Anda di halaman 1dari 5

http://jabar.tribunnews.

com/2016/10/18/4t-ancam-keselamatan-ibu-dan-anak
Home »
Kesehatan
» Lainnya

4T Ancam Keselamatan Ibu


dan Anak
Selasa, 18 Oktober 2016 22:53

compareandfly /Intisari-Online.com
Ilustrasi

Anak menjadi pelengkap sebuah keluarga. Kehadirannya akan merubah


banyak hal dalam kehidupan, bahkan saat sang anak belum sepenuhnya hadir,
banyak hal yang harus dipersiapkan. Saat seorang calon ibu hamil, dia sudah
mempertaruhkan nyawanya, walau puncaknya saat ia melahirkan.
Banyak faktor yang mengancam keselamatan ibu dan anak. Menurut Dosen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Aisiyah Bandung, Mulyanti,
salah satu faktor dari sang ibu dikenal istilah 4T, yaitu terlalu tua, terlalu muda,
terlalu sering, dan terlalu dekat. Terlalu muda saat usianya di bawah 20 tahun,
terlalu tua saat usianya di atas 35 tahun, terlalu dekat jarak persalinan antara
anak, dan terlalu sering ketika anaknya lebih dari empat orang.
“Dari segi usia, ada yang disebut dengan karakteristik ibu hamil. Sebenarnya
kalau dulu kita membedakan antara ibu yang resiko tinggi dan tidak resiko
tinggi. Tapi ternyata ibu yang tidak beresiko tinggi pada masa kehamilan,
belum tentu persalinannya normal. Bisa saja ia menjadi resiko tinggi tiba-tiba
pada masa persalinan,” ujar Mulyanti saat ditemui di kampusnya, Bandung.
Hal yang senada pun disampaikan oleh dr. Deborah Johana Rattu (43), dokter
di UPT Puskesmas Pagarsih. Baginya tak ada usia yang benar-benar ideal
untuk hamil, sebab setiap orang berhak menikah pada umur termudah di
Undang-Undang, 16 tahun. Namun, ia mengatakan, pada usia tersebut akan
disarankan menggunakan alat kontrasepsi dulu atau KB dulu, sampai nanti
sekitar di atas 20.
“Karena usia 19 ke bawah itu masih risiko tinggi, setelah 20 baru udah mateng
secara fisik, mental, organ-organ tubuhnya udah matang, jadi udah siap
menerima kehamilan. Karena kan kehamilan bukan cuma dia hamil terus punya
anak aja, tapi kan faktor emosi juga pengaruh. Sedangkan terlalu tua itu dari 35
sampai 40 beresiko tinggi. Tubuh manusia kan semakin tua semakin menurun
fungsinya, walau tampil muda tapi bagaimana pun fungsinya tetap menurun
dibandingkan sbeelumnya, lalu rahim itu semakin tua semakin kurang baik
dibandingkan yang masih muda, lalu resikonya pun besar kalau anak lebih dari
empat lebih dari lima,” ujar Deborah yang ditemui di Hotel Yehezkiel.
Di samping itu Deborah mengatakan, faktor itu gak hanya terlalu tua atau terlalu
muda, tapi bisa juga dua faktor. Misalnya usia 24 anaknya udah empat berarti
kan setahun satu anak, atau udah 40 anaknya udah tujuh.
“Selain 4T, bisa juga karena 3 terlambat, yaitu terlambat mengetahui informasi,
terlambat merujuk, dan terlambat menangani. Itu artinya dari mulai awal ibu
hamil ia kurang informasi, sampai ia mengalami suatu kejadian, dan ia
terlambat dibawa ke tempat fasilitas kesehatan. Di fasilitas kesehatan ia
terlambat untuk ditangani, kalau seharunya ia dirujuk ke tempat fasilitas
kesehatan selanjutnya, dia terlambat juga untuk di rujuk,” ujar Muyanti
Hal senada juga disampaikan oleh Deborah Johana Rattu (43), dokter di UPT
Puskesmas Pagarsih. Menurutnya resiko kematian bisa terjadi ketika si ibu
tidak pernah kontrol sebelumnya dan datang ke puskesmas atau bidan sudah
dalam keadaan terlambat.
“Misalnya dia gak pernah kontrol sebelumnya, terus dateng ke bidan
pembukaannya udah mau lengkap tapi letak bayinya bukan letak kepala, kan
harusnya kepala dulu biar gampang keluar, nah itu bisa menyebabkan
kematian, kalau salah mengambil tindakan kan bisa salah, makanya akan
dirujuk ke rumah sakit. Atau misalnya persalinannya udah lama ke dukun
beranak dulu, di sana dipimpin melahirkan tapi gak keluar-keluar, itu juga bisa
menyebabkan kematian karena terlambat datang ke bidan,” ujar Deborah.
Dari berbagai kasus yang ada, Mulyanti mengatakan yang paling banyak
menyumbang angka kematian adalah anemia, pendarahan, dan darah tinggi
pada ibu. Anemia bisa terjadi karna kekurangan zat besi dan dapat
menyebabkan pendarahan, arbutus, anak premature, atau kelainan lainnya.
Tak hanya itu, Deborah mengatakan walau anemia menyebabkan pendarahan,
ibu yang tidak memiliki anemia juga mungkin mengalami pendarahan, salah
satu penyebabnya adalah sobekan atau luka di jalan lahir. Pendarahan tersebut
bisa saat kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
“Angka kematian ibu dan anak itu dimulai dari si ibu hamil, melahirkan hingga
masa nifas. Makannya sebenarnya banyak yang harus diawasi dan harus
dipantau untuk melihat angka kematian. Karena nggak cukup saat bersalin aja
atau pada saat hamil aja,” ujar Mulyanti.(tj1/tj5)
Editor: Ferri Amiril Mukminin
Sumber: Tribun Jabar

TRIBUNnews.com Network © 2018

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 4T Ancam Keselamatan Ibu dan
Anak, http://jabar.tribunnews.com/2016/10/18/4t-ancam-keselamatan-ibu-dan-anak.

Editor: Ferri Amiril Mukminin


 HTTP://WWW.1HEALTH.ID/ID/ARTICLE/CATEGORY/SEHAT-A-Z/BAHAYA-KEHAMILAN-DI-USIA-
REMAJA.HTML

 INFO KESEHATAN

 > SEHAT A-Z

Bahaya Kehamilan di Usia Remaja


25 Oktober 2017 15:00:00
By : Rianti Fajar

Risiko gangguan kehamilan rentan terjadi saat seseorang hamil di usia remaja. (Pixabay/Xusenru)

Kehamilan sebaiknya direncanakan dengan matang agar kesehatan ibu


dan janin tetap terjaga. Usia ibu pada saat hamil, juga menentukan
keberhasilan dan keselamatan kehamilan, dari trimester pertama hingga
melahirkan. Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan ibu hamil
adalah usia ibu saat hamil. Usia kehamilan dikatakan tepat, ketika
seorang wanita sudah cukup matang secara fisik dan psikologis. Hamil
pada usia remaja ternyata sangat berbahaya, baik bagi ibu maupun bagi
janin.

Menurut Irman Christiono, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Siloam


Hospitals Simatupang, idealnya seorang wanita, hamil untuk pertama
kalinya saat sudah berusia di atas 20 tahun. "Secara medis, pada usia
tersebut organ reproduksi wanita sudah cukup matang, dan secara
psikis sudah cukup siap untuk mendapatkan kehamilan," ucap Irman.
Dengan kondisi fisik dan psikis yang memadai, maka Anda dapat
menjalani kehamilan dengan aman dan nyaman.

Kehamilan dini yang terjadi pada masa remaja di bawah usia 20 tahun,
dapat menimbulkan beberapa risiko yang membahayakan keselamatan
ibu dan janinnya. Organ reproduksi yang belum siap dapat menimbulkan
banyak gangguan pada masa kehamilan. Salah satunya adalah sel telur
yang belum sempurna dikhawatirkan dapat mengganggu proses
perkembangan janin.

Gangguan kesehatan lain yang juga bisa terjadi adalah tekanan darah
tinggi pada ibu hamil, berat badan bayi rendah saat lahir, depresi
setelah melahirkan, sampai yang paling parah adalah kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan dan infeksi. "Walaupun kondisi kesehatan
setiap individu berbeda, akan tetapi pemeriksaan ahli medis harus
dilakukan dengan ekstra, mengingat kondisi yang sangat rawan bila
hamil di usia remaja," ucap Irman.

Irman menambahkan bahwa, usia terbaik untuk menjalani kehamilan


adalah usia 24 tahun, saat seorang wanita sedang mengalami puncak
kesuburan. Sedangkan waktu yang aman untuk hamil adalah sampai
usia 35 tahun. Risiko gangguan kesehatan bila hamil saat berusia 21
sampai 35 tahun hanya sekitar 15 persen saja. Dilihat dari
perkembangan kematangan, wanita pada kelompok umur tersebut juga
sudah memiliki kematangan reproduksi, emosional, dan aspek sosial.

Konsultasi: dr. Irman Christiono, SpOG, dari Siloam Hospitals


Simatupang.

Anda mungkin juga menyukai