Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ARSITEKTUR

INDONESIA

TEMPAT IBADAH
PURA JAGATNATHA

IDA BAGUS ADHIKA PRADIPA SIDEMEN (1605522018)

I PUTU EKA PRAMADHIKA (1605522038)

ANAK AGUNG HARIYANA PUTRA (1605522036)

ANAK AGUNG NGURAH PRAMHARTA GUNADA (1605522040)

TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

i
2017

3
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penulisan .................................................................. .1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4. Metode Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Sejarah Pura Jagatnatha ……............................................................... 3
2.2. Pelinggih dan Bangunan di Pura Agung Jagatnatha ............................... 5

2.3. Hari Pujawali (Pawedalan) Pura Jagatnatha.......................................... ..6

2.4. Keunikan Pura Jagatnatha .....................................................................6

BAB III PENUTUP ...........................................................................................8

3.1. Simpulan ........................................................................................... 8


3.2. Saran ................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9

3
KATA PENGANTAR

Arsitektur merupakan ilmu yang ditunjang oleh banyak bidang-bidang

ilmu lainnya. Fakta ini menuntut penulis untuk memahami dan memiliki wawasan

tentang segala aspek yang berkorelasi terhadap ilmu arsitektur, khususnya

wawasan mengenai Arsitektur yang ada di Indonesia. Wawasan mengenai arsitektur

Indonesia merupakan pengetahuan mutlak bagi seorang arsitek berkebangsaan

Indonesia.

Tugas ini tentunya menjadi bagian yang sangat penting dalam proses

pembelajaran awal penulis dalam memahami Arsitektur Indonesia. Mudah-

mudahan pada tugas-tugas berikutnya dapat semakin mempertajam intuisi dalam

mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, ijinkanlah saya mengucapkan rasa

terimasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri,

M.T. atas segala penjelasan dan bimbingannya.

Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada

tugas ini. Disamping karena keterbatasan penulisjuga karena masih dalam

proses awal perkuliahan arsitektur.

Denpasar, 16 September 2017

Penulis

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Pura merupakan tempat suci yang difungsikan sebagai tempat

peribadatan umat Hindu. Pura adalah tempat untuk memuja Ida Sang Hyang

Widhi Wasa dan segala prabhawa-Nya serta Atma Siddha Dewata (roh suci

leluhur). (Suparta, DKK. 2007: 80).

Pura dapat dikelompokkan atas dasar banyak hal, contohnya yakni pura

berdasarkan Sad Kahyangan, Swagina, Fungsional, Teritorial, dan lain

sebagainya. Di Bali, pulau yang dikenal sebagai pulau seribu pura memiliki

banyak sekali pura yang terkenal, salah satunya yang memiliki nilai historis dan

menarik untuk diteliti adalah Pura Jagatnatha, yang terletak di pusat kota

Denpasar, lebih tepatnya berlokasi di Jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur

Lapangan Puputan Badung, dana tau di sebelah selatan Jalan Hayam Wuruk.

Pura Jagatnatha ini sangat dikenali dan popular dikalangan masyarakat Bali

khususnya di Denpasar. Akan tetapi banyak masyarakat yang masih awam

mengenai bagaimana sejarah pura Jagatnatha, pembagian dan nama-nama

pelinggih, waktu pujawali dan lainnya. Atas dasar pertimbangan itulah, kami

sebagai penulis akan mengulas informasi mengenai Pura Jagatnatha melalui

sebuah laopran penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Pura Jagatnatha?

2. Apa saja nama Pelinggih dan bangunan yang terdapat di Pura Jagatnatha?

1
3. Kapankah Pujawali di Pura Jagatnatha dilaksanakan?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi kontrakperkuliahan berupa tugas tertulis.

2. Mengetahui dan memahami Sejarah Pura Jagatnatha.

3. Mengetahui dan memahami nama Pelinggih dan bangunan pada Pura

Jagatnatha.

4. Memahami kapan Pujawali di Pura Jagatnatha dilaksanakan.

1.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam tugas ini adalah pengumpulan data-

data sekunder berupa referensi-referensi tertulis yang terkait dengan materi

penulisan dan sesuai dengan rujukan perkuliahan. Referensi tertulis tersebut

juga tidak menutup kemungkinan dari sumber-sumber daring (on-line).

Namun demikian penulis tetap menyeleksinya dengan mengutamakan

sumber-sumber mutakhir sehingga muatan ilimiahnya dapat

dipertanggungjawabkan.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pura Jagatnatha

Pura Jagatnatha merupakan Pura yang berstatus sebagai Pura Kahyangan

Jagat, yang menjadi sungsungan dan penyiwian masyarakat Hindu, dari

manapun mereka berasal (Linus, Ketut 2003). Latar belakang pembangunan

Pura Agung Jagatnatha yang berlokasi di sebelah timur Lapangan Puputan

Badung dan di sebelah utara Museum Bali itu adalah untuk merealisasikan

keputusan-keputasan yang telah ditetapkan dalam Pesamuhan Parisada Dharma

Hindu Bali pada tanggal 20 November 1961 di Campuhan Ubud, Kabupaten

Gianyar. Sejak tahun 1968, Parisadha Dharma Hindu Bali, secara resmi telah

ditetapkan menjadi atau sebagai Parisadha Hindu Dharma, Majelis Tertinggi

Umat Hindu Indonesia, yang berkedudukan di Denpasar (Linus, Ketut 2003).

Salah satu dari keputusan tersebut, antara lain: membangun pusat kegiatan

pendidikan keagamaan, untuk membina dan mengembangkan kehidupan agama

Hindu di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Pembangunan pura

di sentrum kota Denpasar ini, diprakarsai oleh almarhum Kapten TNI I Gusti

Ngurah Pindha, BA, (kodom XVI Udayana) bersama – sama dengan kepala

Jawatan Rokhani Hindu Derah Militer ( Kerobindam) XVI Udayana, almarhum

Letnan TNI (Tituler) Ida Padandha Gde Wayan Sidemen dan Letnan TNI I

Wayan Merta Suteja, BA yang sama-sama dari Kodam XVI Udayana juga.

3
Gambar 1 tanda peresmian karya memukah
Pura Agung Jagatnatha oleh Walikota

Pada tanggal 13 Mei 1968, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih

Jyestha telah dapat dilaksanakan Upacara Pemelaspas di Sekar (Upacara

Pemelaspas Alit) dan persembahan pujawali (pawedalan Alit) yang pertama

kalinya yang harus sebagai tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha. Sampai

bulan Januari 1970 telah dapat pula diselesaikan Candi Bentar di kiri dan kanan

Gelung Kuri (yang belum selesai pada waktu itu). Pada waktu itu penyengker

keliling Pura Agung Jagatnatha juga telah dapat diselesaikan. Pada tanggal 21

Mei 1970, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih Jyestha, yang merupakan

rahina subhadiwasa tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha, lagi dilaksanakan

persembahan dan pemujaan pujawali (pawedalan) Alit yang kedua kalinya

(Linus, Ketut 2003).

4
2.2. Pelinggih dan Bangunan di Pura Agung Jagatnatha

Adapun Pelinggih dan bangunan yang terdapat di dalam Pura Jagatnatha

adalah sebaga berikut:

1. Padmasana

Padmasana pada Pura Jagatnatha berbentuk Bedawang Nala, diikat

dengan Naga Basuki dan Naga Anantaboga. Pada pertama kali

dibangun, padmasana menggunakan material batu candi. Seiring

dengan perkembangan, batu candi mulai menunjukan tanda-tanda

tumbuhnya lumut dan pengikisan, sehingga Padmasana dibugarkan

kembali menggunakan batu paras putih.

2. Pelinggih Tajuk

3. Pelinggih Ratu Niang

4. Pelinggih Dalem Karang

5. Pelinggih Ratu Made

6. Bale Kulkul

7. Pamiyosan

8. Bale Paselang

9. Candi Bentar

10. Kori Agung (Pemedal Agung)

2.3. Hari Pujawali (Pawedalan) Pura Jagatnatha


3
Hari Subhadiwasa pujawali (pawedalan) Pura Agung Jagatnatha jatuh

pada setiap hari Purnamaning sasih Jyesta, tiap setahun sekali. Masyarakat

umumnya datang ke Pura Jagatnatha pada waktu hari raya keagamaan seperti

Saraswati, Siwaratri, Galungan, Kuningan, dan ramai ketika pelaksanaan hari

suci Purnama-Tilem

Gambar 2 pemedek melakukan persembahyangan

2.4. Keunikan Pura Agung Jagatnatha

Sejak pembukaan Pura Agung Jagatnatha, Pura ini hanya memiliki

beberapa orang yang mengatur dana utuk membangun sampai upacara sehari-

hari. Hal ini ditangani oleh Jagatnatha pengembangan komite dengan

masyarakat Hindu lainnya. Dalam pertumbuhan selanjutnya, setelah Pura

Jagatnatha dibangun pelaksanaan upacara ditangani oleh komite Hindu Kudus

Hari (PAHARA HINDU) yang merupakan kelembagaan personil yang

berdasarkan Keputusan Lokal Pemerintah Bali. Personil PAHARA HINDU

umumnya diambil dari pemerintah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.


4
Kedudukan Pura Agung Jagatnatha sebagai Pura Kahyangan Jagat

difungsikan untuk masyarakat Hindu kota Denpasar yang berasal dari desa

Pakraman di Bali yang tidak sempat pulang ke desa untuk melakukan

pemuspan ketika terdapat rahinan, cukup dengan melakukan persembahyangan

dan maturan di Pura Agung Jagatnatha.

Gambar 3 Padmasana Bedawang Nala

Pajagran selalu dilaksanakan setiap saat oleh perseorangan maupun

secara berkelompok, karena sekalipun kota Denpasar semakin hiruk pikuk,

tetapi kalau majagra di Pura Agung Jagatnatha lebih lebih pada waktu hari suci

tertentu akan didapatkan ketenangan bhatin. Inilah keistimewaan Pura Agung

Jagatnatha, sekalipun berlokasi di hiruk pikuk, tetapi dapat emberikan

3
ketenangan bhatin saat persembahyangan, mejagra, serta melakukan

perenungan setiap saat.

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

Pura Jagatnatha merupakan Pura yang berstatus sebagai Pura Kahyangan

Jagat, yang menjadi sungsungan dan penyiwian masyarakat Hindu, dari

manapun mereka berasal, jadi mereka yang tidak sempat pulang ke desa asalnya

bisa melakukan persembahyangan di pura Jagatnatha sebagai gantinya, Pura ini

memiliki keistimewaan walaupun terletak di pusat kota dengan berbagai macam

hiruk pikuk perkotaan namun tetap tercipta ketenangan bathin bagi siapapun

yang bersembahyang di pura ini.

3.2. Saran

Sebagai mahasiswa dan umat beragama yang berbudi luhur sudah

sepatutnya kita lebih mengenal tentang berbagai bangunan peribahan ,

sehingga wawasan yang kita miliki tentang itu bisa menjadi bekal kelak untuk

masa depan, dan kelestarian dari bangunan peribahan tersebut tetap terjaga

sebagai warisan budaya yang tidak ternilai harganya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ketiga. Jakarta : Balai
Pustaka, 2002. ISBN 979-407-182-X.

2012. Articles Collection. Articles Collection. [Online] October 30, 2012. [Cited:
September 7, 2017.] http://kompiancur.blogspot.co.id/2012/10/sirkulasi-
ventilasi-udara-dirumah.html.

Aryani, Yanu. 2013. Rumah dan Kelembaban. Kualitas Udara Dalam Ruang.
[Online] Desember 2, 2013. [Cited: September 17, 2017.]

Cahyani, Amanda. 2015. Metode Evaluasi Kenyamanan Thermal . Slideshare.


[Online] April 1, 2015. [Cited: September 16, 2017.]
https://www.slideshare.net/amandacahyani/evaluasi-termal-2.

Cipta, PT.Alumindo. Jendela Aluminium. [Online] PT.Alumindo Cipta. [Cited:


September 17, 2017.] http://pintukusenaluminium.com/jendela-aluminium/.

Corn, Pop. Kolam Ikan Minimalis Dalam Rumah Untuk Menambah Kesan.
[Online] [Cited: September 11, 2017.]
http://popcorntimeforandroid.com/blog/kolam-ikan-minimalis-dalam-rumah-
untuk-menambah-kesan-.html.

Design, 19. 2011. 19 Design Architecture Interior Landscape. 19 Design. [Online]


19Design Architecture, 2011. [Cited: September 7, 2017.]
https://19design.wordpress.com/2011/04/23/mengenal-lebih-jauh-sistem-
ventilasi/.

Frick, Heinz. 2006. [book auth.] Tri Hesti Mulyani. Arsitektur ekologis : konsep
arsitektur ekologis di iklim tropis, penghijauan kota dan kota ekologis, serta
energi terbarukan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2006.

Huda, Bagus Syafi’ul. 2008. 2008.

Maulana, Deni. 2013. Memanfaatkan Potensi Angin Ke Dalam Rumah. Ikatan


Alumni Arsitektur UNTAN. [Online] Januari 27, 2013. [Cited: September 11,
2017.] http://iaa-untan.weebly.com/harian-rakyat-kalbar/memanfaatkan-
potensi-angin-ke-dalam-rumah.

3
Naco. Weatherbeta - Single glazed Glass Louvre. Naco Products. [Online] Naco.
[Cited: September 17, 2017.] https://www.naco.co.uk/products/weatherbeta-
series.

Rakyat, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan. 2010. KOTAKU Kota


Tanpa Kumuh. [Online] Juli 19, 2010. [Cited: September 7, 2017.]
http://kotaku.pu.go.id/wartaarsipdetil.asp?mid=3049&catid=2&.

Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta : s.n., 2009.

Sulthoni, Muhammad. 2011. [Online] Oktober 2009, 2011. [Cited: September 11,
2017.] http://slendroo.blogspot.co.id/2011/10/penghawaan-alami.html.

Tangga, Perabotan Rumah. 2017. Aneka Perabotan Rumah Tangga. Perabotan


Rumah Tangga. [Online] 2017. [Cited: September 06, 2017.]
http://perabotanrumah.wagomu.id/e18304.html.

Wahyu, Abdillah. 2010. Sejarah Perkembangan Sistem Struktur. LPK Media Nusa.
[Online] November 2010. [Cited: September 06, 2017.]
abdillahwahyu.blogspot.com.

Anda mungkin juga menyukai