Tung Desem Waringin PDF
Tung Desem Waringin PDF
Anda termasuk orang pertama yang membaca contoh kasus ini. Contoh
kasus ini adalah dari perusahaan nyata yang sudah pasti bisa di
praktekan.
Selamat Membaca!
Tung Desem Waringin
CONTOH KASUS ’Marketing Revolution’:
Pada waktu itu, salah satu toko busananya yang ada di Tanah
Abang ditutup, namun dengan penutupan itu omzetnya malah naik 50%.
Dan dalam 1 hari, omzetnya mampu menyentuh 10 juta rupiah. Caranya
adalah dengan memasang iklan yang sensasional, kemudian
menggunakan internet untuk base catalog-nya. Membuat dan memasang
iklan tidak selamanya harus mengeluarkan biaya yang besar. Sebagai
contohnya, ketika Manet Vision membuat iklan di suatu tabloid nasional
biaya per minggunya lebih-kurang Rp. 193.000, hanya memasang iklan
baris sebanyak 3-4 baris. Namun, hasilnya sangatlah efektif karena iklan
itu mampu menghasilkan omzet Rp. 10.000.000 per hari.
Iklan tersebut sangat efektif. Karena itulah saya selalu
menekankan bahwa setiap iklan harus mengandung unsur Ultimate
Advantage, Sensational Offer, dan Powerful Promise. Adapun bunyi
iklannya adalah sebagai berikut: “Gratis katalog, Manet Vision, seni
belanja Grosir Busana Muslim melalui rumah Anda, silakan SMS nama dan
alamat Anda, akan kami kirimkan katalog secara gratis”. Dengan iklan
tersebut ternyata banyak orang meminta katalog gratis yang ditawarkan.
Dalam hal ini saya selalu tekankan pula bahwa meskipun mampu
menghasilkan banyak respons, semua itu harus diukur tingkat
efektivitasnya. Dalam hal ini, kita harus membuat funnelling lebih dulu.
Pertama-tama, kita berikan sesuatu secara gratis agar banyak orang mau
mulai bertindak. Dari antara orang-orang yang mau mulai bertindak
tersebut, lebih mudah bagi kita untuk menyaring mereka yang benar-
benar mau melakukan pembelian baik sebagai konsumen dalam partai
kecil ataupun sebagai grosir busana muslim yang ditawarkan. Dengan
demikian, iklan tersebut akan lebih tepat sasaran dan tidak membuang-
buang biaya karena segemen pasarnya tepat.
Sebagai contohnya, iklan baris tersebut ternyata mempu
menghasilkan sepuluh orang setiap harinya untuk minta katalog gratis.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, “Apakah kita tidak rugi jika setiap
hari harus mengirimkan katalog secara cuma-cuma?” Perlu kita catat
bahwa yang dimaksud dengan katalog di sini tidak harus katalog dalam
format yang tebal. Jika memang diperlukan dan untuk menghemat biaya
pengeluaran, katalog bisa dibuat dari satu halaman folio yang dilipat
menjadi dua bagian, yang terpenting desainnya harus menarik dan
mengandung Ultimate Advantage, Sensational Offer, dan Powerful
Promise.
Memang, salah satu kelemahan membeli busana lewat katalog
adalah ukuran yang dibelinya mungkin tidak begitu pas bila dikenakan
pembelinya. Oleh karena itu, kita dapat mengantisipasi hal itu dengan
menambahkan tulisan “money back guarantee! ditambah ongkos kirim
Anda akan kami kembalikan dalam waktu 30 hari apabila Anda merasa
busana yang telah dibeli tidak cocok untuk Anda”. Selain itu, katalog
tersebut perlu memuat variasi harga yang mengandung Sensational
Offer, bisa dalam bentuk paket atau pemberian harga yang lebih lebih
murah. Dari sepuluh orang yang minta katalog tidak semuanya membeli.
Kita bisa mulai funnelling. Jika kita perhitungkan ongkos cetak katalog
Rp. 3.000 per lembarnya, dan ongkos kirimnya Rp. 1.500 per katalog
dikalikan 10 orang, total biaya yang dikeluarkan per hari adalah sekitar
Rp. 45.000 dengan omzet bisa mencapai Rp. 10.000.000 per hari. Dalam
hal ini, kita harus selalu menghitung keuntungannya. Prinsipnya adalah
kita tidak boleh rugi. Jika sistem yang kita lakukan tidak menguntungkan,
kita harus menggantinya dengan sistem yang lain.
Setelah berhasil menjual lewat katalog, untuk penghematan biaya
pengeluaran satu toko Manet yang ada di Tanah Abang ditutup dan
dipindah ke garasi rumah karena biaya sewa kios kecil di Tanah Abang
sangat mahal, bisa mencapai +/-Rp. 120 juta per tahunnya.
Selain itu, persaingan antar toko busana di Tanah Abang sangat ketat,
dan biasanya mereka tidak segan-segan untuk membanting harga
serendah mungkin, dan belum lagi tidak sedikit pembeli yang mengambil
barang dengan cara berutang. Misalnya, omzet dalam satu tahun adalah
sebesar Rp. 1,5 miliar. Namun, banyak pembeli yang berutang mundur.
Meskipun tampaknya penjualan bisa memberikan keuntungan Rp. 200
juta dalam satu tahunnya, tetapi yang berutang & tidak membayar bisa
mencapai Rp. 150 juta.
Salam Dahsyat!
Tung Desem Waringin