Anda di halaman 1dari 7

LOVE YOUR CHILD # 46

“MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK”


Jadwal Recording : Rabu, 21 Desember 2016
Durasi : 30 menit
Host : Helena Valentina
Tamu : Ibu Karlinawati Silalahi & Dr Daryl Wuisan
Bentuk acara : Diskusi dan Tanya jawab dengan tamu/ narasumber
______________________________________________________________
Opening
Haaaaaiii…. Pemirsa…. Apa kabar ?
Kita jumpa lagi di Acara LYC……”Sayangi Anak Anda“. Sebuah acara yang
mengajak anda untuk sejenak memberi perhatian tentang serba-serbi perilaku
anak, serta tips dan trik tentang bagaimana mengatasi masalah perilaku
mereka demi generasi Indonesia yang lebih baik.
Materi Diskusi
Panduan pertanyaan :
1. Apa yang disebut kemandirian pada anak ?
2. Mengapa sikap kemandirian itu perlu dikembangkan pada anak ?
3. Kapan atau sejauh mana sikap kemandirian itu berguna bagi anak ?
4. Bagaimana cara menstimulasi dan melatih anak untuk bersikap
mandiri sejak dini ?
5. Apa kendala orang tua dan guru dalam melatih anak untuk mandiri?
6. Apa dampak sikap manja / tidak mandiri pada anak ?
7. Apa saja sikap orang tua/guru yang dapat menghambat anak untuk
berperilaku mandiri ?
8. Bagaimana tips and trik ortu untuk menolong anak agar mampu
mengembangkan perilaku mandiri ?
Closing
….Baik ………….., terima kasih banyak sudah bersedia hadir dan berbagi
bersama kami. Pemirsa, tak terasa 30 menit sudah kita lewati bersama. Saya
Helena V. Saragih, dan semua kru yang bertugas mohon pamit. Terima kasih
atas kebersamaan anda. Untuk generasi yang lebih baik… Love Your Child,
Sayangilah Anak Anda …untuk generasi Indonesia ..yang lebih baik.
WACANA
8 tips to stimulate your child's autonomy

Is Junior still clinging to you? He doesn’t dare anything unless you’re right by his
side? Then it looks like he lacks audacity and confidence. Here are seven tips to help
him develop his autonomy.

Trust is key
Autonomy means a lot more than simply growing up. It’s also having the self-
confidence to do certain things and become independent, the ability to act and
think for yourself. By becoming autonomous, and thus being more detached from
his parents, the child develops as well his self-esteem by creating a stable and rich
inner life that will help him prevent boredom and get rid of his dependence to
others.
By helping your little one develop his autonomy, you are showing him that you trust
him, and that you are proud of his accomplishments, It also means letting him
exercise his freedom while protecting – but not overprotecting – him. Parents often
tend to do things for their children in order to help them, to hurry things up, or
because they are under the misconception that their child will not be able to
accomplish the task alone. How many times have you tied your child’s shoelaces or
hung up his coat in the closet without asking your child to do it? The most common
reason given by parents is that it goes faster! It certainly does, but by doing
everything yourself, you are not encouraging your child to take initiative. And most
of all, you are discouraging him from trying little challenges that he could most
likely handle.

His own little routine


Give your child little tasks to accomplish every morning: making his bed, brushing
his teeth, getting dressed, etc. Remind him to do these tasks if he tends to forget,
but let him to do it by himself.

PAGINATION

"You can do this by yourself!"


Try using this little phrase instead of doing everything for your child. This key phrase
can be very useful for moments such as: "Mom, draw me a dinosaur! ", "Open my juice
box for me please! ", "Help me with my puzzle." etc. The idea is not to abandon your
child to his activity but to show him that he’s capable of doing certain things without
your help while still knowing you are close.

A cupboard, a broom and a duster just for him


To encourage your child to participate in household chores, arrange your home so
he can more readily give you a hand. Keep a kitchen cabinet at his height in which
where you’ll keep the children’s glasses, utensils, bowls and plates. Your child will
thus be able to help you set the table, empty the dishwasher, prepare snacks, etc.

Relax!
Are you constantly stressed with time? Do you worry about spills and messes? Learn
to stay calm and allow your child to make his own experiences.

We love a challenge!
Every day, try to give your child a small challenge in order to stimulate his desire to
try something new and certainly be proud of his accomplishment! In need of ideas?
Ask him to pour himself a glass of milk without spilling it or to tie his shoelaces by
himself, for example.

Encourage his ideas


Try not to interrupt your child’s creative drive or to systematically put down his
ideas. Otherwise, he might be reluctant to take initiatives. Encourage your child to
take small risks, to try new things or to change strategies. You are his guide to
success. Failures should also be perceived as life lessons or as new challenges to
overcome.

Teach your child to take responsibility!


Even though your child is young, it doesn’t mean that he can’t take responsibility for
specific actions such as: feeding the pet, distributing the mail, cutting out coupons
in weekly flyers, etc. You may consider these actions as chores, but your child will
see them as a privilege and a sign of trust.
Certain attitudes can be detrimental to your child’s sense of autonomy:
• Overprotecting your child;
• Constantly repeating instructions;
• Constantly attending your child’s extracurricular activities;
• Constantly supervising your child’s group activities;
• Having difficulty letting your child work in his own fashion;
• Having a tendency to solve problems between your children;
Worrying when your child is away from you.

Cara Menumbuhkan Sikap Mandiri pada Anak


Cara menumbuhkan sikap mandiri pada anak – Kata ‘mandiri’ diartikan
secara bebas sebagai kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dalam hal ini, kemandirian mencakup semua aspek
berpikir dan bersikap seseorang. Mampu berpikir dan bersikap sendiri dalam
menghadapi sesuatu masalah.

Berdasar subjek sasaran masalah, ada dua kelompok penting masalah yang
dihadapi seseorang. Masalah yang dihadapi dengan diri sendiri dan masalah
dengan orang lain. Masalah dengan diri sendiri berkaitan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan hidup jasmani maupun rohani.
Sedangkan masalah dengan orang lain sering berkaitan dengan konflik sosial
dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia itu
adalah makhluk sosial dimana dalam praktiknya sering terjadi benturan
antara satu dengan yang lainya, disengaja maupun tidak disengaja. Baca
juga: Konflik Sosial dalam Komunitas Sekolah

Menanggapi masalah tersebut dibutuhkan sikap mandiri pada diri sesorang.


Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut secara mandiri, tidak cengeng
dan mudah mudah putus asa. Oleh sebab itu, karakter kemandirian perlu
ditumbuhkembangkan sejak dini. Yang terlibat dalam upaya ini adalah
lingkungan keluarga dan lembaga sekolah yang bekerja secara sinergis.
Selanjutnya dapat disimak: Pentingnya Mengembangkan Sikap Mandiri pada
Anak

Pendidikan lingkungan keluarga


Kemandirian termasuk karakter penting yang mutlak ditanamkan pada anak
sejak dini. Tentu saja pendidikan di lingkungan keluarga berpengaruh besar
dan akan mewarnai pembentukan sikap mandiri pada anak.

Di lingkungan keluarga, anak-anak mendapat pendidikan pertama sebelum


memasuki pendidikan formal di lembaga sekolah. Secara langsung atau
tidak, orang tua sudah menanamkan kemandirian pada anak sesuai usia dan
perkembangan anak.

Pola hidup yang dianut keluarga sangat mempengaruhi perkembangan


karakter mandiri. Perlindungan anak yang terlalu berlebihan akan membuat
anak tidak mandiri dan cengeng. Begitu pula dengan pola terlalu
memanjakan anak, menjadi langkah kurang baik dalam menumbuhkan
karakter mandiri. Setiap kebutuhan dan keperluan anak dipenuhi secara
membabi buta, tanpa perhitungan resiko pada anak.

Anak tidak sempat berpikir kritis karena setiap masalah yang dihadapi anak
berkaitan dengan materi selalu terpenuhi oleh orang tua. Anak tidak dilatih
untuk berpikir mandiri untuk mengatasi masalahnya sendiri. Orang tua
banyak ikut campur dalam membantu anak mengatasi masalah sekalipun
masalah itu sepele dan dapat diatasi oleh anak.

Tentu saja hal demikian kurang baik dampaknya terhadap cara berpikir dan
bersikap anak menghadapi masalah di kemudian hari. Fakta di sekitar,
sering kali kita menyaksikan betapa cengengnya anak yang tidak terbiasa
berpikir dan bersikap mandiri sejak kecil. Ia lebih mudah menyerah dan
sering melibatkan orang tua dalam mengatasi masalah hidupnya sendiri di
kemudian hari

Sebaliknya, orang tua yang selalu menanamkan kemandirian pada anak sejak
kecil sesungguhnya telah memberi modal besar pada anak untuk mengatasi
masalah hidupnya di kemudian hari. Anak yang terbiasa mandiri sejak kecil
tidak mudah menyerah pada masalah yang dihadapinya. Sebaliknya akan
berusaha dengan gigih untuk mengatasi masalahnya terlebih dulu sebelum
melibatkan orang lain.

Sikap mandiri yang dimiliki anak sejak dini, jelas akan meringankan beban
pikiran orang tua kelak. Kenapa tidak? Orang tua merasa yakin dan optimis
kalau anaknya pasti mampu mengatasi masalah yang dihadapinya, baik
masalah dengan dirinya sendiri maupun masalah dengan pihak lain. Bagi
sang anak, sikap mandiri yang dimilikinya akan membuat anak percaya diri
dalam menghadapi masalahnya tanpa banyak melibatkan orang tua.

Untuk mewujudkan konsep kemandirian anak di atas, ada beberapa poin


penting yang perlu mendapat perhatian orang tua:

• Orang tua perlu menanamkan pada anak sejak dini kalau hidup itu
sesungguhnya adalah rangkaian masalah. Masalah dengan diri sendiri
maupun dengan orang lain dalam pergaulan sosial. Masalah yang satu
akan menimbulkan masalah lain yang mungkin membentuk mata
rantai tertentu.

Memang, masalah itu tidak dicari-cari. Namun jika menemukan masalah


dalam hidup harus dihadapi dengan baik, bukan dihindari. Ini menjadi
motivasi spiritual yang tinggi bagi anak untuk menghadapi
permasalahan hidupnya.

• Membiarkan anak dengan masalah yang dihadapinya bukan berarti orang


tua tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi anak. Ini
hanyalah sekadar memberi kesempatan pada anak untuk berpikir
sendiri kemudian mencari alternatif pemecahan masalah yang
dihadapinya.

• Jika anak cepat mengaku tidak bisa melakukan sesuatu, minta kembali
anak untuk melakukannya dan perhatikan cara anak melakukannya.
Jika orang tua melihat sesuatu yang janggal atau salah, segera
beritahu anak. Berikan arahan sesuai usia dan perkembangan anak.

• Yang perlu disadari adalah bahwa anak akan canggung dan mengalami
kesulitan untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan membimbing
atau memandu anak berulangkali atau dengan contoh yang nyata,
niscaya anak akan menirunya dengan baik. Jika dilakukan berulang-
ulang, anak akan bisa melakukan sesuatu itu dengan baik.

• Membangun kepercayaan diri sangat penting dibandingkan memberi


pertolongan langsung kepada anak yang mengalami masalah. Bangun
kepercayaan diri anak bahwa ia sanggup mengatasi masalahnya.

Pendidikan anak di lembaga sekolah


Lembaga sekolah menjadi pendidikan kedua bagi anak setelah di lingkungan
keluarga. Pola pendidikan anak di lembaga sekolah hendaknya lebih
mengutamakan pengembangan sikap mandiri pada anak. Proses
pembelajaran yang berlangsung di ruang kelas seyogyanya berorientasi pada
kemandirian anak dalam belajar, bukan sebaliknya. Baca selanjutnya:
Sistem Pembelajaran Pasung Kemandirian Siswa?

Sistem pembelajaran yang dinamis akan membangun kemandirian siswa


dalam memecahkan masalah belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran
tidak hanya terfokus pada pencapaian target dan tujuan kurikulum.
Sebaliknya lebih mengutamakan bagaimana proses berpikir anak dalam
memecahkan masalah.

Pola seperti bukan berarti guru mengabaikan aspek hasil pembelajaran.


Justru dengan proses belajar yang baik akan mengantarkan siswa pada hasil
yang baik pula. Sudah menjadi hukum alam, proses yang baik berujung pada
hasil yang baik. Konsep ini menjadi acuan penting bagi guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas.

Sinergisitas pendidikan anak di lingkungan keluarga dan sekolah akan dapat


menumbuhkembangkan sikap mandiri pada anak sehingga anak mampu
bersikap dan berpikir mandiri di masa depan.

Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak


Pada permasalahan kali ini kita akan membahas tentang anak yang manja dan kurang
mandiri. Seringkali orangtua mengeluh kepada saya “Aduh anak saya ini kurang
mandiri, bagaimana caranya supaya dia bisa mandiri? Sepertinya dia ini terlalu manja,
saya dulu dibesarkan orangtua dengan ekonomi yang pas-pasan, dan akhirnya saya
jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu
enak.”
Biasanya ketika orangtua mulai mengeluhkan hal seperti itu, kami hanya berbalik
menanyakan kepada mereka. “Sebenarnya anda sudah tahu kan jawabannya harus
bagaimana?”, “Lho maksud anda bagaimana?” Mereka balik bertanya.

“Tadi ibu sudah mengatakan bahwa ketika anda dulu dibesarkan secara pas-pasan dan
anda harus melakukannya semua sendiri. Anak anda sekarang terlalu nyaman karena
semua sudah anda sediakan. Justru disanalah letak permasalahannya, anda
menyediakan segala sesuatunya bagi anak anda tanpa membuat dia berjuang.
Anda sudah tahu permasalahannya tetapi anda masih lakukan. “Tetapi bagaimana
lagi, kan kasihan? Daripada dia repot-repot.” Justru itulah permasalahannya, kita tidak
mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya
agar dia bisa mengembangkan dirinya.

Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak
mengembangkan otonominya. Orangtua perlu tahu bahwa pada satu tahap
perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi
lebih besar.
Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Anak ingin melakukan sesuatu saat
itu. Tetapi biasanya kita sebagai orangtua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika
dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, “Jangan, nanti jatuh”. Ketika dia memegang
sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya.
Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan, atau
apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita
sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita, untuk menjadi pasif dan
tidak mandiri. Cobalah anda memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan
sendiri.
Jika anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan
bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “Saya kan
harus berangkat kerja, kalau harus menunggu dia akan lama sekali.” Hal seperti itu
tidak boleh dilakukan.
Anda bisa berangkat lebih awal jika anda tahu itu akan membuat anda terlambat, dan
biarkan dia membawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita
tidak mau repot akhirnya kita yang membawakan tasnya masuk ke kelas. Itulah hal-
hal kecil yang membuat anak anda jadi kurang mandiri

Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat
cucian, biar dia melakukannya. “Loh, kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya
bayar?” Justru itulah masalahnya, anda tidak memberikan kesempatan anak anda
untuk mengembangkan dirinya.
Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah
proses. Sama seperti ketika dulu kita dibesarkan oleh kondisi susah payah oleh
orangtua kita. Saat itu orangtua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut
pada kita.

Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik
mungkin. Tetapi justru itulah yang ternyata baik bagi perkembangan kita. Kita
akhirnya menjadi seorang yang mandiri, dan kemudian ketika kita sekarang sudah
menjadi orang yang berhasil, kita tidak mau melakukan itu kepada anak kita dengan
alasan kasian.
Inilah permasalahannya, kita harus melatih anak kita untuk memiliki karakter
mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk
mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat berguna
bagi perkembangan karakternya.
Ketika seorang anak mengembalikan piring makan di tempatnya, mengangkat tasnya
sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan
kegiatan-kegiatan kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif.
Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal
tersebut.

Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah
kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka
bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai
menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah memberi suatu kesempatan pada anak anda untuk melakukan apa
yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki
karakter mandiri, percaya diri, dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan
tanggung jawab penuh.

Anda mungkin juga menyukai