Is Junior still clinging to you? He doesn’t dare anything unless you’re right by his
side? Then it looks like he lacks audacity and confidence. Here are seven tips to help
him develop his autonomy.
Trust is key
Autonomy means a lot more than simply growing up. It’s also having the self-
confidence to do certain things and become independent, the ability to act and
think for yourself. By becoming autonomous, and thus being more detached from
his parents, the child develops as well his self-esteem by creating a stable and rich
inner life that will help him prevent boredom and get rid of his dependence to
others.
By helping your little one develop his autonomy, you are showing him that you trust
him, and that you are proud of his accomplishments, It also means letting him
exercise his freedom while protecting – but not overprotecting – him. Parents often
tend to do things for their children in order to help them, to hurry things up, or
because they are under the misconception that their child will not be able to
accomplish the task alone. How many times have you tied your child’s shoelaces or
hung up his coat in the closet without asking your child to do it? The most common
reason given by parents is that it goes faster! It certainly does, but by doing
everything yourself, you are not encouraging your child to take initiative. And most
of all, you are discouraging him from trying little challenges that he could most
likely handle.
PAGINATION
Relax!
Are you constantly stressed with time? Do you worry about spills and messes? Learn
to stay calm and allow your child to make his own experiences.
We love a challenge!
Every day, try to give your child a small challenge in order to stimulate his desire to
try something new and certainly be proud of his accomplishment! In need of ideas?
Ask him to pour himself a glass of milk without spilling it or to tie his shoelaces by
himself, for example.
Berdasar subjek sasaran masalah, ada dua kelompok penting masalah yang
dihadapi seseorang. Masalah yang dihadapi dengan diri sendiri dan masalah
dengan orang lain. Masalah dengan diri sendiri berkaitan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan hidup jasmani maupun rohani.
Sedangkan masalah dengan orang lain sering berkaitan dengan konflik sosial
dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia itu
adalah makhluk sosial dimana dalam praktiknya sering terjadi benturan
antara satu dengan yang lainya, disengaja maupun tidak disengaja. Baca
juga: Konflik Sosial dalam Komunitas Sekolah
Anak tidak sempat berpikir kritis karena setiap masalah yang dihadapi anak
berkaitan dengan materi selalu terpenuhi oleh orang tua. Anak tidak dilatih
untuk berpikir mandiri untuk mengatasi masalahnya sendiri. Orang tua
banyak ikut campur dalam membantu anak mengatasi masalah sekalipun
masalah itu sepele dan dapat diatasi oleh anak.
Tentu saja hal demikian kurang baik dampaknya terhadap cara berpikir dan
bersikap anak menghadapi masalah di kemudian hari. Fakta di sekitar,
sering kali kita menyaksikan betapa cengengnya anak yang tidak terbiasa
berpikir dan bersikap mandiri sejak kecil. Ia lebih mudah menyerah dan
sering melibatkan orang tua dalam mengatasi masalah hidupnya sendiri di
kemudian hari
Sebaliknya, orang tua yang selalu menanamkan kemandirian pada anak sejak
kecil sesungguhnya telah memberi modal besar pada anak untuk mengatasi
masalah hidupnya di kemudian hari. Anak yang terbiasa mandiri sejak kecil
tidak mudah menyerah pada masalah yang dihadapinya. Sebaliknya akan
berusaha dengan gigih untuk mengatasi masalahnya terlebih dulu sebelum
melibatkan orang lain.
Sikap mandiri yang dimiliki anak sejak dini, jelas akan meringankan beban
pikiran orang tua kelak. Kenapa tidak? Orang tua merasa yakin dan optimis
kalau anaknya pasti mampu mengatasi masalah yang dihadapinya, baik
masalah dengan dirinya sendiri maupun masalah dengan pihak lain. Bagi
sang anak, sikap mandiri yang dimilikinya akan membuat anak percaya diri
dalam menghadapi masalahnya tanpa banyak melibatkan orang tua.
• Orang tua perlu menanamkan pada anak sejak dini kalau hidup itu
sesungguhnya adalah rangkaian masalah. Masalah dengan diri sendiri
maupun dengan orang lain dalam pergaulan sosial. Masalah yang satu
akan menimbulkan masalah lain yang mungkin membentuk mata
rantai tertentu.
• Jika anak cepat mengaku tidak bisa melakukan sesuatu, minta kembali
anak untuk melakukannya dan perhatikan cara anak melakukannya.
Jika orang tua melihat sesuatu yang janggal atau salah, segera
beritahu anak. Berikan arahan sesuai usia dan perkembangan anak.
• Yang perlu disadari adalah bahwa anak akan canggung dan mengalami
kesulitan untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan membimbing
atau memandu anak berulangkali atau dengan contoh yang nyata,
niscaya anak akan menirunya dengan baik. Jika dilakukan berulang-
ulang, anak akan bisa melakukan sesuatu itu dengan baik.
“Tadi ibu sudah mengatakan bahwa ketika anda dulu dibesarkan secara pas-pasan dan
anda harus melakukannya semua sendiri. Anak anda sekarang terlalu nyaman karena
semua sudah anda sediakan. Justru disanalah letak permasalahannya, anda
menyediakan segala sesuatunya bagi anak anda tanpa membuat dia berjuang.
Anda sudah tahu permasalahannya tetapi anda masih lakukan. “Tetapi bagaimana
lagi, kan kasihan? Daripada dia repot-repot.” Justru itulah permasalahannya, kita tidak
mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya
agar dia bisa mengembangkan dirinya.
Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak
mengembangkan otonominya. Orangtua perlu tahu bahwa pada satu tahap
perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi
lebih besar.
Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Anak ingin melakukan sesuatu saat
itu. Tetapi biasanya kita sebagai orangtua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika
dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, “Jangan, nanti jatuh”. Ketika dia memegang
sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya.
Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan, atau
apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita
sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita, untuk menjadi pasif dan
tidak mandiri. Cobalah anda memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan
sendiri.
Jika anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan
bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “Saya kan
harus berangkat kerja, kalau harus menunggu dia akan lama sekali.” Hal seperti itu
tidak boleh dilakukan.
Anda bisa berangkat lebih awal jika anda tahu itu akan membuat anda terlambat, dan
biarkan dia membawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita
tidak mau repot akhirnya kita yang membawakan tasnya masuk ke kelas. Itulah hal-
hal kecil yang membuat anak anda jadi kurang mandiri
Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat
cucian, biar dia melakukannya. “Loh, kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya
bayar?” Justru itulah masalahnya, anda tidak memberikan kesempatan anak anda
untuk mengembangkan dirinya.
Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah
proses. Sama seperti ketika dulu kita dibesarkan oleh kondisi susah payah oleh
orangtua kita. Saat itu orangtua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut
pada kita.
Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik
mungkin. Tetapi justru itulah yang ternyata baik bagi perkembangan kita. Kita
akhirnya menjadi seorang yang mandiri, dan kemudian ketika kita sekarang sudah
menjadi orang yang berhasil, kita tidak mau melakukan itu kepada anak kita dengan
alasan kasian.
Inilah permasalahannya, kita harus melatih anak kita untuk memiliki karakter
mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk
mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat berguna
bagi perkembangan karakternya.
Ketika seorang anak mengembalikan piring makan di tempatnya, mengangkat tasnya
sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan
kegiatan-kegiatan kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif.
Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal
tersebut.
Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah
kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka
bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai
menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah memberi suatu kesempatan pada anak anda untuk melakukan apa
yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki
karakter mandiri, percaya diri, dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan
tanggung jawab penuh.