Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

Secara umum air tanah diartikan sebagai air yang berada dan berasal dari lapisan
tanah, baik air yang berada pada lapisan tanah tak jenuh maupun air yang berada pada
lapisan tanah jenuh. Air yang berada pada lapisan tanah tak jenuh (soil water), akan
menunjang kehidupan vegetasi di permukaan. Sedangkan air yang berada pada lapisan
tanah jenuh (groundwater), menjadi deposit air di dalam lapisan tanah, yang bisa keluar
melalui mata air (artesis), atau tinggal dalam lapisan tanah sebagai air fosil (fossil water).
Disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk dunia, telah membuat kebutuhan
manusia terhadap air terus meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan air bersih, air
industri, maupun untuk memenuhi kebutuhan air pertanian. Hal inilah yang membuat
manusia terus berambisi, mengambil air fosil dengan menggunakan berbagai teknologi
untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Sumber utama dari air tanah adalah air hujan yang masuk ke dalam tanah atau
melalui badan air seperti sungai kemudian mengalami proses perkolasi menuju akuifer.
Akuifer merupakan lapisan pembawa air yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehigga
dapat menyimpang dan mengalirkan air. Air yang mengalami proses infiltrasi masuk ke
dalam tanah akan meningkatkan kelembaban tanah dan sesudah melampaui kapasitas
jenuh maka air akan bergerak vertikal masuk ke dalam lapisan air tanah oleh pengaruh
gravitasi.

Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang volume dan eksistensinya
terbatas, serta kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas, dan upaya
pemulihannya sulit dan mahal untuk dilakukan. Eksistensi air tanah sebagai salah satu
elemen di dalam siklus hidrologi sangat penting, dan tidak kalah penting peranan air tanah
di dalam kehidupan makhluk di muka bumi. Sebagai gambaran peranan dan fungsi air tanah
baik sebagai elemen dalam siklus hidrologi, maupun sebagai penyanggah kehidupan
makhluk di planet bumi ini, dapat diilustrasikan dengan diagram berikut

Groundwater Foundation (2017) mendeskripsikan bahwa walaupun planet bumi 70%


permukaannya tertutup oleh air, namun hanya 1% dari air tersebut yang merupakan air
layak dikonsumsi oleh manusia, dan selebihnya 99% dalam bentuk air laut yang tidak layak
dikonsumsi (unusable water). Bagian yang layak konsumsi (usable water) sebanyak 1%
tersebut, hanya 1% yang berada di permukaan bumi dalam wujud air danau sebanyak
0,86%, air sungai sebanyak 0,02%, dan air permukaan lainnya sebanyak 0,02%. Gambaran ini
memperlihatkan betapa pentingnya peranan air tanah di dalam siklus hidrologi sebagai
akuifer, dan betapa strategisnya fungsi air tanah bagi kehidupan makhluk hidup (manusia,
flora, fauna) sebagai penopang kehidupan.

Salah satu manfaat air tanah bagi kehidupan manusia adalah untuk memenuhi
berbagai kebutuhan diantaranya domestik dan industri. Tiap kebutuhan diperlukan kualitas
air tanah yang berbeda satu sama lain. Kualitas air tanah adalah kondisi fisik kimia air tanah
yang digambarkan oleh parameter fisik, kimia, dan biologi dari air tanah tersebut yang
dikaitkan dengan kualitas hidup. Istilah lain yang digunakan adalah mutu air tanah, yaitu
kualitas air tanah didasarkan pada parameter konsentrasi zat kimia yang terkadung
didalamnya.

Kualitas air tergantung pada perpaduan antara air yang masuk ke dalam tanah,
batuan yang dilewati, dan pada akhirnya mencapai lapisan air tanah yang ada dalam akuifer.
Dengan kata lain kualitas air yanah ditentukan oleh material yang dilewatinya. Konsentrasi
material yang terlarut dalam air tanah dapat meningkat atau turun sejalan dengan
pergerakan air dalam siklus hidrologi. Jadi kualitas air tanah ditentukan oleh lingkungan
yang mempengaruhi selama dalam perjalanannya. Faktor – faktor lingkungan yang
mempengaruhi tersebut diantaranya adalah :

1. Faktor iklim, yaitu meliputi curah hujan, temperatur, tekanan, dan kelembaban
udara. Air hujan melarutkan unsur – unsur kimia yang ada di atmosfir seperti O2,
CO2, N, DAN SO4. Konsentrasi dan jenis unsur atau senyawa kimia yang terlarut
dalam air hujan dapat mencapai permukaan tanah. Temperatur dan tekanan udara
ikut menentukan tingkat konsentrasi unsur – unsur yang terlarut dalam air hujan.
2. Faktor litologi tanah dan batuan merupakan sumber mineral yang larut di dalam air
tanah. Batuan beku seperti batuan vukanik tidak mudah larut dalam air, tetapi
melarutkan sedikit silika. Batuan sedimen umumnya melarutkan kalsium, sodium,
sulfat, dan bikarbonat.
3. Kandungan karbon dioksida dan oksigen lebih banyak dipengaruhi oleh proses
fotosintesis dan transpirasi dari tanaman.
4. Waktu tinggal (residence time) air, ikut menentukan jumlah konsentrasi mineral
yang terlarut. Makin lama air tersebut tinggal dalam batuan tertentu maka semakin
besar mineral tersebut terlarut dalam air.

Kualitas air tanah berbeda pada dimensi dan waktu dimana air tanah tersebut berada.
Pada lingkungan perkotaan yang padat penduduknya, pada lingkungan industri, dan pada
daerah pegunugan yang tidak tercemar lindi air limbah akan mempunyai kualitas yang tidak
sama. Musim penghujan dan kemarau dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi unsur –
unsur tertentu yang terlarut dalam air. Bahkan dalam waktu yang singkat dapat terjadi
perubahan tingkat konsentrasi unsur – unsur tertentu.

Air yang dipergunakan untuk memenuhi peruntukan tertentu memerlukan


persyaratan tertentu agar penggunaannya tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan,
salah satunya air minum. Peruntukan air minum bagi penduduk menuntut persyaratan yang
tinggi karena menyangkut kehidupan menusia secara langsung tanpa peluang terjadinya
penguraian atau pengurangan kadar bahan yang membahayakan dan tanpa peluang untuk
menambah bahan yang diperlukan. Di Indonesia, dasar aturan yang menyangkut
persyaratan air minum adalah Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Beberapa dekade terakhir, DKI Jakarta sebagai pusat negara berkembang pesat
dalam hal jumlah penduduk dan kegiatan industri. Perkembangan ini tentu saja diiringi
dengan meningkatnya kebutuhan energi dan air bersih oleh masyarakat Jakarta. Berbagai
sektor memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengandalkan sumber daya air tanah. Air
tanah merupakan sumber daya yang paling memungkinkan bagi masyarakat untuk
mendapatkan dengan mudah tanpa memerlukan proses pengolahan yang mahal.

Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam Republik Indonesia,
kebutuhan air bersih bagi penduduk DKI Jakarta pada tahun 2015 yaitu sebesar 824.784,742
m3/tahun. Kemampuan PDAM untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu sebesar
328.428,535 m3/tahun. Dan selebihnya dipenuhi oleh air bersih dari air tanah yaitu sebesar
496.356,207 m3/tahun. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan PDAM untuk
memasok kebutuhan air bersih di DKI Jakarta hanya 40% saja, sedangkan sisanya
diperkirakan dari air tanah.

Dengan besarnya kebutuhan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
penduduk DKI Jakarta, menyebabkan kegiatan eksploitasi air tanah secara besar – besaran
oleh penduduk. Kegiatan eksploitasi air tanah secara terus – menerus memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan, diantaranya penurunan muka air tanah yang menyebabkan
massa bawah tanah berkurang. Keadaan ini diperparah dengan beban bangunan –
bangunan bertingkat yang menyebabkan amblesan tanah pada wilayah DKI Jakarta. Dari
catatan Direktorat Jendral Sumber Daya Air Kementrian PUPR, Jakarta mengalami
penurunan muka tanah 5 – 12 cm per tahun. Jika laju penurunan muka tanah di Jakarta
terus berlangsung, Jakarta akan semakin rentan tergenang air pasang dan banjir.

Selain itu, Jakarta sebagai salah satu kota yang berada di wilayah pantai, memiliki
permasalahan tambahan terhadap penyediaan air tanah. Pada akuifer yang dekat dengan
pantai, kekosongan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan dapat meyebabkan intrusi
air laut. Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut ke dalam pori – pori batuan
dan mencemari air tanah yang terkandung di dalamnya. Intrusi ini dapat disebabkan oleh
pengambilan air tanah yang berlebihan sehinggan pori – pori batuan yang semula diisi oleh
air tawar dapat terganti oleh masuknya air laut yang menyebabkan air tanah berubah
menjadi air payau atau bahkan air asin.

Pengambilan air bawah tanah yang melebihi kapasitas menyebabkan hilangnya air di
pori – pori tanah dan berkurangnya tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata air
tanah. Hal tersebut ditunjukkan adanya penurunan muka air tanah dan semakin meluasnya
sebaran zona air tanah payau / asin, dan amblesan tanah disekitar kawasan pesisir pantai
yang merupakan kawasan padat industri atau padat pemukiman. Pengambilan air bawah
tanah yang dilakukan dengan cara membuat sumur bor yang melebihi kapasitas
menyebabkan kerusakan tata air tanah dan mengurangi kualitas air tanah itu sendiri. Air
tanah bisa terasa payau atau bahkan asin.

Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang terindikasi terkena intrusi air asin adalah di
area Kamal Muara dan Kosambi yang ditandai dengan rasa air tanah yang asin pada sumur
penduduk. Dari hasil analisis laboratorium tercatat nilai TDS (Total Dissolved Solids) dari air
tanah di wilayah tersebut sebesar 26.544 mg/L. Seharusnya, air tanah tawar memiliki TDS
kurang dari 1.000 mg/L agar bisa dikatakan layak untuk digunakan oleh masyarakat. Hal ini
menandakan bahwa intrusi air laut yang terjadi di wilayah tersebut sudah sangat parah dan
tidak bisa digunakan oleh masyarakat.
Salah satu dampak air payau/asin terhadap kesehatan masyarakat yang
menggunakan air tersebut untuk dikonsumsi maupun kegiatan lain seperti mandi adalah
dapat menggangu kesehatan. Hal ini disebabkan air payau yang mengandung NaCl (Natrium
Chloride) tinggi dapat mengganggu metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia. Pada
air tanah di daerah Kamal Muara, terdapat kadar Na sebesar 14.599 mg/L, dan kadar Cl
sebesar 6.240 mg/L. Hal ini sangat jauh dari standar yang dikeluarkan dari Menteri
Kesehatan, dimana standar kadar tertinggi yang diperbolehkan untuk Na dan Cl masing –
masing 200 mg/L dan 250 mg/L.

Kondisi cekungan air tanah Jakarta yang mengcover 3 Provinsi (DKI Jakarta, Banten,
dan Jawa Barat) saat ini kondisinya sangat kritis akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan
hingga mencapai 40%, seharusnya maksimum hanya 20% agar tidak terjadi intrusi air laut ke
daratan. Dengan terjadinya intrusi air laut, menyebabkan kualitas air tanah di DKI Jakarta
semakin menurun dari tahun ke tahun akibat masuknya air laut dan merembesnya
pencemaran limbah domestik lebih jauh pada air tanah dangkal.

Anda mungkin juga menyukai