendorong lainnya, seperti kebiasaan bertani. Dari 10
orang responden di lokasi penelitian mengatakan bahwa kebiasaan bertani
mereka di tempat asal yaitu tanaman Lada Piper nigrum L), Kopi (Coffeae
Arabica, C), dan Jambu Mete. Usaha tani tanaman perkebunan, memerlukan
jumlah tenaga dan waktu kerja yang lebih besar serta pengelolaan yang rumit.

22
Kenyataan alih fungsi lahan ini semakin didorong oleh kemampuan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari yang rendah (Rp. 30.000-50.000). Lebih lanjut,
hasil ini akan lebih menarik bila dikaitkan dengan faktor ekonomi (economical
factor). Keinginan responden (kepala keluarga) untuk meningkatkan
pendapatan rumah tangga dan memenuhi kebutuhan rumah tangga merupakan
pendorong untuk bekerja diluar sektor pertanian (mobilitas sekeunder).
Sebagian besar kepala keluarga bekerja wiraswasta dan buruh bangunan
dikarenakan susahnya memperoleh pekerjaan di lokasi perkebunanan.

Menurut Ermin (2007), bahwa jumlah tenaga kerja yang ada dalam keluarga
sangat membantu dalam kegiatan usaha tani baik untuk berkebun Jambu Mete
(Anacardium occidentale L), Kopi (Coffeae Arabica, C) dan Lada (Piper
nigrum L) yang memerlukan tenaga 1-2 orang per musim panen.16

16
Ermin, 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani.
Yogyakarta.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan dapat di tarik suatu kesimpulan yaitu:

1. Lahan hutan produksi/produksi terbatas dapat dimanfaatkan dalam


kawasan hutan berdasarkan UU No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan .
2. Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat dalam kawasan hutan produksi
Nanga-Nanga adalah pemanfaatan kawasan kebun yang luas 10 ha
3. Dengan jarak tanam, Jambu Mete (Anacardium occidentale L) memiliki
jarak tanam 2x3, dengan cara tanamnya Monokultur Lada (Piper nigrum
L), memiliki jarak tanam 2x2, denga cara tamnya Monokultur dan Kopi
(CoffeaeArabica, C) memiliki jarak tanam 2x2 dengan cara tanmanya
Monokultur.
4. Tingkat pendapatan masyarakat rata-rata dalam 1 bulan untuk 10 orang
sebanyak mecapai kurang lebih Rp.21.500.000 dan penghasilan sampingan
atau hasil pemanfaatan lahan mencapi Rp.25.250.000 dalam 1 tahun,
Secara keseluruhan di tambah dengan sampingan mencapai Rp.46.750.000
dikurangi pengeluaran Rp.4.500.000 berarti sisah uanga yang mereka
peroleh bagi masyarakat tinggal Rp.42.250.000.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis memberikan beberapa saran kepada


masyarakat kelurahan Tobimeita yang memanfaatkan lahan produksi agar tetap
menjaga dan mempertahankan kualitas tanah perkebunan, agar bisa mencapai
tujuan yaitu bisa memenuhi kebutuhan sosial. Dan untuk penulis selanjutnya agar
mencari referensi yang lebih banyak supaya bisa memperbaiki pembahasan, yang
penulis sadar masih jauh dari sempurna.

24

Anda mungkin juga menyukai