Anda di halaman 1dari 7

N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No.

2, Desember 2017 140 - 146

PENGARUH PH TERHADAP DEGRADASI PEWARNADIRECT BLUE


MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK KAYU (Pleurotus flabellatus)

Niki Rachmanur Husna1*, Hasri Hasri2, Sudding Sudding2


1
Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA
2
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Makassar
*
email: nikirahma151@gmail.com

Received 11 Oktober 2017


Accepted 28 Nopember 2017

Abstrak
Pewarna sintetik banyak digunakan dalam industri, terutama industri tekstil karenamemiliki struktur
kompleks dan limbahnya sulit terdegradasi. Pemakaian pewarna sintetik meningkat setiap tahunnya,
dan berdampak pada peningkatan jumlah bahan pencemar di perairan, menyebabkan terganggunya
ekosistem akuatik, sehinggadibutuhkan perhatian yang serius untuk menurunkan konsentrasi limbah
cair pewarna dengan memanfaatkanmikroorganisme, oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk
menurunkan kadar limbah pewarna melalui optimasi pH pewarna direct blueyang dapat
didegradasioleh enzim ligninolitik jamur pelapuk kayu. Variasi pH direct blue yang digunakan
adalah3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Rasio ekstrak enzim dan direct blue yang digunakan pada proses
degradasi adalah 3:1 dengan konsentrasi 50 ppm, dikontakkan selama180 menit pada suhu 50oC.
Sisa direct bluehasil degradasi diukur menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 621,80 nm. Hasil penelitian diperoleh bahwa direct blue terdegradasi secara optimum
pada pH 8 dengan efisiensi sebesar 53,45% dengan konsentrasi sisa 23,2714 ppm dan konsentrasi
terdegradasi 26,7286 ppm. Kemampuan ini disebabkan adanya enzim ligninolitik yang dihasilkan
oleh jamur P. flabellatus yang dapat memutus ikatan azo melalui mekanisme oksidasi.

Katakunci: Pleurotus flabellatus, direct blue, ekstraksi enzim, degradasi

Abstract
Synthetic dyes are widely used in industries, especially in textile industry, because it hasa complex
structure and it waste is difficult to degraded. The using of synthetic dyestuffs increaseby year to
year, and its impacting ison improvement the amount of contaminants in thewater, causing disrupted
of aquaticecosystems,so automatically it is needed the serious attention to reducethe concentration
of the liquid waste dye be utilizingmicroorganism. Therefore, this research aims to reduce the levels
of dye waste based on optimalization of pH thatcan be degraded by enzymes ligninolytic of wood
rot fungi (Pleurotusflabellatus). The variations pH were3, 4, 5, 6, 7, 8 and 9. The ratio of enzyme
extract and dye used was 3:1 with concentration of 50 ppm, contacted for 180 minutest 50oC. The
remaining degradaed of direct blue were measured using a Spectrofotometer UV-Vis at 621,80 nm.
The result of reasearch show that direct blue was degraded optimally at pH 8 with an efficiency of
53,45%, residual concentration of 23,2714 ppm and degraded concentration of 26,7286 ppm. The
ability is due to the ligninolytic enzyme produced by P. flabellatus fungus that can break the azo
bond through the oxidation mechanism.

Keywords: Pleurotus flabellatus, direct blue, enzyme extraction, degradation

Pendahuluan menimbulkan warna (kromofor)


Zat warna adalah senyawa yang (Fessenden, 1982). Pewarna banyak
mempunyai gugus yang dapat digunakan dalam berbagai bidang industri,

Online ISSN: 2528-0422 140


N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

seperti industri pangan, tekstil dan industri Enzim ligninolitik yang dihasilkan jamur
kertas. Zat warna untuk tekstil dapat pendegradasi kayu ideal digunakan untuk
dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan biodegradasi organopolutan di lingkungan
sumbernya, yaitu zat warna alami dan (Christian, 2005). Berdasarkanhasil kajian
sintetik. Zat warna alami dapat diperoleh Singh (2013), diketahui bahwa jamur
dari ekstrak tumbuh-tumbuhan, namun Pleurotus flabellatus dapat digunakan
dengan variasi yang semakin sedikit dan dalam bioremediasi zat warna azo yang
cenderung tidak stabil, maka dibuat terkontaminasi dalam suatu ekosistem.
berbagai zat warna sintetik yang hingga Kemampuan jamur dalam bioremediasi
saat ini sering digunakan pada industri disebabkan adanya enzim yang secara
(Yahdiana, 2011).Beberapa pewarna azo efektif dapat menurunkan pewarna toksik.
yang sering digunakan dalam industri Pleurotus flabellatus dilaporkan telah
tekstil antara lain direct blue, congo red, mendekolorisasi zat warna direct blue14
dan acid orange (Herlina, 2016). dalam 8 hari.
Pembuangan air limbah tekstil secara Faktor-faktoryang mempengaruhi
langsung ke lingkungan disamping aktivitas enzim di antaranya adalah
menimbulkan persoalan estetika juga konsentrasi enzim, konsentrasi substrat,
dapat mengancam kelestarian ekosistem pH, suhu, dan keberadaan inhibitor
akuatik karena dapat menghambat (Murni, 2011). Ditinjau dari kerja enzim
penetrasi sinar matahari ke dalam air ligninolitik, enzim ini bekerja secara
sehingga mengganggu aktivitas optimum pada pH 3 – 4 dan terus menurun
fotosintesis dari mikroalga (Montano, seiring peningkatan nilai pH buffer
2007). Zat warna tekstil umumnya dibuat (Dinatha, 2013). Hasil penelitian Asih
dari senyawa azo (R–N=N–R) dan (2016) juga melaporkan bahwa aktivitas
turunannya, yang apabila senyawa azo optimum enzim lakase berada pada pH 3 –
terlalu berada di lingkungan akan menjadi 4 dan suhu 35 OC.
sumber penyakit karena sifatnya Penelitian mengenai degradasi pewarna
karsinogen dan mutagenik, maka perlu azo oleh jamur telah banyak dilakukan,
dicari alternatif efektif untuk menguraikan seperti yang dilakukan oleh Singh (2013)
limbah tersebut (Widjajanti, 2011). yang melakukan optimasi lama inkubasi
Pengolahan limbah cair dapat degradasi direct blue oleh enzim dari
dilakukanmenggunakan cara kimia, fisika jamur P. flabellatus pada pH yang tetap,
dan biologi. Pengolahan air limbah tekstil diperoleh persen dekolorisasi sebesar
dengan cara kimia dan fisika cukup efektif 90,39% pada 6 jam inkubasi. Hal yang
untuk menghilangkan warna, akan tetapi sama juga dilakukan Dinatha (2013) yang
tidak efisien dari segi biaya dan pemakaian menentukan kondisi optimum degradasi
bahan kimia serta menimbulkan limbah tekstil menggunakan jamur
limbahyang banyak. Untuk itu, Daedaleopsis eff. confragosa meliputi pH,
penelusuran metode pengolahan limbah konsentrasi jamur, dan lama inkubasi.
cair tekstil saat ini diarahkan dengan Sejauh penelusuran peneliti, penelitian
memanfaatkan mikroorganisme. Salah tentang pH optimum degradasi pewarna
satu mikroorganisme yang potensial azo seperti direct blue oleh jamur P.
dikembangkan untuk mengolah limbah flabellatus masih belum banyak dikaji.
tekstil adalah jamur pendegradasikayu Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
(Sastrawidana, 2012). mengenai pH optimum dengan
Jamur pendegradasi kayu pada kondisi memanfaatkan enzim ligninolitiknya
tertentu menghasilkan enzim ligninolitik sebagai agen pendegradasi, agar enzim
ekstraseluler tertentu yaitu lignin dapat mendegradasi pewarna azo secara
peroksidase, mangan peroksidase, lakase optimal dan diharapkan diperoleh hasil
dan lain-lain dalam berbagai kombinasi.

Online ISSN: 2528-0422 141


N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

degradasi yang aman dibuang ke mL kedalam erlenmeyer 250 mL,ditutup


lingkungan. dengan kapas dan kertas sampul.
Larutandisterilkan dalam autoklaf pada
Metode Penelitian suhu 1210C selama 15 menit. Media cair
Alat dan Bahan didinginkan dan didiamkan selama 24 jam
Alat-alat yang digunakan dalam pada suhu kamar (Wuryanti, 2008).
penelitian ini adalah Spektrofotometer UV- b. Ekstraksi enzim
Vis Shimadzu UV-1800,pH-meter Ekstraksi enzim dari biakan jamur
Gemmy, sentrifuge Tomy LC-200, dalam media cair dilakukandengan
autoclave Tomy SX-500, shaker menggunakan larutan buffer asetat 0,2 M
Gerhardt, biological safety cabinet, pH 4,6 sebanyak 50 mL. Campuran
waterbath Memmert, neraca analitik, diletakkan di atas shaker dengan kecepatan
kawat oase, pembakar spiritus, botol kaca, 100 rpm selama 1 jam. Larutan dan
dan alat-alat gelas. Bahan-bahan yang substrat didekantasi. Larutan dipindahkan
digunakan dalam penelitian ini adalah ke dalam tabung sentrifus dan didinginkan
jamur P. flabellatus, alcohol70%, pewarna dalam lemari pendingin untuk mencegah
direct blue, dekstrosa, natrium nitrat(s), kerusakan enzim. Larutan selanjutnya
kalium dihidrogen fosfat(s), magnesium disentrifugasi selama 15 menit dengan
sulfatheptahidrat(s),natrium asetat(s), asam kecepatan 6000 rpm pada suhu 4°C
asetat(l) 0,5 M, aquabides, kapas, wrapping (Hanung, 2013). Supernatan yang
plastic, dan aluminum foil. diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim
yang digunakan untuk tahap selanjutnya
Prosedur Kerja yaitu degradasi pewarna direct blue, dan
Preparasi sampel dapat disimpan pada suhu dingin sampai
Sebanyak 500 mg zat warna direct blue siap digunakan.
dilarutkan ke dalam 500 mL aquabides, 1. Penentuan pH optimum degradasi
kemudian diencerkan hingga konsentrasi pewarna direct blue
500 ppm. Dari larutan ini dibuat sampel Penentuan pH optimum pewarna direct
dengan konsentrasi 50 ppm dengan cara blue konsentrasi 50 ppm yang akan
mengencerkannya. Larutan standar dibuat didegradasi oleh enzim ligninolitik jamur
dengan variasi konsentrasi 50, 40, 30, 20 P. flabellatus dilakukan dengan
dan 10 ppm. Salah satu larutan standar mencampurkan enzim dengan pewarna
akan diukur absorbansinya untuk yang telah diatur pada variasi pH 3, 4, 5,
menentukan panjang gelombang 6, 7, 8 dan 9 menggunakan buffer asetat,
maksimum pada rentang 550-650 nm kemudian didiamkan selama 180 menit,
dengan menggunakan alat dan diinkubasi pada suhu 50oC.
Spektrofotometer UV-Vis. Konsentrasi akhir pewarna direct blue
diukur menggunakan alat
Preparasi enzim Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
a. Pembuatan Media Cair Produksi gelombang maksimum.
Enzim 2. Penentuan efisiensi degradasi
Pembuatan media cair dilakukan Penurunan konsentrasi pewarna direct
dengan melarutkan sebanyak 50 gram blueditentukandengan cara
dekstrosa, 2,06 gram natrium nitrat, 1,2 membandingkankonsentrasiyang
gram kalium dihidrogen fosfatdan 0,5 terdegradasi terhadap konsentrasi awal dan
gram magnesium sulfat heptahidrat dalam dikalikan 100%. Secara matematis persen
air rebusan kentang, kemudian efisiensi (%E) dapat dihitung dengan
ditambahkan dengan aquabides hingga menggunakan rumus (Sukarta, 2013):
volume larutanmenjadi 1 L, pH diatur
𝐶𝑎 −𝐶𝑠
sampai 6. Larutan dituang sebanyak 100 %𝐸 = × 100% (1)
𝐶𝑎

Online ISSN: 2528-0422 142


N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

dengan Ca merupakan konsentrasi awal, Cs mengindikasikan bahwa enzim ligninolitik


merupakan konsentrasi sisa, dan %E dari jamur telah tersekresi.
merupakan persentase efisiensi degradasi
pewarna. Konsentrasi ditentukan dengan
mengukur absorbansi zat warna yang telah
didegradasi dengan menggunakan alat
SpektrofotometerUV-Vis pada panjang
gelombang maksimum zat warna azo
direct blue yang telah diketahui
sebelumnya.

Hasil dan Pembahasan Gambar 1. Inokulum jamur P.


Jamur P. flabellatus yang akan flabellatusdalam media cair
digunakan sebagai sumber biakan
diremajakan terlebih dahulu di dalam Ekstraksi enzim dari biakan jamur
media PDA (Potato dextrose agar). dalam media cair dilakukan dengan
Pembiakan atau peremajaan jamur menambahkan larutan buffer asetat 0,2 M
dilakukan untuk mengoptimalkan pH 4,6, pengocokan di atas shaker dan
pertumbuhan jamur setelah masa dorman sentrifugasi. Proses ekstraksi enzim
saat penyimpanan.Pertumbuhan miselium dilakukan untuk memperoleh enzim
jamur P. flabellatus pada proses ligninolitik secara optimal yang terdapat
peremajaan dalam media PDA (Potato pada jamur. Ekstrak kasar enzim disimpan
Dextrose Agar) menghasilkan miselium di lemari pendingin untuk mencegah
yang menyebar sempurna pada hari ke-14 kerusakan enzim.
inkubasi. Penentuan pH optimum dilakukan
Miselium jamur P. flabellatus hasil dengan mencampurkan enzim dan
peremajaan dipindahkan secara aseptik pewarna direct blue konsentrasi 50 ppm,
pada media pertumbuhannya yaitu media dengan perbandingan 3 : 1 dalam 10 mL,
cair PDB (Potato dextrose broth)yang pada variasi pH 3-9, waktu inkubasi 180
mengandung nutrisi dan mineral yang menit dan suhu 50oC. Konsentrasi akhir
berperan sebagai penginduksi enzim pewarna diukur menggunakan alat
ligninolitik. Media cair PDB diatur pada Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
pH 6 dengan menggunakan buffer asetat. gelombang 621,80 nm. Selengkapnya
Hal ini dilakukan untuk mencegah enzim dapat dilihat pada Gambar 2.
terdenaturasi pada pH di bawah atau di atas
pH 6 sehingga enzim tidak dapat 60
mengubah substrat. Enzim yang
Efisiensi Degradasi (%)

50
terdenaturasi dapat disebabkan oleh
40
perubahan pH yang mungkin terjadi
selama proses produksi enzim. 30
Proses produksi enzim ini dilakukan 20
dengan memasukkan potongan media 10
PDA yang telah ditumbuhi miselium,
0
kemudian dikocok di atas shakeruntuk 0 2 4 6 8 10
mempermudah difusi oksigen ke dalam pH
medium sehingga kontak antara media dan Gambar 2. Efisiensi degradasi pewarna
inokulum semakin banyak dan homogen direct blue pada variasi pH
(Pangesti, 2012). Setelah dikocok,
diperoleh campuran berwarna kuning Optimasi pH ditunjukkan pada Gambar
kecoklatan (Gambar 1). Hal ini 4. Efisiensi degradasi menurun pada pH 3

Online ISSN: 2528-0422 143


N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

sampai 6, kemudian meningkat pada pH 7 mempengaruhi aktivitas katalitik sisi aktif


sampai 8, lalu mengalami penurunan yang enzim, sehingga enzim tidak dapat
sangat tajam pada pH 9. Sehingga mengkatalisis penguraian zat warna dalam
disimpulkan bahwa optimal terdegradasi kondisi ini.
pada pH 8
H H
Hasil yang diperoleh berbeda dengan Na
O NH2 O O NH2 O Na
S N N N N S
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pH O O

optimum aktivitas enzim lakase berada di


daerah asam, dimana dalam penelitian ini O S
Na
O
O O CH3
O S
Na
O

diperoleh pH optimum pada pH 8, yaitu CH3

daerah basa. Hasil penelitian yang Lakase


dilakukan oleh Asih (2016), peningkatan Na
O NH2 O
O
aktivitas dari pH 3 hingga mencapai O
S
+
2 + N N
optimum pada pH 4 dan terus menurun
O O CH3
seiring peningkatan nilai pH buffer. Hasil O S O
CH3
Na
penenlitian yan sedikit berbeda dilaporkan
oleh Vikineswary (2006), bahwa pH Gambar 4. Ilustrasi Mekanisme
optimum aktivitas lakase yang dilakukan Degradasi Pewarna Direct Blue oleh
pada rentang pH 4-8 diperoleh optimum Enzim Lakase(Zille, 2005)
pada pH 5 dan menurun pada pH 6 dan 7,
kemudian mengalami peningkatan pada Perubahan pH berpengaruh terhadap
pH 8. Hal ini dapat disebabkan karena perubahan ionisasi rantai samping asam
perbedaan substrat pengujian yang amino pada sisi aktif, yang berperan dalam
digunakan. Menurut Madhavi (2009) menjaga konformasi sisi aktif enzim dalam
dalam Asih (2016) bahwa pH optimum mengikat substrat dan mengubah substrat
bergantung pada substrat pengujian.Nilai menjadi produk. Kondisi keasaman (pH)
pHoptimum enzim lakase fugi dengan berpengaruh terhadap asam amino
substrat peenol adalah 3-7, sedangkan penyusun protein enzim. Gugus karboksil
untuk substrat ABTS berkisar 3-5. pada asam amino cenderung mengikat ion
H+ pada suasana asam. Hal ini
Asam amino dalam keadaan asam : mengakibatkan gugus karboksil bersifat
+
H3N CH COOH H+ + +H3N CH COO-
netral, sedangkan gugus amino bermuatan
R R positif. Enzim pada suasana basa membuat
Kation (A+) Ion Amfoter (A) gugus amino melepaskan H+ sehingga
Asam amino dalam keadaan basa : menjadi muatan netral, sedangkan gugus
OH- + +H3N CH COO- H3N CH COO- karboksil bermuatan negatif, dapat dilihat
pada Gambar 3.
R OH R
Perubahan ionisasi asam amino
Ion Amfoter (A)
penyusun protein enzim mempengaruhi
H3N CH COO- H2N CH COO- + H2O bentuk molekul enzim. Perubahan bentuk
OH R
molekul dapat mempengaruhi aktivitas
R
Anion (A-) katalitik enzim (Nelson, 2008 dalam Asih,
2016). Di samping pengaruh terhadap
Gambar 3. Struktur asam amino dalam
struktur ion pada enzim, pH rendah dan pH
keadaan asam dan basa (Poedjiadi, 2012)
tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan ini akan
Penurunan pH yang terjadi pada pH 9
mengakibatkan menurunnya aktivitas
disebabkan karena meningkatnya
- enzim (Poedjiadi, 2012).
konsentrasi [OH ] yang menyebabkan
Proses degradasi yang terjadi karena
terganggunya aktivator yang dapat
adanya aktivitas metabolisme dengan
Online ISSN: 2528-0422 144
N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

sistem enzimatik yang menyebabkan Kesimpulan


pewarna dimanfaatkan sebagai sumber Berdasarkan hasil penelitian yang telah
nutrisi alternatif enzim ligninolitik P. dilakukan dapat disimpulkan bahwa jamur
flabellatus melalui aktivitas katalitiknya P. flabellatus mampu mendegradasi
sehingga pewarna terdegradasi. Palmieri pewarna azo direct bluesecara optimal
(2000) dalam Sumarko (2013) menyatakan pada pH 8 dengan efisiensi penurunan
bahwa salah satu dari jenis enzim konsentrasi direct blue sebesar 53,4%.
ligninolitik yang dihasilkan jamur P.
flabellatus yaitu enzim lakase, mampu Saran
mendegradasi substrat fenolik melalui 1. Perlu dilakukan pemurnian enzim lebih
proses oksidasi gugus fenol melewati lanjut agar diperoleh kriteria enzim
tahap pembentukan senyawa transisi, dengan kemurnian yang tinggi.
menghasilkan senyawa kuinon, sebuah 2. Perlu dilakukan pengujian aktivitas
derivate diazen dan N2. Berikut ilustrasi enzim yang akan digunakana secara
mekanisme degradasi pewarna direct blue kualitatif dan kuantitatif.
53 oleh enzim lakase.

Daftar Pustaka
Asih, Sri. 2016. Produksi, Purifikasi dan Herlina, Resky. 2016. Adsorpsi Zat
Karakterisasi Lakase dari Pleurotus Pewarna Azo pada Limbah
ostreatus (Ho) dan Schizophyllum Pencelupan Benang Sutera
commune (Sc) pada Fermentasi Padat Menggunakan Dedak Padi di
Limbah Lignoselulosa. Tesis. Bogor: Kabupaten Wajo. Skripsi. Makassar:
Institut Pertanian Bogor. Universitas Negeri Makassar.
Christian V., Rshrivastava, Sukla, D., Montano, J.G. 2007. Combination Of
Modi, M.A dan Vyas, B.R.M. Advanced Oxidation Processes And
2005.Degradation Of Xenobiotic Biological Treatments For
Compounds By Lignin-Degradibg Commercial Reactive Azo Dyes
White-RotFungi: Enzymology And Removal.Tesis. Bellaterra: Universitat
Mechanism Involved. Indian Journal Autonoma De Barcelona.
OfExperimental Biology. Vol. 43:301- Murni, Sri Wahyu., Siti Diyar Kholisoh.,
312. Tanti D.L. dan Petrissia E.M. 2011.
Dinatha, Ngurah Mahendra., James Produksi, Karakterisasi dan Isolasi
Sibarani dan I G. Mahardika. 2013. Lipase dari Aspergillus niger.
Degradasi Limbah Tekstil Prosiding Seminar Nasional Teknik
Menggunakan Jamur Lapuk Putih Kimia “Kejuangan”. ISSN 1693-
Daedaleopsis eff. Confragosa. Jurnal 4393.
Bumi Lestari. Vol. 13 No. 2. Pangesti, Nur Wahyu Indira., Arini
Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S. 1982. Pangastuti dan Estu Retnaningtyas N.
Kimia Organik. Jakarta: Penerbit 2012. Pengaruh Penambahan Molase
Erlangga. pada Produksi Enzim Xilanase oleh
Hanung CD., Osmond R., Risdianto H., Fungi Aspergillus niger dengan
Suhardi SH dan Setiadi T. 2013. Substrat Jerami Padi. Bioteknologi.
Optimasi Produksi Enzim Lakase Vol. 9 No. 2 : 41-48.
Pada Fermentasi Kultur Padat Poedjiadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar
Menggunakan Jamur Pelapuk Putih Biokimia. Jakarta: Universitas
Marasmiussp. : Pengaruh Ukuran Indonesia Press.
Partikel, Kelembapan dan Konsentrasi
Cu. Jurnal Selulosa. Vol. 3, No. 2.

Online ISSN: 2528-0422 145


N.R. Husna et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 2 No. 2, Desember 2017 140 - 146

Sastrawidana, I D.K., Siti Maryam dan I N. Vikineswary, S., Noorlidah Abdullah., M.


Sukarta. 2012. Perombakan Air Renuvathani., M. Sekaran., A. Pandey
Limbah Tekstil Menggunakan Jamur dan E.B.G. Jones. 2006. Productivity
Pendegradasi Kayu Jenis Polyporus of laccase in Solid Substrate
Sp Teramobil Pada Serbuk Gergaji Fermentation of Selected Agro-
Kayu. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 12, Residuces by Pycnoporus sanguineus.
No. 2:382-389. Bioresource Technology. Vol. 97 :
Singh, M. P., S. K. Vishwakarma dan A. 171-177.
K. Srivastava. 2013. Bioremediation Widjajanti, Endang., Regina Tutik P dan
of Direct Blue 14 and Extracellular M. Pranjoto Utomo. 2011. Pola
Ligninolytic Enzyme Production by Adsorpsi Zeolit Terhadap Pewarna
White Rot Fungi: Pleurotus Spp. Azo Metil Merah dan Metil Jingga.
BioMed Research International. Prosiding Seminar Nasional
Volume 2013. Penelitian, Pendidikan dan
Sukarta, I Nyoman dan I Putu Penerapan. Yogyakarta: Universitas
Sumahandriyani. 2013. Pengaruh Negeri Yogyakarta.
konsentrasi Ammonium Sulfat Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan
((NH4)2SO4 Optimasi Jamur Jerami Biotin Pada Media Pertumbuhan
Padi ILS (Isolat Lokal Singaraja) Terhadap Produksi Sel Aspergillus
untuk Biodegradasi Zat Warna Azo niger. Bioma. Vol. 10, No. 2.
Jenis Remazol Red. Jurnal Kimia. Yahdiana. 2011. Studi Degradasi Zat
7(1). warna Tekstil Congo Red dengan
Sumarko, Heru Teguh., Sri Lestari dan MetodeFotolkatalitik Menggunakan
Ratna Stia Dewi. 2013. Deodorisasi Suspensi TiO2. Skripsi. Jakarta:
Limbah Cair Batik Menggunakan Universitas Indonesia.
Limbah BaglogPleurotus ostreatus Zille, Andrea., Barbara Gornacka., Astrid
dengan Kombinasi Volume dan Rehorek dan Artur Cavaco-Paulo.
Waktu Inkubasi Berbeda. Molekul. 2005. Degradation of Azo Dyes by
Vol. 8 No. 2. Trametes villosa Laccase over Long
Periods of Oxidative Conditions.
Applied and Enviromental
Microbiology. Vol. 71 No. 11.

Online ISSN: 2528-0422 146

Anda mungkin juga menyukai