Anda di halaman 1dari 10

2016

PANDUAN
SECOND OPINION
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA

HPK
PANDUAN

SECOND OPINION

BAB I

DEFINISI

A. PENDAHULUAN

Kesalahan diagnosis dan perbedaan penatalaksanaan pengobatan dokter yang satu


berbeda dengan dokter lainnya sering terjadi di belahan dunia manapun. Di negara yang paling
maju dalam bidang kedokteran pun, para dokter masih saja sering melakukan overdiagnosis,
overtreatment atau wrong diagnosis pada penanganan pasiennya.

Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat pada dokter dalam mengobati penderita
adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan
ancaman nyawa.maka akan harus lebih dicermati. Sehingga, sangatlah penting untuk melakukan
second opnion terhadap dokter lain tentang permasalahan kesehatan tertentuyang belum pernah
terselesaikan.

Memang mencari second opinion akan memerlukan biaya lebih untuk konsultasi tetapi
ini bisa meminimalisir terjadinya kesalahan, bagaimanapun dokter juga manusia selain itu
penyakit juga bisa menimbulkan gejala yang bervariasi, bisa berbeda antara satu orang dengan
yang lainnya atau sesuai dengan perjalanan penyakit. Manfaat lain mendapatkan second opinion
adalah pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya.

Kalau kita kurang puas dan merasa tidak pas dengan pendapat dokter yang menangani,
carilah second opinion atau bahkan third opinion jika memang diperlukan terutama pada
penyakit-penyakit berat atau pada kondisi yang rawan misalnya pada bayi. Pertanyaan-
pertanyaan yang belum tuntas saat berkonsultasi dengan dokter pertama bisa ditanyakan pada
dokter kedua.
B. PENGERTIAN

Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis
terhadap suatu diagnose, tarapi dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang

Meminta Pendapat Lain (second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter
lain terhadap suatu diagnose atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang
diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang
lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama.

Second opinion hanyalah istilah, karna dalam realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi
menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat. Second opinion atau mencari
pendapat kedua yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien dalam memperoleh jasa
pelayanan kesehatannya. Hak pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat kedua (second
opinion) dari dokter lainnya. Di indonesia misalnya, ada Undang-Undang no.44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien menyebutkan:

“setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun diluar rumah sakit”.

Sudah menjadi hak pasien untuk mendapatkan second opinion. Yang dimaksud dengan second
opinion disini adalah pandangan dokter lain terhadap masalah kesehatan yang dihadapi pasien.
Misalnya kita berobat ke dokter A jika anda ragu tentang pendapat dokter tersebut, sebelum
mengambil obat atau terapi yang disarankan dokter A tidak ada salahnya untuk mengunjungi
dokter B untuk mendapatkan pendapat kedua dari dokter B.

Kadang ada pasien yang ragu dengan kondisi medisnya, namun mungkin terlalu sungkan untuk
menanyakan pada dokter lain. Atau ketika bertemu dengan dokter kedua tidak menyebutkan
riwayat bahwa dia telah berkonsultasi sebelumnya dengan dokter yang pertama. Padahal riwayat
konsultasi atau terapi sebelumnya sangat penting bagi dokter manapun untuk menyelami kondisi
kesehatan pasien yang sebenarnya.

Tidak ada larangan memang bagi pasien untuk bertemu dokter manapun sesuai dengan
pilihannya dan seberapa banyak dokter yang ia temui. Namun tidak ada salahnya meminta pada
dokter yang memeriksa sebelumnya, seandainya Anda menemukan keraguan, agar dirujukkan
atau diberikan pengantar berkonsultasi pada dokter lain yang mungkin dapat membantu
Anda.Dalam beberapa kasus mungkin, dokter Anda sendiri yang akan menyarankan untuk
mencari pendapat kedua, terutama dokter yang lebih ahli tentang masalah kesehatan yang sedang
Anda derita.

Jangan heran jika pendapat dari sejumlah dokter akan berbeda, setiap penyakit memiliki
presentasi yang berbeda-beda ketika hadir di ruang periksa, pendekatan dan pertimbangan
masing-masing dokter akan berbeda tergantung spesifikasi keilmuan dan pengalaman yang
dimilikinya.
C. PERMASALAHAN KESEHATAN YANG MEMERLUKAN SECOND

OPINION

Ada sejumlah kondisi di mana umumnya pasien meminta pendapat kedua yaitu:

1. Keputusan dokter mengenai tindakan operasi, diantaranya operasi usus buntu, operasi
amandel, (tonsilektomi), operasi caesar, operasi hordeolum (bintitan), operasi ligasi
ductus lacrimalis (mata belekan dan berair terus) dan tindakan operasi lainnya.
2. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu, misalnya
pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang, pemberian
anti alergi jangka panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya.
3. Keputusan dokter dalam mengadviskan pemberian obat yang sangat mahal: baik obat
minum, antibiotik atau pemberian susu.
4. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang tidak
seharusnya diberikan: seperti infeksi saluran nafas, diare, muntah, demam virus, dan
sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi
antibiotik.
5. Keputusan dokter dalam mengadviskan pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat
besar dan tidak sesuai dengan indikasi penyakit yang dideritanya.
6. Keputusan dokter mengenai suatu penyakit yang berulang diderita misalnya: penyakit
tipes berulang, pada kasus ini sering terjadi overdiagnosis tidak mengalami tifus tetapi
diobati tifus karena hasil laboratorium yang menyesatkan.
7. Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut menggunakan
istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala demam berdarah, gejala usus buntu dll.
8. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi
kesehatan nasional atau internasional.
BAB II

RUANG LINGKUP

Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan
dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para dokter masih
saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga menimbulkan
keraguan pada pasien dan keluarganya.Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter
dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis
dan penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi
yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya
yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi
pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan
kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatana yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan ilmu
pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam
pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
kesehatannya.Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam menginterpretasikan informasi
seorang pasien akan berakibat pasien
atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga membuat
pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa mempertimbangkan
masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.

1. Pentingnya Second Opinionuntuk pasien adalah :


 Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi di
belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia.
 Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa
terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan
konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita.
 Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau
dampak finansial yang besar.
2. Permasalahan kesehatan yang memerlukanSecond Opinion:
 Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat
perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
 Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka
panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lannya
 Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum,
antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal
 Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus
yang tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare, muntah,
demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi
virus tetapi selalu diberi antibiotika.
 Keputusan dokter dalampemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar
 Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya :
penyakit tifus berulang,
 Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut
menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam
berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan
gangguan perilaku lainnya.
 Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun
biasanya diizinkan meminta pendapat lain.
 Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh
institusi kesehatan nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi
bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi
3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan SecondOpinion, RS perlu
memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai berikut :
 Second Opinionsebaiknyadidapatkandaridokter yang sesuai kompetensinya atau
keahliannya.
 Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga
terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan
referensi. Karena, pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan
sumber referensi.
 Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan
kesehatan tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena
seringkali akurasinya tidak dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi
internet dari sumber yang kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI, IDI atau
organisasi resmi lainnya.
 Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion
juga harus dilakukan dalam waktu singkat.
 Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan
dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang
beretika tidak akan pernah menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau tidak
akan pernah menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau menganggap dirinya
paling benar.
 Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter
sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter
terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter
tersebut menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau
pemeriksaan yang telah dilakukan.
 Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter
yang anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar. Tetapi
sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat dan mintakan pendapat
dokter tersebut tentang hal itu.
 Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat
memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat diterima
secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter
yang terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan penyakitnya. Bila
hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat ketiga.
Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat
memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya
kasus yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.
 Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan
karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang
berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda.
 Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter
atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan
landasanpertimbanganilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran
(Evidance Base Medicine).
BAB III

TATA LAKSANA

Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien
dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak
mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan
yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang
biaya yang dikeluarkan akan
menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan
komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah
direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan
pendapat dokter lain.

Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama
kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada sesama
dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan
dokter sangat banyak dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang
kompeten. Hak pasien untukmeminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.

Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih teredukasi mengenai
masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat
meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan operasi, tidak
mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki
gejala klinis yang berbeda ketika
hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.

Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi perawat atau
langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk
mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban
menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam
mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).

Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir Permintaan
Pendapat Lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh Dokter
(DPJP) sertasaksi.
TATA CARA MELAKUKAN SECOND OPINION

Dalam mencari hak pasien untuk mendapatkan second opinion juga perlu strategi supaya kita
mendapatkan pelayanan terbaik yaitu:

1. Carilah dokter yang sesuai kompetensinya atau keahliannya yang menurut anda lebih bisa
dipercaya. Minta juga rekomendasi dari keluarga, tetangga atau teman dekat dokter mana
yang mereka rekomendasikan.
2. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga terhadap
dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan referensi. Karena
pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan sumber referensi.
3. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang permasalahan kesehatan tersebut. Jangan
mencari informasi sepotong-sepotong, karena seringkali akurasinya tidak dipertanggung
jawabkan. Carilah sumber informasi yang kredibel seperti WHO, CDC, IDI atau
organisasi yang resmi lainnya.
4. Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan secound opinion juga harus
dilakukan dalam waktu singkat hari itu juga
5. Mencari second opinion terhadap dokter yang dapat menjelaskan dengan mudah, jelas,
lengkap dan dapat diterima dengan logika. Biasanya dokter tersebut menjelaskan dengan
baik dan mudah diterima. Dokter yang cerdas dan bijaksana biasanya tidak akan pernah
menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau tidak akan pernah menjelek-jelekan
dokter sebelumnya atau menganggap dirinya paling benar.
6. Bila melakukan second opinion sebaiknya awalnya jangan menceritakan dulu pendapat
dokter sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter
terakhir dapat objektif dalam menangani kasusnya. Kecuali dokter tersebut menanyakan
pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau pemeriksaan yang telah dilakukan.
7. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan, jangan menggurui dokter yang anda
dapat belum tentu benar. Tetapi sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat
kemudian mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal itu.
8. Bila pendapat kedua dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat memutuskan
salah satu keputusan tersebut berdasarkan argumen yang yang dapat diterima secara
logika. Atau dalam keadaan tertentu ikuti advis dari dokter tersebut bila terdapat
perbaikan bermakna dan sesuai penjelasan dokter maka keputusan tersebut mungkin
dapat dijadikan pilihan. Bila hal itu masih membingungkan, tidak ada salahnya
melakukan pendapat ketiga. Biasanya dengan berbagi pendapat tersebut penderita akan
dapat memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya kasus
yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.
9. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan karena
pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang berbeda dan
latar belakang ke ilmuan yang berbeda.
10. Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter atau
gelar profesor yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan landasan pertimbangan
kejadian ilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran.
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien


2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)

Rujukan
1. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai