Kasbes Mata Rista
Kasbes Mata Rista
LAPORAN KASUS
I. PENDAHULUAN
1
II. IDENTITAS PENDERITA
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
No. CM : C264006
III. ANAMNESIS
(Autoanamnesis 3/1/2011)
Sejak ± 3 tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan kabur, semakin
lama semakin kabur seperti tertutup kabut. ± 6 bulan yang lalu penderita juga mengeluhkan
penglihatan mata kiri mulai kabur. Penglihatan tetap/sama kaburnya saat siang ataupun
malam hari. Mata merah (-), cekot-cekot (-), nrocos (-), kotoran mata (-). Karena
mengganggu aktivitas, penderita memutuskan berobat ke rumah sakit di Pekalongan,
didiagnosis katarak dan dirujuk untuk penanganan selanjutnya. Lalu penderita dibawa ke
RSDK, dikatakan bahwa penderita harus melakukan operasi tetapi penderita masih mau
berdiskusi dengan keluarga dahulu. Satu minggu kemudian penderita datang kembali ke
RSDK dan memutuskan untuk mau melakukan operasi katarak.
2
Riwayat trauma pada mata disangkal
Memiliki 2 orang anak yang sudah mandiri. Penderita tinggal bersama salah satu
anaknya.
IV. PEMERIKSAAN
Status Presen :
3
Status Oftalmologi (Tanggal 3 Januari 2011)
Lensa keruh
Lensa keruh
tak merata
merata
4
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
V. RESUME
Seorang pria berusia 80 tahun datang ke Rumah Sakit Dokter Kariadi dengan keluhan
kedua mata kabur. Sejak ± 3 tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan kabur,
semakin lama semakin kabur seperti tertutup kabut. ± 6 bulan yang lalu penderita juga
mengeluhkan penglihatan mata kiri mulai kabur. Penglihatan tetap/sama kaburnya saat siang
ataupun malam hari. Mata merah (-), cekot-cekot (-), nrocos (-), kotoran mata (-). Karena
mengganggu aktivitas, penderita memutuskan berobat ke rumah sakit di Pekalongan, didiagnosis
katarak dan dirujuk untuk penanganan selanjutnya. Lalu penderita dibawa ke RSDK, dikatakan
bahwa penderita harus melakukan operasi tetapi penderita masih mau berdiskusi dengan keluarga
dahulu. Satu minggu kemudian penderita datang kembali ke RSDK dan memutuskan untuk mau
melakukan operasi katarak.
Status Oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
1/300 VISUS 3/60
Koreksi (S -3,00 C -0,75 x 180
6/10 NBC)
VII. DIAGNOSA
OD: Katarak Senilis Matur
OS : Katarak Senilis Imatur
5
VIII. TERAPI
Pembedahan : Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler dan pemasangan IOL pada mata kanan
terlebih dahulu. Untuk operasi katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata kanan
sembuh dahulu.
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
XII. EDUKASI
Menjelaskan pada penderita bahwa pandangan kedua mata kabur disebabkan
katarak pada kedua lensa mata
Katarak tersebut tidak dapat diobati dengan obat, tetapi dengan operasi dan
pemberian lensa tanam pada mata.
Menjelaskan tentang pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis tindakan,
kelebihan, dan kekurangannya
Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan menentukan kekuatan lensa
yang akan ditanam.
Menjelaskan tentang komplikasi yang terjadi apabila tidak dioperasi, nantinya
lensa akan mencair, isi lensa akan keluar , menimbulkan radang dan peningkatan
tekanan bola mata. Awalnya akan timbul rasa cekot-cekot lalu berlanjut menjadi
kebutaan.
6
XII. DISKUSI
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling umum dari
katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik
(diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat
bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa
tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih
atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada
korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi
pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan.
Klasifikasi katarak
a. Berdasarkan usia :
b. Berdasarkan stadium :
7
Shadow test (-) (+) (-) Pseudopos
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis +
glaucoma
Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia maligna, ablasio
retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.
5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak tembus), radiasi
sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock, dan termal shock
Katarak senilis
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Adapun
beberapa konsep teori penuaan sebagai penyebab katarak senilis antara lain :
2. Teori imunologik
8
1. Kapsul lensa
2. Epitel lensa
Makin tipis
3. Serat lensa
Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks sehingga korteks
bertambah tipis
Tatalaksana katarak
Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan EKIK ataupun EKEK dengan
pemasangan IOL. Untuk katarak stadium insipien ataupun imatur dapat diberikan
medikamentosa seperti catalin, catarlen, quinax, dsb yang diharapkan dapat mencegah/
menghambat progresifitas kekeruhan lensa.
1. Pada bayi (<1 tahun): bila fundus tidak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan.
9
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus
masih baik untuk bekerrja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari. Batasnya pada orang yang buta huruf 5/50, pada orang terpelajar 5/20.
Terapi pembedahan :
1. EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks. Sebagian
kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak
dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi.
Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia.
Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan
utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli,
tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada
penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2,4
a. Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus
dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
2. EKIK
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan
pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm,
10
lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah
rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe,
forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
Pada fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop operasi, dilakukan sayatan yang
sangat kecil (3mm) pada kornea. Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan sebuah pipa
melewati COA-pupil-kapsul lensa. pipa tersebut akan bergetar dan mengeluarkan gelombang
ultrasonik yang akan menghancurkan lensa mata. Pada saat yang sama, melalui pipa ini dialirkan
cairan garam fisiologis atau cairan lain sebagai irigasi untuk membersihkan kepingan lensa.
Melalui pipa tersebut cairan diaspirasi bersama sisa-sisa lensa.3
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses penyembuhan
dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps vitreus.3
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
TIO normal
2. Keadaan umum/sistemik
11
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh. Koreksi
ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan
kacamata S+3D.
Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis matur dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Penderita berusia 80 tahun
- Penglihatan mata kanan dan kiri kabur, perlahan-lahan semakin kabur dengan kondisi
mata tenang.
- Mata merah (-), cekot-cekot (-), nerocos (-), nyeri (-), keluar kotoran mata (-), silau (-)
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus OD 1/300 visus OS 3/60
- Pada pemeriksaan lensa OD kekeruhan merata dan iris shadow (-) , OS kekeruhan tak
merata dan iris shadow (+)
- Pemeriksaan fundus reflek OD negatif, OS positif suram
Dalam kasus ini, pada penderita dapat dilakukan operasi Ekstraksi Katarak Ekstra
Kapsular dan pemasangan intraocular lens pada mata kanan terlebih dahulu. Untuk operasi
katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata kanan sembuh dahulu.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya Medika;
2000
2. Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 1998
3. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore :
American Academy of Ophthalmology; 2008.
4. www.wartamedika.com
5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI, 2006.
13