Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KRITIS ARTIKEL ILMIAH

Oleh

Khairil Ikhwan (201610070311076)

18 Desember 2017

1. Bibliografi
Roziaty, Efri. (2016). Review : Kajian Lichen : Morfologi, Habitat dan Bioindikator
Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Jurnal Bioeksperimen.
Vol. 2 (1). Hal. 54-66.
2. Tujuan Penulisan Jurnal
Artikel ini bertujuan untuk mengulas tentang lichen dari sisi morfologi, anatomi dan
habitat serta keterkaitan lichen dengan polusi udara khususnya polusi yang
disebabkan oleh pencemaran kendaraan bermotor.
3. Fakta-fakta Unik
1) Lichen mampu berubah warna selama musim hujan ketika terbilas oleh air (Kett,
Dong, Andrachuck, & Craig dalam Roziaty, 2016).
2) Berdasarkan fungsinya lichen memiliki nilai ekonomis diantaranya sebagai bahan
obat-obatan (Parmelia surcata) dan beberapa spesies Usnea untuk obat batuk,
dan Cetraria islandica untuk obat diabetes, paru-paru dan katarak. Fungsi lainnya
dari lichen yaitu sebagai indikator adanya marmer atau pualam (Muzayyinah
dalam Roziaty, 2016).
3) Fruticose menjadi jenis lichen yang paling sensitif terhadap pencemaran udara
kemudian Foliose dan jenis Crustose masih sedikit mentoleransi pencemaran
udara. Sehingga jika suatu daerah tidak terdapat Fruticose maka daerah tersebut
udara dapat dikatakan tercemar (Pratiwi dalam Roziaty, 2006).
4) Lichen menjadi sangat peka pada polutan karena lichen tidak memiliki lapisan
lilin dan kutikula untuk melindungi sel-sel (struktur dalam), sehingga polutan
mudah terserap oleh klorofil lichen dan merusak jaringan lichen (Pratiwi dalam
Roziaty, 2016).
5) Lichen termasuk tumbuhan alami yang sulit untuk didomestikasi sekalipun sudah
disediakan medium yang tepat bagi lichen. Akan tetapi jika masing - masing
dibedakan, masih bisa tumbuh dalam media buatan (Tjitrosoepomo dalam
Roziaty, 2016).
6) Hubungan antara ganggang dengan jamur dapat dipandang sebagai suatu
hubungan yang helotisme. Keuntungan timbal balik yang didapat hanya
sementara saja yaitu ketika di bagian permulaannya, tapi pada akhirnya ganggang
akan dimanfaatkan oleh fungi (seperti hubungan antara majikan dengan
pembantunya, helot) sehingga diistilahkan sebagai helotisme (Tjitrosoepomo
dalam Roziaty, 2016).
7) Lichen tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, tahan terhadap
kondisi kekurangan air dalam jangka waktu yang lama, tahan terhadap panas
terik. Jika cuaca panas, lichen akan berubah warna seperti kekeringan, tetapi tidak
mati. Jika disirami air maka lichen akan hidup kembali. Pertumbuhan thalus
sangat lambat, dalam satu tahun biasanya kurang dari 1 cm. Tubuh buah baru
terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun – tahun
(Tjitrosoepomo dalam Roziaty, 2016).
8) Lichen mampu dengan cepat menyerap dan menyiapkan air dari banyak sumber maka
memungkinkan bagi lichen untuk hidup di lingkungan yang “keras” seperti gurun dan
kutub, dan terpapar pada suatu permukaan yang datar, dinding, atap, dahan/ranting
pohon dan material buatan manusia lainnya seperti gelas, logam dan lain sebagainya
(Bhat, Dudani, & Subhash dalam Roziaty, 2016).
9) Aspicilia merupakan salah satu jenis lichen Saxicolous yang tumbuh di atas permukaan
batu akik (Bungartz , III, & Ryan dalam Roziaty, 2016).
10) Lichen dari komunitas Terricolous semakin tereduksi dari waktu ke waktu akibat
kegiatan manusia.
4. Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Dimunculkan
1) Kerugian apakah yang didapatkan oleh ganggang yang bersimbiosis dengan
jamur dalam hubungan helotisme?
2) Bagaimana cara mengekstraksi lichen yang dapat digunakan sebagai bahan obat-
obatan?
3) Apa yang terkandung pada Parmelia surcata dan beberapa spesies Usnea
sehingga dapat digunakan sebagai obat batuk, serta Cetraria islandica yang dapat
digunakan sebagai obat diabetes, paru-paru dan katarak?
4) Fructicose merupakan lichen yang paling sensitif terhadap pencemaran udara,
sehingga indikator yang diberikan oleh lichen jenis ini adalah tidak terdapatnya
keberadaan Fructicose pada lingkungan yang tercemar. Lalu, bagaimana indikator
yang diberikan oleh lichen yang memiliki toleransi terhadap lingkungan yang
tercemar seperti Crustiose?
5) Bagaimana mekanisme bertahan hidup lichen pada lingkungan yang panas?
Apakah sama seperti lichen dengan habitat pada umumnya? Dan apakah lichen
itu dapat hidup dalam jangka waktu yang lama tanpa air lingkungan tersebut?
6) Apa yang membedakan antara lichen yang hidup pada habitat ekstrem dan lichen
yang hidup pada habitat normal?
7) Apakah terdapat lichen yang yang komposisi alga dan jamurnya sama?
8) Apa kegiatan manusia yang menyebabkan komunitas lichen Terricolous tereduksi
dari waktu ke waktu?
5. Konsep, Prinsip, Informasi yang Didapat atau yang Dipahami :
1) Kegunaan bioindikator dalam tiga situasi, yaitu : 1) dimana faktor – faktor
lingkungan tidak bisa diukur, misalnya, di situasi dimana faktor lingkungan di
masa lalu direkonstruksi seperti perubahan iklim, pada studi tentang Palaeo
biomonitoring; 2) dimana faktor – faktor indikasi sulit diukur, misalnya, pestisida
dan residunya atau racun kompleks yang mampu berinteraksi dan bereaksi secara
kimia; dan 3) dimana faktor lingkungan mudah mudah diukur tapi sulit
diinterpretasikan, misalnya, observasi mengenai perubahan lingkungan yang
memiliki pengaruh nyata kondisi ekologis (Martuti dalam Roziaty, 2016).
2) Perbedaan bioindikator berdasarkan tujuan bioindikasi yang terbagi menjadi tiga,
yaitu : indikator kesesuaian, indikator diagnostik, dan indikator peringatan (Savic dalam
Roziaty, 2016).
3) Perbedaan bioindikator berdasarkan perbedaan aplikasi yang terbagi menjadi tiga, yaitu :
1.) indikator lingkungan : merupakan spesies atau kelompok spesies yang merespon
gangguan lingkungan atau perubahan (contoh : organisme – organisme sentinel, detektor,
eksploiter, akumulator, bioesay). Suatu sistem indikator lingkungan di susun berdasarkan
tujuan indikator yaitu untuk mengdiagnosis kondisi lingkungan untuk membuat suatu
kebijakan lingkungan. 2.) indikator ekologi : ini merupakan suatu spesies yang diketahui
sebagai organisme yang sensitif terhadap polusi, fragmentasi habitat atau tekanan
lainnya. Respons indikator tersebut mewakili komunitas. Dan, 3.) indikator
biodiversitas. Kelimpahan spesies dari takson indikator digunakan untuk mengidikasikan
kelimpahan suatu spesies di suatu lingkungan. istilahnya saat ini telah berkembang
menjadi “parameter terukur biodiversitas”, termasuk di dalamnya kelimpahan jenis,
endemisme, parameter – parameter genetik, parameter spesifik populasi dan parameter
lanskap (Hardini dalam Roziaty, 2016).
4) Susunan anatomi lichen yang terdiri atas beberapa lapisan di antaranya : 1.)
Lapisan paling atas yang disebut sebagai lapisan fungi; 2.) Lapisan alga; 3.)
Medula; 4.) Korteks bawah.
5) Berdasarkan atas substrat tempat tumbuhnya, lichen dibagi menjadi Corticolous (lichen
yang tumbuh di permukaan pohon), Follicolous (lichen yang tumbuh di permukaan
daun), Saxicolous (lichen yang tumbuh di permukaan batu), Terricolous (lichen yang
tumbuh di tanah), dan Musicolous (lichen yang tumbuh dengan lumut) (Bhat, Dudani, &
Subhash dalam Roziaty, 2016).
6) Alga yang menyusun tubuh lichen disebut gonidium, bisa berbentuk uniseluler atau
multiseluluer.
7) Pada lichen dengan morfologi talus berupa Foliose, terdapat suatu alat atau organ yang
digunakan untuk melekat pada substrat seperti batu atau ranting yang disebut rhizin.
Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.
8) Permukaan talus pada lichen dengan morfologi Crustose biasanya terbagi menjadi areal –
areal yang agak heksagonal yang disebut areole (Pratiwi dalam Roziaty, 2016).
9) Pada lichen yang memiliki morfologi Squamulose, memiliki suatu struktur buah yang
disebut podetia.
10) Pertumbuhan lichen di permukaan pohon atau Corticolous tergantung pada kestabilan
pohon tersebut, tekstur, pH dan ketersediaan air.
11) Tipe batu dan pH merupakan faktor penting yang bertanggung jawab atas pembentukan
koloni komunitas lichen Saxicolous.
12) Komunitas lichen Terricolous semakin tereduksi dari waktu ke waktu akibat kegiatan
manusia.
13) Lichen dapat hidup bergantung pada kelembaban atmosfer: hujan, kabut & embun untuk
pertumbuhan, karena lichen menyerap udara untuk kelangsungan kehidupannya tetapi
udara yang mengandung air telah bercampur dengan polutan yang terlarut, sehingga
polutan yang terlarut merusak jaringan pada lichen. Pada lichen jamur yang berperan
menyerap air dan mineral dari udara, sehingga lichen dapat digunakan untuk indikator
biologi pencemaran udara.
6. Refleksi :
Berdasarkan hasil analisis kritis artikel ilmiah yang telah saya tulis, saya
menyadari bahwa banyak organisme lain yang terganggu kehidupannya akibat
dampak buruk dari ulah manusia, salah satunya adalah lichen. Tanpa kita sadari
keberadaan lichen di sekitar kita sangat membantu kita untuk mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan di sekitar kita. Namun masih banyak orang yang
belum mengetahuinya. Padahal hal ini sangat penting apabila telah terjadi
pencemaran udara di sekitar yang ditandai dengan tidak terdapatnya lichen, kita
dapat segera menanggulanginya agar pencemaran udara tidak semakin
memburuk. Maka dari itu saya mempunyai keinginan untuk menjadi seorang
peneliti lingkungan yang dapat memberikan solusi pencemaran lingkungan
dengan memanfaatkan potensi alam di sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai