Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian dari tujuan Pembangunan

Nasional Bidang Kesehatan yang diarahkan untuk mendukung upaya pencapaian

derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dalam kaitan ini pendidikan tenaga

kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga kesehatan yang bermutu yang

mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan

pembangunan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Salah satu institusi pendidikan yang menyediakan tenaga kesehatan adalah

Universitas Katolik Widya Mandala Madiun yang menghasilkan tenaga kesehatan di

bidang Farmasi tingkat Ahli Madya yang mampu bekerja dalam sistem pelayanan

kesehatan secara terpadu. Oleh karena itu lulusan Farmasi harus terampil, terlatih, dan

dapat mengembangkan diri baik secara pribadi maupun sebagai tenaga kesehatan

yang profesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya pembangunan

di bidang kesehatan.

Untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang Farmasi yang memenuhi

kualitas tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar mengajar

harus ditingkatkan secara terus menerus. Salah satu upaya yang dilakukan untuk

memberikan bekal pengalaman kepada peserta didik adalah dengan mengikutsertakan

1
mahasiswa dalam Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas. Hal ini dipilih karena PKL

dianggap cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh selama mengikuti pendidikan.

Pada saat ini kebutuhan memperoleh ilmu pengetahuan informasi sangat

meningkat dan semua ini dikarenakan persaingan individu, kelompok/instansi yang

sangat ketat demi kemajuan usahanya, sehingga hal ini berdampak terhadap beban

mahasiswa karena mereka dituntut untuk menggali informasi dari berbagai sumber

dan memiliki keterampilan.

Oleh karena itu dilaksanakannya PKL untuk dapat menambah pengetahuan

di bidang pekerjaan Farmasi, pengalaman serta sikap profesional dalam melakukan

suatu pekerjaan.

Selain itu, pelaksaan PKL merupakan sarana pengenalan lapangan kerja bagi

mahasiswa Farmasi karena secara langsung dapat melihat, mengetahui, menerima,

dan meyerap teknologi kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga hal tersebut

menjadi orientasi bagi mahasiswa Farmasi sebelum langsung bekerja di masyarakat.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan peserta didik

sebagai bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program

pendidikan yang ditetapkan.

2
2. Mengenal kegiatan penyelenggarakan program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun social budaya.

3. Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan kesehatan khususnya di bidang Farmasi di Puskesmas.

4. Memperoleh masukan dan umpan balik, guna memperbaiki dan mengembangkan

serta meningkatkan penyelenggarakan pendidikan Farmasi di Program Studi

Farmadi Diploma Tiga, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mensosialisasikan diri

kepada lingkungan kerja yang sebenarnya.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat dari praktek kerja lapangan di Peskesmas adalah :

1. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa mengenai kegiatan kefarmasian

khususnya di Puskesmas.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan secara

langsung di lapangan.

3. Untuk mengetahui gambaran secara umum kegiatan kefarmasian di Puskesmas

dan dalam hal ini khususnya di Puskesmas Jiwan.

3
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Puskesmas dilaksanakan

pertengahan semester VI selama 1 (satu) bulan pada Puskesmas tempat PKL mulai

tanggal 3 April 2018 sampai dengan tanggal 30 April 2018 jam 07.00 – 12.30.

Tempat pelaksanaan PKL di Puskesmas Jiwan Jl. Raya Solo No. 85, Jiwan, Madiun.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang betanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja

Pusksmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan

memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan (Departemen

Kesehatan RI, 2006).

Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada

pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal,

tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas

biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. Puskesmas adalah

unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit Pelaksanaan

Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Upaya pelayanan yang

diselenggarakan adalah :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

5
2. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan

individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk

menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas

merupakan program kesehatan dasar, meliputi : Promosi kesehatan, Kesehatan

Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Aanak (KIA) & Keluarga Berencana (KB),

Perbaikan gizi, Pemberantasan penyakit menular, Pengobatan yang terdiri dari rawat

jalan, rawat inap, penunjang medic (laboratorium dan farmasi)

B. Fungsi dan Tugas Puskesmas

1. Fungsi Puskesmas

Fungsi dari Puskesmas adalah Sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya, Membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjanya dalam rangka kemampuan untuk hidup sehat, Memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes RI,

2007).

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan

turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar

berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang

diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

6
pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan

perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

a) Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar

diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas.

b) Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan

rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui

upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2007).

2. Tugas pokok Puskesmas

Tugas pokok Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat

di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada wilayah kerjanya.

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda,

maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda-

beda pula. Namun dengan demikian kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya

dilaksanakan adalah: kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, upaya peningkatan

gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

pengobatan termasuk pelayanan daerah karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan

7
masyarakat, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat,

kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata,

laboratorium sederhana,pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi

kesehatan, kesehatan lanjut usia,pembinaan pengobatan tradisional.

Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai

satuan masyarakat terkecil. Setiap kegiatan pokok puskesmas di laksanakan dengan

pendekatan . Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (Depkes RI, 2003)

C. Tujuan Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128

Tahun 2004, tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggaakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 2 tertera tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan puskesmas, tujuan tersebut yaitu: Mewujudkan masyarakat yang

memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat, Mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan

bermutu, Mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat, Mewujudkan

8
masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

D. Persyaratan Puskesmas

Di dalam PMK No. 75 Tahun 2014 disebutkan bahwa Puskesmas harus

didirikan pada setiap kecamatan, dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan

dapat didirikan lebih dari 1 (Satu) puskesmas; yang mana kondisi tertentu dimaksud

ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan

aksesibilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,

prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

yaitu : memenuhi syarat geogrfis, aksesibilitas untuk jalur transportasi, kontur tanah,

fasilitas parkir, fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas publik, pengelolaan kesehatan

lingkungan, dan kondisi lainnya. Selain persyaratan tersebut, pendirian Puskesmas

harus memperhatikan pembangunan bangunan gedung Negara.

Persyaratan bangunan Puskesmas harus memenihi, persyaratan administratif,

persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, bersifat permanen dan

terpisah dengan bangunan lain, dan menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan,

perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan

bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.

9
Selain bangunan Bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud tersebut di

atas, setiap Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan yang

didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan.

Puskesmas juga harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit

terdiri atas: sistem penghawaan (ventilasi), sistem pencahayaan, sistem sanitasi,

sistem kelistrikan, sistem komunikasi, sistem gas medik, sistem proteksi petir, sistem

proteksi kebakaran, sistem pengendalian kebisingan,sistem transportasi vertikal untuk

bangunan lebih dari 1 (satu) lantai,kendaraan Puskesmas keliling; dan kendaraan

ambulans.

Persyaratan peralatan puskesmas harus memenuhi: standar mutu, keamanan,

keselamatan, memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang

berwenang.

Persyaratan sumber daya manusia, sumber daya manusia Puskesmas terdiri

atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan

dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan

mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan

persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu

kerja.

10
Jenis tenaga kesehatan sedikit terdiri atas: dokter atau dokter layanan primer,

dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan

lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik,tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,

administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta

mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan

keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang

bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

E. Pengelolaan Puskesmas

Pengelolaan obat di Puskesmas dapat dilakukan oleh seorang apoteker atau

asisten apoteker. Tugas pokoknya adalah mengelola obat–obatan yang ada di

Puskesmas, meliputi: perencanaan, yaitu menyusun perkiraan kebutuhan obat yang

akan datang, pengadaan, yaitu melaksanakan pengambilan obat dari gudang farmasi.

Penerimaan, yaitu melaksanakan penerimaan obat yang diserahkan dari institusi yang

lebih tinggi atau menerima pengembalian obat dari bawah. Penyimpanan, yaitu

kegiatan untuk mengamankan persediaan obat. Distribusi, yaitu kegiatan

menyerahkan obat ke unit–unit pelayanan. Penggunaan, yaitu kegiatan pemanfaatan

11
obat untuk penderita yang sesuai. Pencatatan dan pelaporan, yaitu kegiatan membuat

catatan dan laporan untuk tata usaha obat–obatan di Puskesmas.

Fungsi bidang farmasi di Puskesmas adalah untuk membantu dokter dalam

melasanakan kegiatan–kegiatan di Puskesmas. Kegiatan pokok bidang farmasi, yaitu:

Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas. Mengatur penyimpanan obat dan alat

kesehatan di Puskesmas. Mengatur administrasi obat di Puskesmas. Meracik obat–

obatan untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah dokter. Membuat zat reagens

untuk laboratorium. Mengatur distribusi obat sederhana untuk Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/ Keluarga Berencana (KB).

Menyediakan obat untuk Puskesmas keliling atau Puskesmas pembantu.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh bidang farmasi untuk puskesmas, yaitu:

Penyuluhan kesehtan terutama dalam bidang penggunaan obat keras dan bahaya

narkotika. Pencatatan dan peloran kegiatan–kegiatan yang dilakukan. Membantu

melaksanakan fungsi manajemen. Memegang inventaris peralatan medis.

Ada Tiga azas pokok pengelolaan Puskesmas, yaitu:

1. Mengikutsertakan fungsi masyarakat

Asas ini menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan tiap kegiatan maka

peran serta masyarakat mulak diikutsertakan dalam kondisi apapun. Pengertian

mengikutsertakan potensi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan–kegiatan

Puskesmas, adalah menggali berbagai potensi masyarakat sedemikian rupa, sehingga

12
masyarakat dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan sendiri dapat

menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya.

2. Melaksanakan asas rujukan

Rujukan menurut Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan RI No.

032/Birhub/72 tahun 1972, yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal

balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dalam

arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup)

dan secara horizontal (dalam arti sesama unit yang setingkat kemampuannya).

Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tangung jawab secara timbal balik atas

timbulnya masalagh dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara

vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau, dan dilakukan

secara rasional.

Terdapat dua jenis rujukan yaitu :

a) Rujukan medis

Rujukan medis diantaranya rujukan menyangkut masalah kesehatan

masyarakat yang bersifat kosultasi penderita, untuk keperluan diagnostik,

pengobatan, tidakan operatif, dan lain–lain, Pengiriman bahan (spesimen) untuk

pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap, mendatangkan atau mengirim tenaga

yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatakn mutu pelayanan pengobatan

setempat.

13
b) Rujukan kesehatan

Rujukan menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif

dan promotif, yang antara lain meliputi bantuan survei epidemiologi dan

pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular,

pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah, penyidikan sebab

keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat–obatan

atas terjadinya keracunan massal, pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat–

obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam, saran dan teknologi untuk

penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum,

pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.

3. Bertanggung jawab penuh atas wilayah kerjanya

Azas kerja inilah yang membedakan peskemas dengan rumah sakit, karena

rumah sakit hanya bertanggung jawab pada pasien yang datang berkunjung, tetapi

Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan yang terjadi di

wilayah kerjanya, walaupun letaknya sangat jauh. Selain itu, karena adanya azas ini,

maka Puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan tindakan penyakit dan

bukannya pengobatan, atau dengan kata lain harus aktif terjun di masyarakat dan

bukannya menanti masyarakat untuk datang ke Puskesmas.

14
F. Pelayanan Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Anonim, 2014).

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dan dilaksanakan secara

terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap

Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal

kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:

pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan,pelayanan kesehatan

ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan

pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau

bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas

masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang

tersedia di masing-masing Puskesmas (Anonim, 2014).

15
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam

bentuk: rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care),

home care, dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan

kesehatan (Anonim, 2014).

G. Pengaturan Perundang-undangan Bidang Puskesmas

Pengaturan perundang-undangan bidang puskesmas yang digunakan

sekarang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman manajemen Puskesmas

serta menggunakan Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Sedangkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit mulanya diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

16
17

Anda mungkin juga menyukai