Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN

PERILAKU PASIEN CYSTITIS

Evidence Based Practice ( EBP )

Disusun oleh :

A. Iqbal Adama Alharis ( 88150023)

Delia Wati Putri (88150045)

Diana Friraz Pirandanie (88150034 )

Gita Amelia (88150069)

Ida Yuli Yuniarti (88150014)

Lalas Lestari (88150030)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BSI BANDUNG
2018

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku pasien cystitis
EVIDENCED BASED PRACTICE ( EBP ) ”.
Kami berharap makalah ini bukan hanya digunakan sebagai syarat
pemenuhan tugas tapi juga dapat digunakan jangka panjang sebagai salah satu
referensi sederhana guna menambah wawasan serta pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dengan pasien CYSTITIS & EVIDENCED BASED PRACTICE
(EBP) baik oleh penulis sendiri maupun pembaca atau siapapun yang
membutuhkan.

Kami sadar betul makalah ini belumlah sempurna dan masih banyak
materi yang belum dibahas maupun dijelaskan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun serta usulan referensi yang
dapat mendukung perbaikan makalah ini sehingga lebih efektif dalam
penggunaannya di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipelajari dan dipahami oleh pembacanya


mengingat salah satu tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan
pembelajaran. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun
informasi terkait isi makalah ini.

Bandung, 01 April 2018

Penulis

ii
Daftar isi

COVER ............................................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................ iii
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II LANDASARAN TEORI EBP ............................................................................. 3
2.1 Definisi...................................................................................................................... 3
2.2 Langkah-Langkah EBP ............................................................................................. 3
2.3 Penatalaksaan EBP pada Keperawatan ..................................................................... 5
2.4 Hambatan pelaksanaan EBP pada Keperawatan ....................................................... 5
2.5 Critical Analysis Penelitian Komunitas terkait baik secara teori dan metodologi ... 6
BAB III METEDOLOGI EBP ............................................................................................ 7
3.1 IMRAD (Introduction, Methode, Result, Analysis, Discussion, Conclusion) .... 7
3.1.1 Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Cystitis ............................ 7
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 23
4.2 Saran ....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium
melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam kandung kemih. Infeksi kandung kemih menunjukkan
adanya invasi mikroorganisme dalam kandung kemih, dapat mengenai laki-laki
maupun perempuan semua umur yang ditunjukkan dengan adanya bakteri didalam
urin disebut bakteriuria (Agus, T.,2001).

Infeksi ini ditemukan pada semua umur, pria dan wanita mulai bayi baru lahir
hingga orang tua. Wanita lebih sering mengalami sistitis dibanding pria. Kejadian
sistitis rata-rata 9.3% pada wanita diatas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65
tahun (Smyth & O’Connell, 1998). Sistitis pada neonatus banyak terdapat pada laki-
laki (2,7%) dibanding bayi perempuan (0,7%). Insidensi sistitis menjadi terbalik
seiring bertambahnya usia, yaitu pada masa sekolah sistitis pada anak perempuan
sekitar 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insidensi sistitis pada usia remaja wanita
meningkat 3,3-5,8% yang akan terus meningkat insidensinya pada usia lanjut
(Purnomo, 2003). Morbiditas dan mortalitas sistitis paling banyak terjadi pada pasien
usia kurang dari satu tahun dan usia lebih dari 65 tahun.

Cystitis terjadi di seluruh dunia dan mempengaruhi Negara yang sedang


berkembang dan Negara miskin. Cystitis ini merupakan penyebab utama kematian
dan meningkatnya morbiditas pasien yang di rawat di rumah sakit. Survey prevelensi
yang di lakukan WHO (World Health Organization) di 55 rumah sakit dari 14 negara
yang mewakili 4 kawasan (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara Dan Pasifik Barat)
menunjukkan rata-rata 8,7 % pasien rumah sakit yang mengalami cystitis. Setiap saat,
lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita komplikasi dari cystitis yang di
peroleh dari rumah sakit.Frekuensi tertinggi di laporkan dari rumah sakit di kawasan
Timur Tengah dan Asia Tenggara (11,8 % dan10,0 % masing - masing), dengan
prevelensi 7,7 % dan 9,0 % masing - masing di kawasan Eropa dan pasifik barat.
Penelitian lain di laporkan rata - rata sekitar 3,5 % (Jerman) menjadi 5 % (Amerika)
dari seluruh pasien rawat inap, di perawatan rumah sakit tersier sekitar dan ICU
sekitar 15 % - 20 % kasus.

Dari berbagai peneliti epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevelensi cystitis


sebesar 1,5 - 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu
penelitian epidemuologis di Manado di dapatkan prevelensi cystitis 5,2%. Peneliti
yang di lakukan di Jakarta membuktikan adanya kenaikan prevelensi yaitu meningkat
1,5% menjadi 5,0% pada tahun 2011. Data kesehatan tahun 2013 penderita cystitis di
Indonesia adalah 2 juta jiwa, sedangkan penderita cystitis di Jawa Tengah tahun 2013
adalah 1,2 juta jiwa (Dinas Kesehatan Jawa Tengah , 2013).

1
Meskipun beban cystitis mengkhawatirkan , kebanyakan beban dari masalah
kesehatan masyarakat utama ini dapat di cegah dengan deteksi dini, peningkatan
pemberian pelayanan, dan edukasi yang lebih baik untuk penatalaksanaan mandiri
cystitis. Dampak dari penyakit cystitis adalah gagal ginjal pada orang dewasa usia 20-
74 tahun dan gagal kronis, terhitung kira-kira 40% kasus baru.(Purnomo, 2011).
(Belakang, 2014).

1.2 Masalah
Dari latar belakang diatas dibuatlah rumusan masalah “ Gambaran pengetahuan ,
sikap dan prilaku pasien cystitis ”.

1.3 Tujuan
Menganalisis gambaran pengetahuan, sikap dan prilaku pasien cystitis.

1.4 Manfaat
Hasil evidence base ini diharapkan dapat digunakan sebagai data teori untuk
penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan prilaku pasien cystitis.

2
BAB II
LANDASARAN TEORI EBP

2.1 Definisi

Clinical Based Evidence Practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan
bertanggung jawab dengan menggunakan bukti yang berhubungan dengan keahlian
klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses
perawatan (Titler, 2008).

EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting dalam decade ini untuk
membantu sebuah profesi termasuk kedokteran , keperawatan sosial, psikologi
public health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs dan
Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).

EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan


keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya
adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti
nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh factor internal
dan eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara
bijaksana terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau system (new house,
dearholt, poe, pough, & white. 2005).

EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literature. Merupakan proses


yang panjang merupakan aplikasi yang berdasarkan fakta terbaik untuk
pengembangan dan peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam penggunaan
fakta menjadi pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan untuk
menitegrasikan keahlian klinikal individu dengan fakta yang terbaik berdasarkan
penelitian sistematis.

2.2 Langkah-Langkah EBP


1. Kembangkan semangat penelitian
Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus
ditumbuhkan semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman
dan tertarik mengenai pertanyan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan pasien.
2. Ajukan pertanyaan klinis dalam format IMRAD
Pertanyaan klinis dalam format IMRAD untuk menghasilkan evidence
yang lebih baik dan relevan. Format IMRAD adalah model yang sangat berguna
untuk digunakan ketika melakukan penelitian. Hal ini memungkinkan untuk
mengatur makalah penelitian dengan cara yang konsisten dengan format standar
untuk makalah. Singkatnya, model singkatan: Pendahuluan - Metode - Hasil -
Dan – Diskusi.
a. Introduction (I)
Dalam pendahuluan, Anda akan menyentuh topik yang mengarah
ketopik penelitian utama Anda. Ini termasuk menawarkan akun penelitian

3
sebelumnya yang telah berurusan dengan topik yang menarik. Pengantar
mengikutiAbstrak yang biasanya ditempatkan segera setelah judul. Dengan
demikian, urutan umum berikut: Judul » Abstrak » Pendahuluan » Metode
» Analisis » Hasil » Diskusi » Kesimpulan.

Pengantar mencakup topik yang lebih luas karena mencakup hal-hal yang
biasanya dianggap berada di pinggiran pertanyaan penelitian. Misalnya, jika
tesis pusat Anda berpusat pada tren TI saat ini di bidang Teknik,
pendahuluan juga dapat menyentuh latar belakang historis fenomena ini serta
menyertakan deskripsi dan definisi dari topik utama yang akan dibahas
dalam makalah ini. Jika Anda akan menggunakan akronim, penting bahwa
Anda setidaknya sekali - di awal – jelaskan apa singkatannya.
b. Methode ( M )
Bagian metode membahas cara memperoleh hasil. Selain itu juga
harus menyebutkan sifat proyek penelitian, apakah itu bersifat kualitatif atau
kuantitatif.
Pada penelitian kualitatif - yang biasanya ditemukan dalam
ilmusosial – menyelidiki bagaimana dan mengapa pengambilan keputusan
dan biasanya memiliki ukuran sampel yang lebih kecil tetapi lebih terfokus.
Pada penelitian kuantitatif bagaimanapun membuat kita alatempiris
sistematis untuk mengukur dan menilai set data dengan menggunakan
statistik dan / atau teknik komputasi. Yang terakhir ini sangat umum dalam
ilmu alam. Akhirnya, pertanyaan penelitian dapat dinyatakan dalam bagian
ini.
c. Result (R)
Pada bagian ini akan menyajikan hasil. Ini adalah temuan aktual yang
dikumpulkan dalam melakukan penelitian dan dapat menyertakan data
statistik atau hasil dari wawancara. Selain itu harus menyajikan dan
menyusun hasil dengan cara yang koheren dan mudah diikuti. Ingatlah untuk
menjadi menyajikan hasil dengan menyeluruh karena bagian ini adalah
bagian sentral dari penelitian
d. Analysis (A)
e. Discusion (D)
Menjelaskan hasil keseluruhan. Bagaimana mereka berkorelasi dengan
pertanyaan risetint Anda? Apa hubungan yang menarik yang Anda temukan
dan bagaimana Anda pikir ini bisa dijelaskan. Anda juga dapat menyebutkan
batasan apa pun pada riset Anda dan menjelaskan mengapa alasan
keterbatasan ini. Diskusi dapat diakhiri dengan saran untuk penelitian masa
depan. Setelah diskusi, Anda dapat memiliki header independen yang
berjudul 'Kesimpulan' di mana kesimpulan Anda dinyatakan secara
langsung.
3. Cari bukti terbaik
Langkah terakhir dari pencarian adalah untuk menggabungkan hasil
pencarian untuk setiap istilah. Metode ini untuk mempersempit hasil untuk artikel
yang berkaitan dengan pertanyaan klinis.

4
4. Kritis menilai bukti
Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka harus cepat dinilai
untuk menentukan yang paling relevan valid, terpercaya dan berlaku untuk
pertanyaan klinis studi-studi ini adalah studikiper. Salah satu alasan perawat
khawatir bahwa mereka tidak punya waktu untuk menerapkan EBP adalah bahwa
banyak telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan.
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi dan niali-nilai.
Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam
praktek. Keahlian klinis berdasarkan penelitian pasien, data laboratorium dan
data dari program manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah
komponen penting dalam EBP. Pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh
variabel kelembagaan dan klinis.
6. Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi
setiap perubahan hasil sehingga efek positif dapat di dukung dan yang negative
dapat di perbaiki.
7. Menyebarkan luaskan hasil EBP
Perawat dapat mecapai hasil yang indah bagi pasien mereka melalui
EBP, tetapi mereka sering gagal untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan
dari organisasi perawatan kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini
menyebabkan perlu duplikasi usaha dan melanggengkan pendekataan klinis yang
tidak berdasarkan bukti-bukti. Sehingga penerapan dan penyebarluasan EBP
perlu untuk dilakukan.

2.3 Penatalaksaan EBP pada Keperawatan


1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.
2. Implementasi akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung
“pemberian perawatan berdasarkan fakta”
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan oleh perawat dalam penggunaan
EBP.
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas, praktek,
penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6. Penggunaan EBP meningkatkan professionallisme dan diikuti dengan evaluasi
yang berkelanjutan.
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi
pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang di berikan. Dalam
tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik, seks, usia, kultur dan status
kesehatan.

2.4 Hambatan pelaksanaan EBP pada Keperawatan


1. Berkaitan dengan penggunaan waktu
2. Akses terhadap jurnal dan artikel
3. Keterampilan untuk mencari dan melakukan titik riset
4. Kurang paham atau kurang mengerti

5
5. Kurang kemampuan penguasaan Bahasa untuk penggunaan hasil-hasil
riset
6. Salah pengertian tentang proses
7. Kualitas dari fakta yang di temukan

2.5 Critical Analysis Penelitian Komunitas terkait baik secara teori dan
metodologi
Database Keyword/pharases Inclusion Numbers of Exlusion Number of
criteria citation criteria citation
retrieved used
Proquest Knowledge, 2013-2018, 69 Penelitian 12
behaviour and english
cystitis

6
BAB III
METEDOLOGI EBP

3.1 IMRAD (Introduction, Methode, Result, Analysis, Discussion,


Conclusion)

3.1.1 Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Cystitis

1) Voided Midstream Urine Culture and Acute Cystitis in


Premenopausal Women. Thomas M. Hooton, M.D., Pacita L.
Roberts, M.S., Marsha E. Cox, B.S., and Ann E. Stapleton, M.D. 14
November, 2013 (Schaeffer, 2014)

I : Latar Belakang Penyebab sistitis akut tanpa komplikasi ditentukan


berdasarkan kultur urin midstream, tetapi beberapa data memandu
interpretasi hasil tersebut, terutama ketika bakteri gram positif tumbuh.

M: Wanita dari usia 18 hingga 49 tahun dengan gejala sistitis


menyediakan spesimen urin di tengah jalan, setelah itu kami
mengumpulkan urin dengan menggunakan kateter uretra untuk kultur
(kateter urin). Kami membandingkan spesies mikroba dan jumlah koloni
dalam spesimen yang dipasangkan. Hasil utama adalah perbandingan
nilai prediksi positif dan nilai prediktif negatif dari organisme yang
tumbuh di urin di tengah jalan, dengan ada atau tidaknya organisme
dalam urin kateter digunakan sebagai referensi.

R: Terdapat hubungan antara wanita sehat premenopause dengan kultur


E.Coli dan Streptococcus grup B. Hasilnya menyatakan tidak ditemukan
penyakit Sistitis.

A: Wanita Premenopause usia 18 hingga 49 tahun dengan gejala sistitis


diajukan melakukan specimen urine dengan perlakuan bebeda. Yaitu
dengan cara menyediakan specimen urine midstream dan dengan
menggunakan kateter urine. Hasilnya menunjukan perbedaan yang
signifikan.

D: Analisis dari 236 episode sistitis pada 226 wanita menghasilkan 202
sampel yang dipasangkan dari urin midstream dan urin kateter yang dapat
dievaluasi. Kultur positif untuk uropathogens di 142 kateter spesimen

7
(70%), 4 di antaranya memiliki lebih dari satu uropathogen, dan di 157
spesimen midstream (78%). Kehadiran Escherichia coli di urin midstream
sangat dapat diprediksi dari bakteriuria kandung kemih bahkan pada
jumlah yang sangat rendah, dengan nilai prediksi positif 102 unit
pembentuk koloni (CFU) per mililiter 93% (Spearman r = 0,944).
Sebaliknya, di urin midstream, enterococci (dalam 10% dari budaya) dan
grup B streptokokus (dalam 12% dari budaya) tidak memprediksi
bakteriuria kandung kemih pada setiap hitungan koloni (Spearman r =
0,322 untuk enterococci dan 0,272 untuk grup B streptococci) . Di antara
41 episode di mana enterococcus, grup B streptococci, atau keduanya
ditemukan di urin di tengah jalan, E. coli tumbuh dari kultur urin kateter
di 61%.

C: Kultur urine midstream gagal pada wanita sehat premenopause


dengan sistitis akut tanpa komplikasi secara akurat menunjukkan bukti
adanya E.coli pada kandung kemih. Tetapi tidak ditemukan enterococci
atau streptokokus grup B, yang sering diisolasi dengan E.coli tetapi
tampaknya jarang menyebabkan sistitis sendiri.

2) Bladder Symptom, Fatigue, and Physical Activity in Postpartum


Jeung-Im, Kim; Kyung-Jae, Lee. Asia; Seoul Vol. 11 : 50-55. 1
Maret 2017. (Kim and Lee, 2017)

I: Aktivitas fisik penting bagi wanita pascamelahirkan. Tujuan dari


penelitian ini adalah untuk mengevaluasi gejala kandung kemih,
kelelahan, dan aktivitas fisik sesuai dengan waktu setelah kelahiran dan
mode kelahiran. Pada wanita, persalinan adalah situasi dramatis yang
menciptakan kehidupan baru. Selama proses kelahiran, wanita
membutuhkan energi fisik dan psikologis dalam jumlah besar untuk
beradaptasi dengan peran baru sebagai seorang ibu. Setelah lahir,
permintaan membesarkan anak ditambah dengan kelelahan, depresi, dan
isolasi dapat memperburuk aktivitas yang tidak sehat dan memunculkan
resiko penyakit yang lain termasuk gangguan kandung kemih.

M: Desain penelitian Ini adalah studi cross-sectional yang menilai gejala


kandung kemih, kelelahan, dan aktivitas fisik dalam tiga subkelompok

8
wanita postpartum pada saat setelah lahir dan dengan mode kelahiran.
Sebanyak 290 wanita setelah melahirkan menanggapi kuesioner yang
dikelola sendiri.

R: Terdapat hubungan Antara gangguan kandung kemih dan wanita


pada masa pacapartum. Yaitu kelelahan yang terjadi dan beberapa factor
lain pada wanita pasca partum menyebabkan gangguan pada kandung
kemih.

A:Analisa pada wanita pascapartum menunjukan hubungan dengan


gangguan kandung kemih. Yakni aktivitas fisik wanita postpartum pada
saat setelah lahir dan dengan mode kelahiran. Terdapat hubungan secara
keseluruhan dengan tingkat kelelahan yang terjadi.

D:Asosiasi di antara gejala kandung kemih, kelelahan, dan aktivitas fisik


Hubungan antara gejala kandung kemih, kelelahan, dan aktivitas fisik
ditunjukkan pada Tabel 2. Dalam kasus kelelahan, semakin rendah skor,
semakin tinggi kelelahan. Dalam penelitian ini, ada hubungan yang
signifikan antara kelelahan dan gejala kandung kemih (r = 0,31, p
<0,001) yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat kelelahan, semakin
besar gejala kandung kemih. Ada korelasi lemah antara kelelahan dan
tingkat aktivitas fisik (kuat, r = .15, p <.05; sedang, r = .12, p <.05) yang
berarti bahwa semakin tinggi tingkat aktivitas fisik yang sedang dan
kuat, semakin tinggi tingkat kelelahan. Perbedaan gejala kandung kemih,
kelelahan, dan aktivitas fisik pada saat setelah melahirkan Berkaitan
dengan gejala kandung kemih, skor ICSI / ICPI menurun seiring waktu
setelah kelahiran.

C: Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara gejala kandung kemih,


kelelahan, dan tingkat aktivitas fisik pada wanita postpartum selama 12
minggu pertama setelah persalinan menggunakan studi cross-sectional.
Penelitian ini menunjukkan bahwa gejala kandung kemih secara
signifikan berbeda sesuai dengan waktu setelah melahirkan dan mode
kelahiran. Gejala kandung kemih yang tertinggi pada minggu pertama
setelah persalinan dan pada kelahiran caesar. Tingkat aktivitas fisik

9
secara signifikan berbeda sesuai dengan waktu dan kelahiran pada
wanita dengan aktivitas fisik sedang atau berjalan. Aktivitas fisik adalah
yang terendah pada wanita dengan kelahiran caesar. Aktivitas fisik
sedang adalah yang terendah pada minggu pertama setelah persalinan.
Kesimpulannya, gejala kandung kemih dan aktivitas fisik berbeda
dengan waktu setelah lahir dan mode kelahiran pada wanita postpartum.
Minggu pertama setelah melahirkan adalah periode penting bagi wanita
pascapartum yang gejala kandung kemih dan aktivitas fisiknya harus
diatasi.
3) Urinary Bladder Diseases and Conditions - Cystitis; Study Data
from Okayama University
Update Knowledge of Cystitis (A Phase II Clinical Trial Evaluating
the Preventive Effectiveness of Lactobacillus Vaginal Suppositories
in Patients with Recurrent Cystitis) 3 November 2016. (Weekly,
2016)

I: Saluran kemih Infeksi (ISK) adalah infeksi bakteri yang paling umum
pada wanita, dan banyak pasien yang sering mengalami kambuh.
Penyakit Kandung Kemih dan kondisi sistitis disajikan dalam laporan
baru. Dan infeksi bakteri lebih sering menyerang wanita, dan banyak
pasien sering mengalami kekambuhan.

M: Metode yang digunakan berupa uji coba klinis pada 20 orang.


Partisipan yang terdaftar dalam penelitian ini diberikan supositoria
vagina Lactobacillus sebagai upaya pencegahan sistitis berulang.

R: Terdapat hubungan pemberian supositoria vagina Lactobacillus


dengan rekurensi sistitis.

A: Memperkenalkan uji klinis prospektif fase II prospektif yang sedang


dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pencegahan Supositoria vagina
Lactobacillus untuk pencegahan sistitis berulang.

D :Pasien yang terdaftar dalam penelitian ini diberikan supositoria vagina


yang mengandung GAI 98322 strain Lactobacillus crispatus setiap 2 hari
atau 3 kali seminggu selama satu tahun. Titik akhir primer adalah
rekurensi sistitis dan titik akhir sekunder adalah efek samping.

10
C: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah yang paling umum menyerang
wanita dan beberapa diantaranya mengalami kekambuhan. Tujuan dari
laporan ini adalah untuk memperkenalkan uji klinis prospektif fase II
prospektif yang sedang dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
pencegahan Supositoria vagina Lactobacillus untuk pencegahan sistitis
berulang.

4) Biotechnology; Reports from University of Pittsburgh Advance


Knowledge in Liposomes
(Intravesical Liposomal Tacrolimus Protects against Radiation
Cystitis Induced by 3-Beam
Targeted Bladder Radiation). 05 Aug 2015. (B. Week, 2015)

I: Gambaran pengetahuan akan pengobatan sistitis sangat beragam.


Salah satunya adalah dengan menggunakan radiasi Gy dengan tingkatan
dosis yang berbeda yang diujicobakan pada tikus. Hasilnya perbedaan
dalam pemberian dosis menunjukan efektivitas penurunan sistitis secara
signifikan.

M: Penelitian ini menggunakan 16 ekor tikus dewasa betina yang diuji


cobakan dengan pemberian radiasi kandung kemih.

R: Terdapat hubungan antara perlakuan tikus yang mengalami cystitis


dengan radiasi 40 Gy hasilnya menunjukan penurunan yang signifikan
dengan keparahan sistitis.

A: Analisis menunjukan bahwa pada percobaan 16 tikus dewasa betina


menunjukan hasil yang berbeda. Yaitu pada dosis pemberian radiasi 40
Gy mengalami perubahan yang baik secara signifikan dibandingkan
dengan pemberian dosis rendah.

D: 40 Gy dipilih untuk studi efikasi fase II. Histologis terungkap


perubahan epitel degeneratif dan pembengkakan urothelial dengan bukti
epitel pseudocarcinomatous hyperplasia. Tidak ada perubahan yang
dapat diukur volume urin total kosong setelah iradiasi, atau setelah
trolalin liposom atau instilasi garam. Trolimus Liposomal secara

11
signifikan meningkatkan interval intermikurasi pasca-radiasi sekitar 30
menit kembali ke baseline (p <0,001). Model tikus radiasi cystitis
menunjukkan penurunan tergantung dosis dalam interval intermicturition
tanpa menyebabkan kerusakan kulit atau gastrointestinal jangka pendek.

C: Penelitian ini menunjukkan bahwa trolimus liposomal


mungkinjadilah terapi intravesika baru yang menjanjikan untuk kondisi
sistitis radiasi yang langka dan serius.

5) Health and Medicine; Findings from University of Colorado Update


Knowledge of Urology (Electrosurgical Management of Hunner
Ulcers in a Referral Center's Interstitial Cystitis Population) Health
& Medicine Week ; Atlanta : 1350, 30 Jan 2015.(M. Week, 2015)

I: Lima puluh dua pasien (68%) melengkapi kuesioner , dengan 13,54


+/- 1,28tahun gejala dan 10,66 +/- 0,96 tahun sejak diagnosis.
Memberikan peringkat perawatan IC, 37 pasien (84%) melaporkan
ECpaling menguntungkan.

M:Secara keseluruhan, 89,6% pasien mencatat beberapa tingkat


perbaikan gejala setelah EC; 56,3% daripasien mengalami peningkatan
yang nyata. Sebanyak 98% pasien akan menjalani EC lagi.

R: Untuk mengkarakterisasi elektrokauter (EC) sebagai pilihan


pengobatan yang valid pada pasien interstitial cystitis (IC) dengan
Hunner ulcers (HUs).

A: Dua ratus empat belas prosedur EC dilakukan pada 76 pasien (87%


wanita; usia rata-rata, 66 +/- 1,67 tahun). Lima puluh satu pasien (69%)
yang menjalani beberapa EC memiliki kapasitas kandung kemih awal
sebesar 438,62 +/- 27,90 mL dan kapasitas kandung kemih akhir 422,40
+/- 30,10 mL.

D: Dari tahun 1997 hingga 2013, Populasi IC urolog tunggal secara


retrospektif ditinjau untuk mengidentifikasi pasien HU serta demografi
mereka, karakteristik operasi, dan respon terhadap kuesioner 2 halaman

12
yang mengevaluasi parameter pengalaman mereka dengan EC. 214
prosedur ECdilakukan pada 76 pasien (87% wanita; usia rata-rata, 66 +/-
1,67 tahun). Lima puluh satu pasien (69%) yang menjalanibeberapa EC
memiliki kapasitas kandung kemih awal rata-rata 438,62 +/- 27,90 mL
dan kapasitas kandung kemih akhir 422,40 +/- 30,10mL.

C: EC dan HU adalah prosedur yang efektif dan aman dengan


tinggikepuasan pasien yang tidak mengurangi kapasitas kandung kemih,
elektrokauter (EC) sebagai pilihan pengobatan yang valid pada pasien
interstitial cystitis (IC) dengan Hunner ulcers (HUs).

6) Urogenital Diseases and Conditions – Interstitial Cystitis; New


Interstitial Cystitis Findings Reported from McMaster University
Medical Center (Understanding pain and coping in women with
interstitial cystitis/bladder pain syndrome) Mental Health Weekly
Digest ; Atlanta 22: 162 May 2017. (English, 2017b)

I : Untuk memeriksa self-regulation dan coping model untuk sindrom


nyeri interstitial cystitis / kandung kemih (IC / BPS) yang dapat
membantu kitamemahami pengalaman nyeri pasien dengan IC / BPS
kronis. Model ini menguji persepsi penyakit, fokus penyakitmengatasi,
pengaturan emosi, kesehatan mental dan kecacatan dalam metode
bertahap menggunakan analisis faktor dan pemodelan persamaan
struktural.

M : Secara keseluruhan, 217 pasien wanita dengan urolog yang


didiagnosis IC / BPS direkrutdan didiagnosis di pusat perawatan tersier
di Amerika Utara. Data dikumpulkan melalui laporan dirikuesioner.

R :Model ini menguji persepsi penyakit, fokus penyakitmengatasi,


pengaturan emosi, kesehatan mental dan kecacatan dalam metode
bertahap menggunakan analisis faktor dan pemodelan persamaan
struktural.

13
A : Self-regulation dan coping model untuk sindrom nyeri interstitial
cystitis / kandung kemih (IC / BPS) yang dapat membantu
kitamemahami pengalaman nyeri pasien dengan IC / BPS kronis. Model
ini menguji persepsi penyakit, fokus penyakitmengatasi, pengaturan
emosi, kesehatan mentaldan kecacatan dalam metode bertahap
menggunakan analisis faktor dan pemodelan persamaan struktural.

D : Model ini menguji persepsi penyakit, koping yang berfokus pada


penyakit, pengaturan emosi,kesehatan mental dan kecacatan dalam
metode bertahap menggunakan analisis faktor dan pemodelan persamaan
struktural. Langkah 1,mengeksplorasi konstruksi yangmendasarinya.
Langkah 2, konfirmasikan model pengukuran untuk menentukanstruktur
/ komposisi konstruksi utama. Langkah 3, mengevaluasi kecocokan
model dan jalur yang ditentukan dalammengusulkan model self-
regulation IC / BPS.Cacat fisik diperburuk oleh pasien yang persepsi
negatif tentang penyakit mereka, upaya untuk mengatasi penggunaan
penyakit yang berfokus pada penyakit danperaturan emosi yang lebih
buruk. Kesehatan mental didukung oleh persepsi bahwa individu dapat
melakukan sesuatu tentang penyakit mereka,menggunakan strategi
perilaku yang berfokus pada kesehatan dan regulasi emosi yang adaptif.

C :Upaya untuk mengatasi penggunaan penyakit yang berfokus pada


penyakit danperaturan emosi yang lebih buruk. Kesehatan mental
didukung oleh persepsi bahwa individu dapat melakukan sesuatu tentang
penyakit mereka,menggunakan strategi perilaku yang berfokus pada
kesehatan dan regulasi emosi yang adaptif.

7) Drugs and Therapies; Reports from William Beaumont Hospital


Advance Knowledge in Tacrolimus Therapy (Innovative use of
intravesical tacrolimus for hemorrhagic radiation cystitis). (W.
Week, 2015)

I :Sistitis hemoragik adalah komplikasi akhir yang jarang dan parah


dariradiasi panggul, dan tidak ada pengobatan yang disetujui oleh
peraturan.

14
M: Kami menghadirkan seorang pria 81 tahun dengan riwayat kanker
prostat lokal, yang diobati dengan terapi radiasi sinar eksternal dan
kemudian dikembangkansistitis radiasi hemoragik berat yang telah gagal
beberapa kali diobati .

R: Tacrolimus Intravesical adalah aman, minimal invasif, danpilihan


pengobatan yang menjanjikan untuk sistitis hemoragik radiasi.
A: Pria 81 tahun dengan riwayat kanker prostat local yang di obati
dengan terapi radiasi sinar eksternal dan sistitis radiasi hemoragik berat
yang gagal beberapa kali di obati. Memberikan tacrolimus intravesical
untuk mengobati sititis dan hematuria bruto. Pasien mentolelir
perawatan dengan baik dan mengasilkan perubahan hematuria kotor
tanpa pertimbangan lebih lanjut

D: Analisis kepada seorang pria yang berusia 81 tahun mempunyai


riwayat kanker prostat local yang di obati menggunakan terapi radiasi
sinar eksternal dan riwayat sistitis radiasi hemoragik berat yang
beberapa kali di obati mengalami kegagalan. Analisis memberikan
tacrolimus intravesical untuk pengobatan sistitis dan hematuria . respon
tubuh pasien mentolelir perawatan yang baik dann menghasilkan
perubahan hematuria kotor tanpa pertimbangan lebih lanjut untuk
instilasi formalin atau kistektomi dan pengalihan

C: Metode yang dilakukan pada pasien pria berusia 81 tahun dengan


riwayat kanker pospat local dengan memberikan tacrolimus intravesical
adalah pilihan yang menjanjikan dan aman untuk mengobati sistitis
hemoragik radiasi , respon tubuh pasien juga mentolelirnya.

15
8) Men's Health - Male Urogenital Diseases; Research Conducted by
R. Morales-Espinosa and Co-Researchers Has Updated Our
Knowledge about Cystitis (UPEC strain characterization isolated
from Mexican patients with recurrent urinary infections). (Lengkap,
2016)

I: Pentingnya sel persisten ini yang menunjukkanToleransi multidrug


adalah satu bakteri tunggal yang dapat memulai kembali infeksi yang
membuatnya relevan secara klinisinfeksi saluran kemih kronis.

M: Dua puluh tiga E. Colistrain yang diisolasi dari wanita dengan


cystitis, 25 dari pria dengan prostatitis dikarakterisasi sesuai dengan
serotipe,gen virulensi, profil PFGE dan antimikroba kerentanan

R: Sel yang toleran antibiotik diamati, hadir dengan lebih banyak


frekuensi sebagai responskloramfenikol, tetrasiklin, trimetoprim-
sulfometoksazol dan dicloxicillin. Sel persisten dapat dideteksi dariawal
dari infeksi

A: . Dua puluh tiga E. Colistrain yang diisolasi dari wanita dengan


cystitis, 25 dari pria dengan prostatitis dikarakterisasi sesuai dengan
serotipe,gen virulensi, profil PFGE dan antimikroba kerentanan.
Mayoritas strain sistitis menyajikan hampir semua gen virulensi,
bertentangan dengan strain prostatitis.

D: . Dua puluh tiga E. Colistrain yang diisolasi dari wanita dengan


cystitis, 25 dari pria dengan prostatitis dikarakterisasi sesuai dengan
serotipe,gen virulensi, profil PFGE dan antimikroba kerentanan. E. coli
O25: H4-ST131 lebih sering diisolasidari cystitis daripada prostatitis.
Mayoritas strain sistitis menyajikan hampir semua gen virulensi,
bertentangan dengan60% dari strain prostatitis. Strain ditandai dengan
serologi, PFGE dan MLST dan profil virulensi menunjukkan itustrain
cystitis berbagi garis keturunan dengan sidik jari genomik mereka
sendiri, menunjukkan bahwa strain ini berasal dari aleluhur yang sama.
Strain prostatitis menunjukkan serotipe beragam dan tingkat keragaman
genetik yang jauh lebih tinggi,menunjukkan bahwa mereka adalah

16
kelompok yang tidak terkait. Lebih dari 50% dari isolat resisten
setidaknya 7 dariantimikroba diuji. Sel yang toleran antibiotik diamati,
hadir dengan lebih banyak frekuensi sebagai responskloramfenikol,
tetrasiklin, trimetoprim-sulfometoksazol dan dicloxicillin. Sel persister
dapat dideteksi dariawal dari infeksi.

C : Pentingnya sel persisten ini yang menunjukkanToleransi multidrug


adalah satu bakteri tunggal yang dapat memulai kembali infeksi yang
membuatnya relevan secara klinis.

9) Neurologic Manifestations; Investigators from University of


Michigan Release New Data on Pain (Brain White Matter
Abnormalities in Female Interstitial Cystitis/Bladder Pain
Syndrome: A MAPP Network Neuroimaging Study). (Lengkap,
2015)

I: sistitis merupakan infeksi yang sering menyerang wanita. Gejala yang


timbul dari sistitis adalah nyeri. Ketika dilakukan penelitian wanita
dengan sindrom nyeri interstitial cystitis / kandung kemih menunjukkan
banyakkelainan materi putih yang berkorelasi dengan keparahan nyeri,
gejala kencing dan gangguan kualitas hidup.

M: Metode yang digunakan dengan menggunakan kuesioner tentang


rasa sakit, suasana hati danfungsi harian pada 34 wanita.

R: Wanita dengan sindrom nyeri interstitial cystitis / kandung kemih


menunjukkan banyakkelainan materi putih yang berkorelasi dengan
keparahan nyeri, gejala kencing dan gangguan kualitas hidup.

A: Kami menyajikan apa yang kami ketahui karakterisasi pertama dari


interstitial cystitis / nyeri kandung kemihsindrom terkait kelainan materi
putih (aksonal) berdasarkan neuroimaging multisenter dari
MAPPJaringan Penelitian.

D: Karakterisasi pertama kelainan materi putih otak pada wanita dengan

17
interstitial cystitis / nyeri kandung kemihsindroma. Penurunan regional
dan peningkatan integritas zat putih di beberapa traktat aksonal
adalahberhubungan dengan keparahan gejala.

C:Mengingat kelainan materi putih berkorelasi erat


dengan tanda-tanda gejala interstitial cystitis / sindrom nyeri kandung
kemih, termasuk nyeri kandung kemih dan kemihgejala, perubahan
anatomi otak menunjukkan bahwa ada kontribusi neuropatologis untuk
kronisnyeri panggul urologis. Karakterisasi pertama kelainan materi
putih otak pada wanita dengan interstitial cystitis / nyeri kandung
kemihsindroma. Penurunan regional dan peningkatan integritas zat putih
di beberapa traktat aksonal adalah berhubungan dengan keparahan
gejala.

10) Immunology; Findings on Granulocytes Detailed by Investigators at


University of Pittsburgh (Inflammatory Myofibroblastic Tumor of
the Bladder Masquerading as Eosinophilic Cystitis:Case Report and
Review of the Literature). (Fuller et al., 2015)

I: Patologi konsisten dengan sistitis eosinofilik, dan rejimen steroid


dimulai sesuai, tetapi tidak ada perbaikan yang terjadi.Perhatian untuk
patologi ganas alternatif menyebabkan reseksi terbuka dan diagnosis
akhir inflamasitumor myofibroblastik dari kandung kemih.

M: Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang dengan hematuria berat


selama 2 hari. Evaluasi cystoscopic mengungkapkan massa kandung
kemih anterior digunakan
untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
cystitis/ gangguan pada kandung kemih.

R: Terdapat hubungan Antara gangguan kandung kemih danTumor


myofibroblastik inflamasi. Yaitu kelelahan yang terjadi dan beberapa
factor lain pada anak/wamita menyebabkan gangguan pada kandung
kemih.

A: Analisa pada anak/wanita Tumor myofibroblastik menunjukan


hubungan dengan gangguan kandung kemih. Yakni aktivitas fisik wanita

18
Tumor myofibroblastik pada saat setelah lahir dan dengan mode
kelahiran. Terdapat hubungan secara keseluruhan dengan tingkat
kelelahan yang terjadi.

D: Asosiasi di antara gejala kandung kemih, kelelahan, dan aktivitas fisik


Hubungan antara gejala kandung kemih, kelelahan, dan aktivitas fisik,

C: Tumor myofibroblastik inflamasi adalah tumor langkakandung kemih


pada anak-anak" hal ini dapat memperburuk aktivitas yang tidak sehat
dan memunculkan resiko penyakit yang lain termasuk gangguan kandung
kemih.

11) Clinical Management of Urinary Tract Infections. Edward S.


Traisman, MD. 2016.(Traisman, 2016)

I: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit menular pediatrik yang


umum. Sistitis merupakan salah satu infeksi yang sering munvul juga
dan terjadi di semua kelompok umur. Usia onset, jenis kelamin, riwayat,
dan hasil pemeriksaan fisik menentukan perawatan dan manajemen
jangka panjang. Tujuan terapi adalah untuk mencegah infeksi berulang
dan potensi jaringan parut ginjal, penyakit ginjal kronis, dan komplikasi
berikutnya.

M: Metode dilakukan dengan mengobservasi beberapa anak usia 1-18


tahun.

R:Hasilnya insidensi dari munculnya infeksi muncul dari 3 faktor besar


yaitu infasi bakteri, kebiasaan berkemih dan seksual. Dan perempuan
mengalami resiko terkena infeksi dibandingkan dengan laki-laki.

A:Beberapa factor pencetus tentunya harus dihilangkan dengan tujuan


untuk mencegah atau bahkan menghilangkan kerusakan jaringan pada
ginjal atau kandung kemih akibat infeksi, mengidentifikasi factor resiko
dan menyediakan pengetahuan kesehatan. Beberapa factor pencetus
bebrbeda sesuia dengan pravelansi nya.

D:Infasi bakteri terjadi pada pravelansi usia 0 dan 12 bulan berbeda

19
Antara laki-laki dan perempuan. Setelah 1 tahun, insidensi UTI untuk
perempuan 8.1% dan untuk laki-laki 1.9% Antara usia 1-2 tahun. Untuk
usia 2 sampai 11 tahun, 8% perempuan mempunyai UTI jika
dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 5%. Secara keseluruhan
prevalensi kejadian UTI terjadi pada anak pada usia 1-18 tahun sebanyak
7,8%. Sedangkan bakteri penyebab nya adalah Escherichia coli
merupakan bakteri terbanyak penyebab infeksi (54%-90%)
meliputiKlebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Enterococcus
faecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan mikroorganisme infeksius
lainnya.

C: UTI adalah penyakit menular pediatrik umum akuntansi untuk


banyak kunjungan kantor dan rumah sakit. Lokalisasi UTI ke kandung
kemih atau ginjal, usia dan jenis kelamin anak, kelainan genitourinary
(atau tidak), dan kondisi medis yang mendasari semua memainkan peran
dalam penilaian dan pengobatan. Tujuan dari manajemen yang tepat
adalah untuk mencegah ISK berulang untuk kesehatan dan kenyamanan
pasien serta untuk menghindari potensi jaringan parut ginjal dan
penyakit ginjal kronis.

12) Urinary Bladder Diseases and Conditions Cystitis; Studies from


Children's Memorial Health Institute Yield New Information about
Cystitis (Eosinophilic cystitis and cholangitis systemic disease
triggered by mycobacterium tuberculosis 16 Mar 2017. (English,
2017a)

I: Eosinophiliccystitis (EC) adalah gangguan inflamasi langka dari


saluran kemih yang ditandai dengan infiltrasi kandung kemiheosinofil
dan erat kaitannya dengan kolangitis dan tuberkulosis.

M: Metode yang digunakan adalah berupa uji coba pada 16 orang


dewasa.

20
R:Hasilnya adalahterdapat hubungan antara sistitis dan tuberculosis.
Pasien dengan tuberculosis akan mengalami gangguan pada kandung
kemihnya.

A:Faktor etiologi meliputi tumor, alergi, infeksi parasit, trauma.


Penyakit ini mungkin memiliki variabel yang bervariasi,dari yang ringan
hingga berat. Gejala umum seperti: disuria, hematuria, nyeri perut,
tumor, hingga parahgagal ginjal, dengan infiltrasi eosinofilik dari organ
lain dan komplikasi sistemik. Perawatan tergantung pada tingkat
keparahan penyakit atau sesuai factor penyebab baik secara
farmakologis atauapun pembedahan.

D:Potensitumor peradangan di hilus hati infiltrasi saluran empedu


ekstrahepatik yang terjadi berkembang hingga berbulan-bulan kemudian
muncul hematuria dengan tanda-tanda disurik akut dan gagal ginjal.
Berdasarkan diagnosis temuan histopatologisistitis eosinofilik didirikan.
Tes untuk Mycobacterium tuberculosis positif.

C: Kesimpulannya adalah hubungan Antara Eosinofil Sistitis dengan


kolangitis dan tuberculosis belum terbukti. Hanya sajafactor penyebaran
infeksi pada penderita tuberculosis menjadi factor pencetus terjadinya
gangguan kandung kemih atau sistitis.

PEMBAHASAN

Dari 12 penelitian tersebut Sistitis merupakan infeksi yang menyerang saluran kemih
terutama kandung kemih dan lebih sering menyerang wanita. Gambaran
pengetahuan, sikap dan perilaku pada pasien sistitis adalah kurangnya pengetahuan
tentang menjaga kebersihan diri (personal hygine). Selain itu, resiko terkena cystitis
pada ibu post-partum cukup tinggi mengingat terdapat luka di jalan lahir yang
memungkinkan bakteri untuk masuk ke saluran kemih ditambah kelelahan yang
dialami setelah melahirkan membuat system imun ibu menurun (Jeung Im, Kim et
al, 2017). Factor pencetus lain munculnya sistitis Antara lain kebiasaan hidup yang
buruk seperti mengkonsumsi alcohol, merokok dan seks bebas. Maka dari itu perlu

21
untuk melkaukan pengobatan untuh mengurangi atau menghilangkan gejala dan
menghindari komplikasi lebih lanjut (Traissman et all 2016).

22
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari 12 penelitian tersebut Sistitis merupakan infeksi yang menyerang saluran
kemih terutama kandung kemih dan lebih sering menyerang wanita. Gambaran
pengetahuan, sikap dan perilaku pada pasien sistitis adalah kurangnya pengetahuan
tentang menjaga kebersihan diri (personal hygine). Selain itu, resiko terkena cystitis
pada ibu post-partum cukup tinggi mengingat terdapat luka di jalan lahir yang
memungkinkan bakteri untuk masuk ke saluran kemih ditambah kelelahan yang
dialami setelah melahirkan membuat system imun ibu menurun. Factor pencetus lain
munculnya sistitis Antara lain kebiasaan hidup yang buruk seperti mengkonsumsi
alcohol, merokok dan seks bebas. Maka dari itu perlu untuk melkaukan pengobatan
untuh mengurangi atau menghilangkan gejala dan menghindari komplikasi lebih
lanjut.

Dalam pemberian pelayanan kesehatan yang baik kiranya memerlukan penerapan


EBP karena dinilai lebih menyajikan informasi dan penerapan aplikasi terbaru
khususnya di ilmu keperawatan.. Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence
based practice ini sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksaannya yaitu
kurangnya pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.

4.2 Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang
baik serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SPO
yang bibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence based practice
ini dapat menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki
landasan berdasarkan teori, penelitian serta pengalaman klinis baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA
Belakang, A. L. (2014) ‘No Title’, pp. 1–3.
English, A. (2017a) ‘Urinary Bladder Diseases and Conditions - Cystitis ; Studies from
Children â€TM s Memorial Health Institute Yield New Information about Cystitis (
Eosinophilic cystitis and cholangitis - systemic disease triggered by mycobacterium
tuberculosis ?)’, pp. 1–3.
English, A. (2017b) ‘Urogenital Diseases and Conditions - Interstitial Cystitis ; New
Interstitial Cystitis Findings Reported from McMaster University Medical Center (
Understanding pain and coping in women with interstitial cystitis / bladder pain
syndrome )’, pp. 1–3.
Fuller, T. W. et al. (2015) ‘Inflammatory Myofibroblastic Tumor of the Bladder
Masquerading as Eosinophilic Cystitis: Case Report and Review of the Literature’,
Urology, 85(4), pp. 921–923. doi: 10.1016/j.urology.2015.01.005.
Kim, J. I. and Lee, K. J. (2017) ‘Bladder Symptoms, Fatigue and Physical Activity in
Postpartum Women’, Asian Nursing Research. Elsevier, 11(1), pp. 50–55. doi:
10.1016/j.anr.2017.03.002.
Lengkap, T. (2015) ‘Neurologic Manifestations ; Investigators from University of
Michigan Release New Data on Pain ( Brain White Matter Abnormalities in Female
Interstitial Cystitis / Bladder Pain Syndrome : A MAPP Network Neuroimaging Study )’,
pp. 1–3.
Lengkap, T. (2016) ‘Men â€TM s Health - Male Urogenital Diseases ; Research Conducted
by R . Morales-Espinosa and Co-Researchers Has Updated Our Knowledge about Cystitis
( UPEC strain characterization isolated from Mexican patients with recurrent urinary
infections )’, pp. 3–5.
Schaeffer, E. M. (2014) ‘Re: Voided midstream urine culture and acute cystitis in
premenopausal women’, Journal of Urology, 191(5), p. 1300. doi:
10.1016/j.juro.2014.01.024.
Traisman, E. S. (2016) ‘Clinical Management of Urinary Tract Infections.’, Pediatric
annals, 45(4), pp. e108-11. doi: 10.3928/00904481-20160316-01.
Week, B. (2015) ‘Biotechnology ; Reports from University of Pittsburgh Advance
Knowledge in Liposomes ( Intravesical Liposomal Tacrolimus Protects against Radiation
Cystitis Induced by 3-Beam Targeted Bladder Radiation )’, pp. 1–3.
Week, M. (2015) ‘Health and Medicine ; Findings from University of Colorado Update
Knowledge of Urology ( Electrosurgical Management of Hunner Ulcers in a Referral
Center â€TM s Interstitial Cystitis Population )’, 55, pp. 2–4.
Week, W. (2015) ‘Drugs and Therapies ; Reports from William Beaumont Hospital
Advance Knowledge in Tacrolimus Therapy ( Innovative use of intravesical tacrolimus
for hemorrhagic radiation cystitis )’, 47(10), pp. 1679–1681.
Weekly, H. (2016) ‘Urinary Bladder Diseases and Conditions - Cystitis ; Study Data from
Okayama University Update Knowledge of Cystitis ( A Phase II Clinical Trial Evaluating
the Preventive Effectiveness of Lactobacillus Vaginal Suppositories in Patients with
Recurrent Cystitis )’, pp. 2–4.

24

Anda mungkin juga menyukai