1
Ismawati, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: CV. Karya Abdi Jaya,2015), hlm. 363
2
Ibid, hlm. 364
3
Mahyudin Yahya dan Ahmad Jaelani Hakim, Sejarah Islam (Kuala Lumpur: Fajar bakti SDN BHD, 1994),
hlm. 395
tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “
Padiansyah Ali Utsman”4
B.
a. Bidang Pemerintahan
Khilafah adalah institusi pusat dalam pemerintahan Islam. Sistem yang sudah
diterapkan sejak masa Nabi Muhammad saw, Khulafaurrasyidin, Muawiyah,
Abbasiyah, dan daulahSaljuq ini diadopsi dalam sistem pemerintahan daulah
Utsmaniyah. Sultan bertindak sekaligus sebagai khalifah.
Seperti daulah lainnya, daulah utsmaniyah juga memiliki Vezir ( wazir) yang
memiliki akuntabilitas dan tanggungjawab. Model administrasi ini diadopsi dari
pendahulunya, yaitu daulah saljuq. Selama masa pemerintahan Sulaiman, gelar
vezir-i a’zam diganti menjadi sadr-i a’zam ( tsadrazam) , dan gelar ini terus
dipakai sampai akhir. Wazir Ustmani diberi wewenang penuh. Ia memegang
Mubr-bumayun atau stempel Khalifah atau Sultan .
c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat disini mempunyai peranan besar dalam sosial
politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama dan kerajaan sendiri sangat
terikat dengan syariat , sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.5
4
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu,2013), hlm. 185
D. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Ustmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai
memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan
kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Perlahan tapi pasti kejayaan Turki Usmani
mulai memudar, karena para pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai
kemampuan yang cukup memadai untuk mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya
pemberontakan-pemberontakan di wilayah-wilayah kekuasaan, dan bangsa-bangsa Eropa
yang mulai mengalami masa kemajuan yang pesat. Hingga akhirnya di akhir Perang Dunia II
1942 H dimotori oleh Kemal Attaturk, Kerajaan Turki Usmani berubah menjadi Republik
Turki. Maka dengan demikian berakhirlah kerajaan Islam yang berkuasa selama 6 abad.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani itu mengalami kemunduran,
diantaranya adalah6 :
1) Luasnya wilayah kekuasaan Ustmani. Tampaknya penguasa Turki hanya menuruti
ambisi penaklukan, sementara penataan sistem dan tata pemerintahan diabaikan.
Ketika Imperium Ustmani sedang dalam kemerosotan, wilayah-wilayah perbatasan
yang jauh dari pusat mudah direbut oleh pihak musuh atau berusaha melepaskan diri.
2) Pemberontakan Jenissary. Pada masa belakangan Jenissary tidak lagi menerapkan
prinsip seleksi dan prestasi, namun keberadaanyya telah didominasi oleh keturunan
dan golongan tertentu. Tokoh-tokoh Jenissary terlibat perselisihan dengan penguasa
sehingga terjadi beberapa kali pemberontakan pada tahun 1525, 1632, 1727 dan 1826.
3) Adanya penguasa yang tidak cakap. Generasi penguasa Ustmani sesudah Sulaiman al-
Qanuni cenderung lemah semangat perjuangannya. Kehidupan istana yang penuh
kemewahan, musik dan sederetan perempuan penghibur serta minuman keras
melalaikan mereka dari tugas dan tanggungjawab sebagai khalifah dan melemahkan
semangat perjuangan.
4) Merosotnya perekonomian negara akibat sejumlah peperangan, dimana pada sebagian
peperangan tersebut pihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasnya wilayah-wilayah
kekuasaan Ustmani juga menimbulkan kemerosotan perekonomian negara ini
berdampak langsung terhadap menurunnya pertahanan militer Ustmani.
5
Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, ( Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 373-375
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 163-169
5) Terjadi stagnasi dibidang ilmu dan teknologi. Di satu sisi militer Turki Ustmani
mengalami kemajuan namun sayangnya tidak diimbangi dengan pengembangan ilmu
dan teknologi. Sementara itu pihak Eropa berhasil mengembangkan teknologi
persenjataan yang lebih modern. Maka sebagai konsekuensinya ketika terjadi kontak
senjata, pihak Ustmani berkali-kali menderita kekalahan.
6) Tumbuhnya gerakan nasionalisme. Kekuasaan Turki atas sejumlah wilayah yang
didudukinya bermula dari gerakan penyerbuan dan penaklukan. Sekalipun penguasa
Turki Ustmani telah berbuat sebaik mungkin terhadap masyarakat yang dikuasainya,
namun kehadiran penguasa Ustmani tetap saja dipandang sebagai pihak asing.
Pandangan ini akhirnya menimbulkan kebangsaan yang menyebabkan sejumlah
wilayah ingin melpaskan diri dari kekuasaan Turki Ustmani. Gerakan kebangsaan ini
tidak hanya berkembang diwilayah-wilayah Timur. Akibatnya satu persatu wilayah
kerajaan Ustmani melepaskan diri.7
7
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, ( Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 228
DAFTAR PUSTAKA
Ismawati. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: CV. Karya Abdi Jaya. 2015
Yahya, Mahyudin dan Hakim, Jaelani Ahmad. Sejarah Islam. Kuala Lumpur: Fajar bakti
SDN BHD. 1994
Syaefudin, Machfud, dkk. Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu. 2013
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003
Muslih. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : CV. Karya Abadi Jaya. 2015