Anda di halaman 1dari 5

EMPAT PINTU MASUK MAKSIAT

Sebagian besar maksiat itu terjadi pada seorang hamba melalui empat pintu. Barang siapa yang bisa menjaga empat pintu
tesebut maka berarti dia telah menyelamatkan agamanya. Adapun empat pintu yang dimaksud adala
1. Al-Lahazhat (Pandangan pertama)

Yang satu ini bisa dikatakan sebagai "provokator" syahwat atau utusan syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan
merupakan pokok dalam menjaga kemaluan, maka barang siapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali niscaya dia
akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang kebinasaan. Di dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Rasulullah :
"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan pandangannya dari
kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai hari kiamat".
Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu akan melahirkan lintasan
dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan pikiran, dan pikiran itulah yang melairkan syahwat. dan dari syahwat itu
akan timbullah keinginan. Kemudian keinginan itu menjadi kuat dan berubah menjadi niat yang bulat. Akhirnya, apa yang
tadinya hanya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya.
Oleh karenanya, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah, bahwa: "Bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) adalah
lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya".
Pandangan yang dilepaskan begitu saja dapat menimbulkan perasaan gundah, tidak tenang dan hati yang terasa dipanas-
panasi. Pandangan yang dilakukan oleh seseorang itu merupakan anak panah yang tidak pernah mengena pada sasaran yang
dipandang, sementara anak panah itu benar-benar mengena di hati orang yang memandang. Padahal, satu pandangan yang
dilarang itu dapat melukai hati dan dengan pandangan yang baru berarti dia menoreh luka baru di atas luka lama. Namu
ternyata derita yang ditimbulkan oleh luka-luka itu tak bisa mencegahnya untuk kembali terus-menerus melakukannya.
2. Al-Khatharat (Pikiran yang melintas di benak)

Adapun "Al-Khatharat" (pikiran yang melintas di benak) maka urusannya lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya
aktifitas yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah
menjadi tekad yang bulat. Maka, barang siapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang melintas di benaknya,
niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan nafsunya. Namun orang yang tidak bisa mengendalikan
pikiran-pikirannya, maka hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barang siapa yang menganggap remeh pikiran-
pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan, akan menyeretnya pada kebinasaan. Pikiran-pikiran itu akan
terus melintas di benak dan di dalam hatinya, sehingga akhirnya akan menjadi angan-angan tanpa makna (palsu).
Angan-angan adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi manusia. Dia lahir dari ketidakmampuan sekaligus kemalasan,
dan melahirkan sikap lalai yang selanjutnya penderitaan dan penyesalan. Orang yang hanya berangan-angan disebabkan
karena dia tidak berhasil mendapatkan realita yang diinginkan sebagai pelampiasannya, maka dia merubah gambaran realita
yang dia inginkan itu ke dalam hatinya, dia akan mendekap dan memeluknya erat-erat. Selanjutnya dia akan merasa puas
dengan gambaran-gambaran palsu yang dikhayalkan oleh pikirannya.
Padahal pikiran-pikiran serta ide-ide orang yang berakal itu tidak akan keluar dari hal-hal yang paling mulia dan paling
bermanfaat, dan orientasinya hanya untuk Allah SWT dan kebahagiaan di alam akhirat nanti.
3. Al-Lafazhat (Kata-kata atau Ucapan)

Adapun tentang Al-Lafazhat (kata-kata atau ucapan), maka menjaga hal yang satu ini adalah dengan cara mencegah
keluarnya ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai dari lidah. Misalnya dengan tidak berbicara kecuali dalam hal
yang diharapkan bisa memberikan keuntungan dan tambahan menyangkut masalah keagamaannya. Bila ingin bebicara,
hendaklah seseorang melihat dulu apakah ada manfaat dan keuntungannya atau tidak? Bila tidak ada keuntungannya, dia
tahan lidahnya untuk berbicara. Dan bila dimungkinkan ada keuntungannya, dia melihat lagi apakah ada kata-kata yang lebih
menguntungkan lagi dari kata-kata tersebut? Bila memang ada, dia tidak akan menyia-nyiakannya.
Sahabat Mu'adz bin Jabar pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang amal apa yang dapat memasukkannya ke dalam
Jannah dan menjauhkannya dari api Neraka. Lalu Nabi SAW memberitahukan tentang pokok, tiang dan puncak yang paling
tinggi dari amal tersebut, setelah itu beliau bersabda : "Bagaimana kalau aku beritahu pada kalian inti dari semua itu?" Dia
berkata: "Ya, Wahai Rasulullah". Lalu Nabi SAW memegang lidah beliau sendiri dan berkata: "Jagalah olehmu yang satu ini".
Maka Mu'adz berkata: "Adakah kita bisa disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab : "Ibumu kehilangan
engkau ya Mu'adz, tidaklah yang dapat menyungkurkan banyak manusia diatas wajah mereka (ke Neraka) kecuali hasil
(ucapan) lidah-lidah mereka?" At-Tirmidzi berkata: "Hadits ini hasan shahih".
Sungguh mengherankan, banyak orang yang merasa mudah dalam menjaga dirinya dari makanan yang haram, perbuatan
aniaya, zina, mencuri, minum-minuman keras serta melihat pada apa yang diharamkan dan lain sebagainya, namun merasa
kesulitan dalam mengawasi gerak lidahnya, sampai-sampai orang yang dikenal punya pemahaman agama, dikenal dengan
kesuhudan dan ibadahnya pun, juga masih berbicara dengan kalimat-kalimat yang mengundang kemurkaan Allah SWT tanpa
dia sadari, seperti berdusta, memfitnah, dan lain-lain.
Para ulama salaf sebagian mereka ada yang memperhitungkan dirinya, walau hanya sekedar mengucapkan: "Hari ini
panas dan hari ini dingin". seorang sahabat ada yang berkata pada pembantunya: "Tolong ambilkan kain untuk kita bermain-
main". Lalu dia berkata. "Astaghfirullah, aku tidak pernah mengucapkan kata-kata kecuali aku pasti mengendalikan dan
mengekangnya, kata-kata yang tadi aku katakan keluar dari lidahku
tanpa kendali dan tanpa kekang...."Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah memegang lidahnya dan berkata: "Inilah yang
memasukkan aku ke dalam berbagai masalah".
Anggota tubuh manusia yang paling mudah digerakkan adalah lidah, dan dia juga yang paling berbahaya pada manusia
itu sendiri.... Seharusnya kita selalu memperhatikan sebuah hadits Nabi dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari
Abu Hurairah : "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir bila dia menyaksikan suatu perkara maka hendaklah
dia mengatakan yang baik-baik atau diam saja".
4. Al-Khathawat (Langkah Nyata Untuk sebuah Perbuatan)

Adapun tentang Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan), hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang
hamba untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala-Nya, bila
ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya.
Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah yamg dilakukannya dengan cara
meniatkannya untuk Allah SWT, dengan demikian maka Insya Allah seluruh langkahnya akan bernilai ibadah.
MAKSIAT YANG DISEGERAKAN BALASANNYA
LIMA MAKSIAT YANG DISEGERAKAN BALASANNYA
Daripada lbnu Omar r.a. berkata: Berhadap Rasulullah SAW. kepada kami (pada suatu hari) kemudian baginda bersabda;
Wahai kaum Muhajirin, lima perkara kalau kamu telah dibalakan dengannya (kalau kamu telah mengerjakannya), maka tiada
kebaikan lagi bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allh swt., semoga kamu tidak menemui masa itu. Perkara-perkara itu
ialah:
1. Tiada terzahir (nampak) perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani berterus terang melakukannya, kecuali mereka
akan ditimpa penyakit Tha'un yang cepat merebak di kalangan mereka, dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang
belum pernah menimpa umat-umat yang telah IaIu
2. Dan tiada mereka mengurangkan sukatan dan timbangan, kecuali mereka akan dibalakan dengan kemarau dan susah
mencari rezeki dan kezaliman daripada kalangan pemimpin mereka.
3. Dan tiada menahan mereka akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dan langit. Jikalau tidak ada
binatang (yang juga hidup di atas permukaan bumi ini) tentunya mereka tidak akan diberi hujan oleh Allah swt.
4. Dan tiada mereka mungkir akan Allah dan Rasulnya kecuali Allah akan menguasakan ke atas mereka musuh mereka, maka
musuh itu merampas sebahagian dari apa yang ada di tangan mereka
5. Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah yang terkandung di dalam al Quran dan tidak
mahu menjadikannya sebagal pilihan, maka (di saat itu) Allah akan menjadikan peperangan di kalangan mereka sendiri".
Hadith riwayat ibnu Majah.
Cara menyesatkan Umat Islam..
"Mari kita renungkan dan ambil iktibar dari email yang dikirimkan oleh rakan saya....
Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-
muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan...
Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah
"Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"
Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin
lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka
sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-
murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi
kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang
bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan
perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat
laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti
membalik dan menukar nilai dan ketika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal
yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang
sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gayahidup dan lain lain." "Semuanya sudah
terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?"
tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."
"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.
"Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah,
bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"
Murid-muridnya berpikir . Adayang mencuba alternatif dengan tongkat,dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak
karpet."Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda
dengan terang-terang...Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina
dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.
"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka
bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya dulu, tentu
saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan..."
"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan
meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda
telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah
fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "
"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya murid- murid.
"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang
tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang
serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".
"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik
takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...
LIMA PERKARA ANEH...
"Abu Laits As-Samarqandi adalah adalah seorang ahli fiqh yang mashur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku
menceritakan bahawa antara nabi-nabi yang bukan rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya
mendengar suara.
Maka salah seorang nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang
berbunyi,
“Esok kau hendaklah keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke Barat. Engkau dikehendaki berbuat :
Pertama : Apa yang engkau lihat (hadadapi), maka makanlah.
Kedua : Engkau sembunyikan.
Ketiga : Engkau terimalah.
Keempat : Jangan engkau putuskan harapan.
Kelima : Larilah engkau daripanya.”
Pada keesokan harinya, Nabi itu keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah
bukit besar yang berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata :
“Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tetapi sungguh aneh, suatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan”.
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghadapinya, tiba-tiba
bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Lalu Nabi itu mengambilnya lalu disuapkan kemulutnya. Bila
ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur Alhamdulillah.
Kemudian nabi itu meneruskan perjalannya, lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan
mimpinya agar disembunyikan, lantas Nabi itu mengali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian
ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu menanamkanya semula sehingga tiga kali berturut-
turut. Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu”. Lalu dia pun meneruskan perjalannya, tanpa disedari
oleh Nabi itu, yang mangkuk emas itu keluar semula dari tempat ia ditanam.
Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian
terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah tolonglah aku”. Mendengar rayuan itu, dia merasa simpati lalu dia
pun mengambil burung itu dan dimasukkan kedalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu datang
menghampiri Nabi itu sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh
itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku”. Nabi itu teringat pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, ia
tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan
untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat
daging itu, helang pun terbang dan burung kecil dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjanannya. Tidak lama kemudian, dia betemu dengan satu bangkai yang amat busuk
baunya. Lalu dia bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidunnya.
Setelah melalui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi itu kerumahny. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam
doanya dia berkata, “ Ya Allah aku telah melaksanakan perintah Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka
jelaskanlah kepada ku erti semua ini.
Di dalam mimpi Beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T bahawa :
“Yang pertama engkau makan ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi akhirnya jika bersabar dan dapat
mengawal serta manahannya maka marah itu akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua, semua amal kebaikan (budi) walaupun disembunyikan maka ia Tetap akan nampak juga.
Ketiga, jika sudah menerima amanah seseorang janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat, jika orang meminta kepadamu maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kamu sendiri
berhajat.
Kelima, bau yang busuk ialah ghibah ( menceritakan hal seseorang ), maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk
berkumpul membuat ghibah.”
Saudara-saudaraku, kelima-lima perkara ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, Sebab kelima-lima perkara ini sering
sahaja berlaku dalam kehidupan diri kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal
orang lain, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata mengata hal
seseorang itu akan menghilangkan pahala kita. Sebab ada sebuah hadis yang mengatakan bahawa di akhirat nanti ada seorang
hamba Allah yang terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya “Wahai Allah, bahawa pahala
yang kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu”.
Maka berkata Allah S.W.T “Inilah adalah pahala orang yang mengata-gata tentang dirimu”. "
" MERAUNG DI PINTU NERAKA ".......
Sebagai makhluk yang bersifat baharu, sampai masanya kita akan kembali jua menemui Ilahi. Mungkin esok, mungkin lusa,
mungkin tahun hadapan malah mungkin sebentar lagi. Bagaimanapun, mati bukanlah akhiran kepada hidup kerana apabila
terpisah sahaja roh dari jasad, bermula pula satu alam baru yang perlu ditempuh. Itulah alam barzakh yang bakal kita lalui
kelak.
“Dan di belakang mereka itu barzakh sampai hari kebangkitan” (Al-Mukminun : Ayat 100)
Barzakh meliputi kesemua perkuburan – di dalam tanah, di dalam api, di dalam perut binatang buas atau hancur di dalam air.
Apakah sebenarnya yang akan kita tempuhi di alam barzakh nanti? Itulah yang perlu diketahui kerana sesungguhnya
perjalanan yang bakal dilalui selepas nyawa dicabut Izrail amat menggetarkan. Ia menjadi teramat indah jika kita hidup
beramal soleh tapi menjadi teramat menakutkan jika menghabiskan hayat dengan maksiat serta kemungkaran.
Sebuah hadith menyebut : “apabila mayat dimasukkan ke dalam usungan dan dibawa ke kubur, maka ia tidak berdiam diri
sebaliknya berkata-kata. Ucapannya didengar oleh segala makhluk kecuali manusia. Bagaimanapun, ucapan itu berbeza-beza
antara yang soleh, yang derhaka dan yang bergelumang dengan maksiat.
Kalau si mati seorang yang soleh, dengan gembiranya ia berkata; “Segerakanlah olehmu membawa aku ke kubur!” Tidak
sabar lagi ia menunggu masa untuk menemui Ilahi dan mendapat balasan nikmat dariNya. Sebaliknya jika mayat itu semasa
hidupnya suka membuat mungkar, dengan penuh ketakutan ia bertanya; “Ke manakah kamu semua membawa diriku ini?”
Ketika itu, perasaan gerun terhadap balasan seksa dari Allah Azzawajalla sudah tidak dapat dibendung lagi.
Seperti yang dinyatakan oleh Rasullullah saw, alam kubur itu merupakan tahap pertama untuk menuju akhirat. Ia tempat yang
amat indah, tapi boleh juga menjadi tempat yang paling menggerunkan.
Apabila mayat telah dimasukkan ke dalam kubur, maka tinggallah ia bersendirian tanpa teman, tiada lampu, tiada makanan
dan minuman. Di saat itu barulah ia mengetahui sama ada bakal ke syurga atau neraka. Kalau ia calon syurga, maka
diperlihatkan kepadanya bayangan syurga dan demukianlah sebaliknya.
Bagi calon ahli syurga, dibukakan pintu syurga untuknya bersama ucapan “Itulah tempat tinggalmu dan apa sahaja yang
disediakan Allah di dalamnya.” Setiap detik dipampangkan kepadanya keindahan syurga. Sedikit pun mereka tidak bosan
menatapnya walaupun bertahun-tahun di dalam kubur menunggu tibanya kiamat.
Kuburnya juga akan diperluas dan diterangi cahaya. Kemudian rohnya dihimpunkan bersama roh-roh para solehin seumpama
seekor burung yang berada di sebatang pohon di syurga. Demikian dijelaskan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.
Namun, orang-orang yang kafir dan ingkar akan menerima keadaan yang berlainan.
“Orang-orang kafir itu disempitkan kuburnya sampai remuk tulang-belulangnya. Demikian itulah kehidupan yang sempit,
penuh dengan kecelakaan dan kesengsaraan.” (Hadith riwayat At-Tarmizi dan Ibnu Hibban)
Di samping itu, si mati juga akan diazab dengan api yang marak menyala, ular serta binatang buas.
Seksa kubur yang paling azab ialah yang meninggalkan solat. Dalam sebuah kitab ada menceritakan tentang seorang soleh
yang mengebumikan mayat abangnya. Ketika menimbuskan mayat itu, entah bagaimana dompetnya terjatuh dan tertimbus.
Setelah pulang ke rumah barulah dia tersedar akan kehilangan dompetnya itu.
Lalu ia kembali ke kubur dan menggalinya semula. Setelah digali, dia terperanjat apabila melihat ada api menyala di dalam
kubur abangnya. Lantas ditimbus semula kubur itu dan pulang ke rumah.
Dia menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya, kemudian bertanya; “Wahai ibu, apakah yang telah dibuat oleh abangku
hingga kuburnya terdapat api?” Ibunya bertanya kembali; “Mengapa kamu bertanya begitu?”
Selesai dia menceritakan kejadian tersebut, ibunya menangis seraya berkata; “Abangmu itu selalu meringan-ringankan
sembahyang dan melambatkan waktunya.”
Kalau orang yang melambatkan solat akan mengalami hal seperti itu, bayangkan bagaimana orang yang tidak bersolat sama
sekali! Seksa kubur bukan sahaja berlaku kerana dosa besar, malah dosa kecil sekalipun turut dihukum.
Kubur sesungguhnya menyimpan pelbagai rahsia. Lebih menginsafkan, kadangkala ia dipertontonkan Allah kepada kita
dengan pelbagai cara dan bermacam-macam peristiwa. Ada yang menakutkan, tetapi ada juga yang menyeronokkan.
Sebagai orang yang paling akrab dengan perkuburan, setiap penggali kubur menyimpan rahsia mereka sendiri. Kebanyakkan
mereka telah menyaksikan bermacam-macam kejadian aneh yang tidak terjangkau oleh akal logik. Alangkah bertuahnya
mereka dapat menyaksikan bukti-bukti kebesaran janji Allah.
Bagaimanapun, apa yang disaksikan berlaku pada mayat dan kubur bukan semuanya seksaan Allah kepada jenazah. Ada
kalanya perkara-perkara aneh yang berlaku itu adalah untuk mengajaran kepada manusia yang masih hidup.
Dalam kitab Al-Safinah al-Makhirah Ila Al-Barzakh ada disebutkan bahawa apa sahaja yang berlaku ke atas mayat dan di
dalam liang lahad adalah satu misteri. Ia bertujuan memberi iktibar kepada keluarga si mati serta manusia yang masih hidup.
Terimalah ia sebagai tarbiah dan bukan dengan kegerunan serta syak wasangka

RAHSIA WAKTU....... [ al-Mu`minun: 112-114 ]


"Allah bertanya, `Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab, Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, `Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kalian benar-benar mengetahui."
Ulama Al-Maraghi memberi penjelasan yang amat lugas dalam tafsirnya. Menurutnya, pertanyaan Allah kepada para penghuni neraka itu
merupakan celaan dan penghinaan. Maksudnya supaya jelas bagi mereka bahwa kehidupan dunia yang mereka kira panjang sesungguhnya
sangat singkat. Apalagi jika dibandingkan dengan azab berkepanjangan yang tengah mereka `nikmati'. Ini akibat ketika di dunia, mereka
lalai akan akhirat dan tidak mempergunakan waktu dan kehidupannya sesuai hakikatnya.
Hasan Al-Bana pernah mengatakan, "Waktu adalah kehidupan. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan." Begitu
pentingnya waktu, sampai Allah bersumpah dengan waktu. "Wal `ashr, demi masa," kata Allah dalam surat al-Ashr. Betapa Allah juga
mementingkan waktu melalui sumpahnya yang lain dengan menggunakan satuan waktu yang lebih beragam. Misalnya, walfajri, demi
waktu fajar (al-Fajr:1), wadhdhuha, demi waktu dhuha (Adh-Dhuha:1), wallaili, demi waktu malam (asy-Syams:3), wannahari, demi
waktu siang (asy-Syams: 4).
Sesungguhnya di balik perhatian Allah terhadap waktu terdapat pesan penting buat manusia, yaitu agar mereka juga memperhatikan dan
mempergunakan waktu sebagaimana mestinya yakni dengan beribadah secara total dan ikhlas kepada-Nya. Tentu saja untuk bisa
memperlakukan waktu dengan semestinya itu harus ada pemahaman yang benar tentang keberadaan dan hakikatnya bagi kehidupan
manusia.
Hal ini penting karena, ternyata dimensi waktu al-Qur'an dan akhirat sangat berbeda dengan dimensi waktu yang dijalani manusia di
dunia. Dengan mengetahui perbedaan dimensi itu seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, karena ia pasti
akan memasuki waktu akhirat sebagai tempat pembalasan.
Azab yang Mutlak
Dimensi waktu tidak berlaku pada Allah. Dia tidak mengenal adanya siang dan malam, masa sekarang, masa yang telah lewat maupun
masa yang akan datang. Allah pun tidak berkembang, berkurang, menyusut ataupun berubah. Dia tidak mengenal masa kanak-kanak dan
kemudian beranjak dewasa lalu akhirnya menjadi tua. Dia tidak berawal dan tidak berakhir.
Waktu adalah sebuah makhluk ciptaan Allah yang paling unik. Karenanya, Dia Maha Ada sebelum adanya semua makhluk di jagat raya
ini, dan Maha Kekal serta Maha Abadi setelah hancur leburnya seluruh makhluk pada hari akhir (qiyamat nanti). Allah sudah ada sebelum
`waktu' diciptakan, dan Dia akan tetap ada meskipun `waktu' sudah tak berlaku lagi. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, "Dialah
yang Maha Pertama dan Maha Terakhir." (al-Hadid:3)
Maka ketika al-Qur'an menyebutkan Allah itu sebagai dzat Yang Pertama dan Yang Terakhir, bukan berarti Dia ada masa permulaan masa
berakhirnya. Karena, bagi Allah tidak ada istilah sebelum atau sesudah.
Allah Maha Hidup dalam eksistensi-Nya yang abadi. Sedangkan manusia baru hidup ketika ia dilahirkan kemarin. Dan kini ia menjalani
kehidupan itu serta hari esok yang akan ditempuhnya. Adapun sejarah kehidupan manusia, diwarnai oleh berbagai peristiwa dan kejadian,
pada dasarnya telah tertulis serta terangkum dalam al-Qur'an. Semuanya sudah tercatat sebelum penciptaan alam ini dalam ilmu Allah.
Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Musa `Alaihis salaam: "Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Ibrahim:5)
Yang dimaksud dengan hari-hari Allah adalah berbagai peristiwa yang sudah terjadi pada ummat-ummat terdahulu. Baik peristiwa berupa
kejayaan atau kehancuran, kenikmatan ataupun siksaan yang mereka alami. Seperti bencana banjir yang dialami oleh ummat Nabi Nuh
As. Angin topan yang menimpa kaum `Aad dan Tsamud. Gempa bumi yang menimpa kaum Sodom dan Gomorah (kaum Nabi Luth As)
dan lain sebagainya. Semua peristiwa ini terekam dengan jelas dalam sejarah ummat manusia. Tinggal manusia, apakah mereka mau
mengambil pelajaran atau semata-mata menjadikannya dongeng alias hikayat.
Bagi Allah, sama saja antara masa yang akan terjadi besok ataupun seratus tahun lagi. Karenanya tidak heran kalau dalam al-Quran, Allah
menyebutkan segala peristiwa yang akan terjadi pada hari qiyamat kelak dengan kata kerja berbentuk keterangan lampau (madhi, past
tense). Padahal peristiwa tersebut baru akan terjadi di masa mendatang. Sebagaimana firmannya, "Kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu
kami kumpulkan mereka itu semuanya." (Al-Kahfi:99)
Dalam ayat itu kata nufikha (meniup) dan jama'naa (kami kumpulkan) adalah kata kerja berbentuk lampau.
Juga firman-Nya, "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi." (Az-Zumar:68)
Seluruh peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur'an itu sebenarnya baru akan terjadi kelak di hari kiamat. Namun ketika Allah
menyebutkannya dengan menggunakan kata kerja berbentuk lampau, di dalamnya pasti terkandung rahasia. Yaitu bahwa semua yang
diberitakan itu merupakan sesuatu yang mutlak dan pasti terjadi. Sehingga tidak boleh ada keraguan sedikitpun.
Ini merupakan suatu bukti, bahwa Allah itu Maha Tinggi serta Maha Mulia dari keterbatasan dimensi waktu dan tempat (ruang). Dia
adalah dzat yang memberlakukan waktu dan masa kepada semua makhluknya, hingga Maha Suci Allah dari keterikatan dengan waktu.
Satu Berbanding Seribu
Al-Qur'an menjelaskan, Allah memberlakukan waktu yang berbeda atas tiap-tiap jenis makhluknya. Umpamanya, satu hari bagi malaikat
Jibril As itu sama dengan 50 ribu tahun lamanya bagi makhluk yang bernama manusia. Al-Qur'an menerangkan hal ini dengan firman-
Nya, "Para malaikat dan malaikat Jibril naik kepada Allah dalam sehari yang ukurannya sama dengan 50 ribu tahun (ukuran manusia)."
(Al-Ma'arij: 4)
Sementara itu, ayat lain menjelaskan, satu hari bagi para malaikat sama dengan seribu tahun lamanya bagi manusia. Sebagaimana firman-
Nya, "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi kemudian urusan itu naik (dibawa oleh malaikat) kepadanya dalam satu hari, yang ukuran
lamanya seribu tahun menurut perhitunganmu." (as-Sajdah: 5)
Allah juga mengisyaratkan, "Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung." (Al-
Hajj:47)
Apabila seseorang meninggal dunia kemudian nanti dibangkitkan kembali, maka sebenarnya ia keluar dari satu lorong waktu ke lorong
waktu yang lain. Oleh karena itu, sangat luar biasa bahwa ribuan tahun waktu yang dijalani oleh manusia, baik itu dalam kubur ataupun
hidup di dunia yang fana ini, hal itu bagi Allah hanyalah satu hari atau sekejap saja.
Dalam hal ini, Allah juga telah mengisyaratkan dalam firman-Nya, "Dan pada hari terjadinya qiyamat, bersumpahlah orang-orang yang
berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja). Seperti itulah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).
Sedangkan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan berkata kepada orang-orang kafir, `Sesungguhnya kamu telah
berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, akan tetapi kamu selalu tidak
meyakininya." (Ar-Rum:55-56)
Di ayat lain Allah berfirman, "Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (dimana mereka merasa) seolah-olah tidak
tinggal di dunia melainkan sesaat pada siang hari. Inilah suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasiq."
(Al-Ahqaf: 35) Dalam ayat lain disebutkan hanya sebatas waktu sore atau pagi. (An-Naazi'aat:46)
Maka jelaslah sudah, bahwa berabad-abad lamanya kehidupan di dunia ini jika dibandingkan dengan saat kebangkitan dari kubur itu
hanya satu hari, atau setengah hari dan bahkan hanya beberapa saat saja.
Dewasa ini, keanekaragaman lorong waktu itu bisa dijelaskan lewat teori relativitas Albert Einstein, yang dikembangkan terus oleh
ilmuwan lainnya. Setiap susunan tata surya di alam ini mempunyai kronologi waktunya sendiri. Teori ini membuktikan bahwa memang
ada perbedaan waktu dalam di antara alam ciptaan Allah, yakni antara alam manusia dan alam malaikat, antara di dunia dan di akhirat.
Kalau manusia kelak akan memasuki alam akhirat, maka dimensi waktu yang berlaku dimensi akhirat yang perbandingannya antara satu
berbanding seribu sampai 50 ribu. Bayangkan, bagaimana pedihnya siksaan selama berabad-abad di akhirat (An-Naba: 23), jika
perhitungan waktunya harus dikalikan seribu dari perhitungan waktu di dunia. Bila satu hari di akhirat sama dengan seribu hari di dunia,
maka siksaan di akhirat itu akan berlangsung selama 24 ribu jam. Kenyataannya sekarang tiga detik saja terkena api, manusia langsung
kesakitan.
Akan tetapi Allah juga berkuasa untuk mengubah ketentuan waktu itu kapan saja. Contoh yang paling gamblang adalah kisah Nabi Uzair
As yang dibuat tertidur selama seratus tahun dan para pemuda ashabul kahfi selama 309 tahun. Padahal mereka masih berada di alam
dunia.
Setiap manusia akan merasakan betapa sebenarnya hidup di dunia, yakni bila mereka sudah berhadapan dengan pembalasan yang akan
berlangsung lama. Beruntung kalau balasan itu diberikan kepada manusia beriman, sebab tidak lain itu merupakan kenikmatan tiada tara.
Tapi luar biasa ruginya kalau balasan itu diberikan kepada manusia durhaka, sebab tidak lain itu adalah siksaan yang sangat pedih dan
abadi.
SIFAT TERPUJI YANG DISUKAI ALLAH....
AMALAN baik dan terpuji adalah sifat yang menjadi perhiasan diri seorang Muslim. Dalam pengertian tasawuf, sifat yang
baik ini dikenali sebagai mahmudah. Sifat ini kadangkala lahir dalam diri seseorang secara semula jadi, sementara yang
lainnya perlu dipelajari bagi mengamalkannya dalam
kehidupan seharian.
Antara sifat mahmudah ialah bertaubat iaitu meninggalkan perbuatan dosa dan menyesali dosa yang telah dilakukan.
Syarat taubat daripada dosa antara manusia dengan Allah ialah meninggalkan perbuatan berdosa, berazam tidak akan
membuatnya lagi.
Selain itu, menyesal atas perbuatan berdosa lalu, jika dosa itu dengan manusia, ia perlu ditambah dengan satu syarat lagi, iaitu
mengembalikan hak orang yang termakan atau terambil atau meminta maaf daripadanya.
Mengenai taubat, Allah telah berfirman yang bermaksud: "Sesungguhnya Allah cintakan orang yang bertaubat dan orang-
orang yang bersuci." * (Al- Baqarahm, ayat 22)
Satu lagi sifat terpuji ialah Khauf * takut kepada Allah dengan melihat kepada tanda-tanda kebesaran dan keagungannya.
Dengan itu, ia akan timbul rasa ingin beribadat kepada Allah serta berusaha mencari keredaan-Nya.
Di samping khauf, hendaklah pula ada sifat rija'i iaitu mengharapkan rahmat Allah. Seseorang Muslim hendaklah selalu
berada antara takut dan harap. Takut terhadap azab Allah dan harapkan rahmat Allah.
Bagaimanapun, manusia tidak boleh pula terlalu terpedaya dengan mengingat (mengharap) rahmat Allah semata-mata tanpa
sebarang amal dan takut. Jangan pula terlalu takut hingga lupa kepada rahmat Allah dan menjadi orang yang putus asa. Dalam
hubungan ini Allah berfirman, bermaksud: "Beritahu hamba-hambaKu bahawa aku Maha Pengampun lagi Penyayang dan
sesungguhnya
azabku pula adalah azab yang pedih." * (AI-Hijr - 49) Umat Islam juga digalakkan mengamalkan sifat sabar iaitu abah
menghadapi ujian hidup dan tidak menyumpah nasib atau diri apabila ditimpa kesusahan.
Sabar ada tiga jenis, iaitu sabar menghadapi ujian dan pencerobohan hidup, sabar dalam menunaikan kewajipan kepada Allah
dan sabar dalam meninggalkan larangan Allah.
Bersyukur pula ialah memuji Allah atas segala nikmatnya dan memandang bahawa segala puji adalah bagi Allah sedang
manusia itu hanya sebab bagi mendapatkan rahmat itu.
Syukur itu ada tiga bahagian: Syukur dengan lidah * mengucap pujian terhadap Allah.
Bersyukur dengan hati * reda dan senang dengan apa yang diberi Allah, dan syukur dengan anggota * mengarahkan segala
nikmat yang diberi ke tempat yang diredai Allah. Satu lagi sifat terpuji ialah ikhlas ialah beramal kerana Allah semata-mata
bukannya riak. Beramal untuk mengharapkan pahala dan mengelakkan diri daripada azab tidak bertentangan dengan sifat
keikhlasan hamba Allah, kerana Allah sendiri telah menyuruh kita meminta nikmat syurga dan menjaga diri dari azab neraka
dalam banyak ayat al-Quran. Sentiasa mengingati mati juga boleh menebalkan iman seseorang. Erti mengingati mati ialah
meyakini segala yang hidup pasti akan mati. Kita tidak tahu bila, di mana dan bagaimana kita akan mati. Oleh itu, kita
hendaklah selalu bersedia dengan amalan untuk menghadapi maut.Wallahu a'lam bishawab.•

Anda mungkin juga menyukai