Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SCHIZOFRENIA

KLENIK DENGAN WAHAM KEAGAMAAN


DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI IV

OLEH:
I PUTU SUDARSA
NIM: PO7120017251

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga Poposal ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Proposal yang berjudul “ Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Gangguan

Kecemasan Pada Penderita Daibetes Mellitus ” ini disusun untuk memenuhi tugas

dari mata kuliah Metodelogi Penelitian di Jurusan Keperawatan D3 Politeknik

Kesehatan Denpasar

Kami menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

proposal ini.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan

untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 12 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ............................................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .............................................................................................................. 5
D. Manfaat ................................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................................... 8
TINJUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 8
A. Tinjauan Teoritis ............................................................................................................... 8
1. Diabetes Mellitus........................................................................................................... 8
2. Kecemasan .................................................................................................................. 16
3. Kecemasan Pada Pasien Diabetes Mellitus ................................................................. 38
BAB III........................................................................................................................................ 42
KERANGKA KONSEP .............................................................................................................. 42
1. Kerangka Konsep ............................................................................................................ 42
2. Definisi Variabel ............................................................................................................. 43
BAB IV ....................................................................................................................................... 44
METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 44
1. Jenis Penelitian ................................................................................................................ 44
2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 44
3. Subyek Penelitian ............................................................................................................ 44
4. Fokus Penelitian .............................................................................................................. 45

iii
5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 46
6. Metode Analisa Data ....................................................................................................... 47
a. Reduksi Data ............................................................................................................... 47
b. Penyajian Data............................................................................................................. 47
c. Verifikasi Data ............................................................................................................ 48
7. Etika ............................................................................................................................ 48

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk yang paling komplek yang hidup di bumi. Masalah -

masalah yang terjadi adalah masalah fisiologis dan masalah psikologis. Masalah

masalah tersebut akan membuat manusia mempunyai kemampuan beradaptasi. Masalah

fisologis merupakan masalah yang akan membuat manusia untuk beradaftasi

mempertahankan kehidupan internalnya sedangkan masalah psikologis lebih cendrung

untuk membuat manusia belajar meningkatkan rasa aman dan nyaman. Masalah

psikologis yang paling banyak terjadi yaitu kecemasan atau anxietas. Demikian juga

jika seseorang menderita Diabetes Melitus maka akan timbul kecemasan dan ketidak

berdayaan terhadap penyakit tersebut. Oleh Karena itu memerlukan perawatan yang

komprehensif baik biologis maupun psikologisnya.(the Indonesia Journal Of Health

2016)

Kepopuleran penyakit Diabetes di masyarakat oleh karena sebagian orang

menderitanya. Menurut Sampel Registration Survey 2014 diabetes dengan komplikasi

menjadi salah satu penyebab kematian di Indonesia.(http://www.sehatdengaherbal.com

2017)

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang mempunyai ciri

khas dengan keadaaan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat,

1
lemak dan protein yang diakibatkan oleh pengeluaran hormon insulin, kerja insulin

maupun keduanya.(Ida Bagus Wayan Kardika, Sianny Herawati 2015)

Diabetes Mellitus merupakan masalah nasional, dengan kutipan data menurut WHO

(World Health Organization) bahwa Indonesia menempati urutan ke 4 terbanyak yang

mempunyai penderita diabetes mellitus setelah China, India dan Amerika Serikat, WHO

juga memprediksi adanya peningkatan angka penyandang Diabetes Melitus merupakan

ancaman kesehatan global. Dari data WHO kenaikan jumlah penderita Diabetes Melitus

di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 Juta pada tahun 2030,

disebutkan juga akan terjadi peningkatan 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan IDF

(International Diabetes Federal) meprediksi kenaikan penyandang DM di Indonesia dari

9,1 Juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.(PERKENI 2015)

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, menghasilkan prevalensi diabetes

mellitus di Jawa dan Bali pada usia penduduk 25 – 64 tahun sebesar 7,5 %, sedangkan

Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 dan 2013, telah melakukan wawancara

pada penduduk usia 15 tahun keatas, dimana data yang dihasilkan pada tahun 2013

sebesar 2 kali lipat dari tahun 2007 yaitu dihitung jika jumlah estimasi penduduk

indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah 176.689.336 jiwa maka jumlah penderita

DM sebesar 12.191.564 jiwa..(Kemenkes RI 2014).

Dari hasil study kasus pendahuluan yang dilakukan di UPT Puskesmas Kintamani IV

pada tahun 2016 pasien diabetes yang berobat terdapat 21 kasus, dan meningkat

ditahun 2017 menjadi 29 kasus

2
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang memerlukan perawatan atau intervesi

yang terus menerus secara konstan selama seumur hidup. Penyakit ini hanya dapat

dikatakan sembuh bila koreksi gula darah tetap dalam batas normal. Penykit ini akan

menyeetai pasien seumur hidup sehingga akan mempengaruhi psikologis panderita

terutama mempengaruhi tingkat kecemasan baik secara fisik, psikologis, sosial dan

lingkungan. (Copel, 2007)

Kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus terjadi disebabkan oleh karena penyakit

ini dianggap merupakan penyakit yang sangat menakutkan dimana mempunyai dampak

negative yang komplek terhadap kecemasan pasien itu sendiri. Kecemasan terjadi

karena adanya ancaman baik secara fisik maupun psikologis.(Issacs A, 2005)

Kecemasan adalah suatu keadaaan dimana individu membuat suatu mekanisme

pertahanan fisiologis dan mekanisme koping terhadap ancaman rasa aman dan nyaman

yang diterima oleh individu. Keaadaan individu tergantu dari ego individu itu sendiri.

Bila ego manusia tidak bisa menerima dan membuat mekanisme yang baik maka

kecemasana akan bersifat kronis.(Sadock, Sadock, dan Ruiz 2015)

Menurut Penelitian Yusra (2010), menyatakan bahwa hasil wawancara dengan lima

orang pasien DM tipe 2, dua orang diantaranya mengatakan sudah bosan dengan

penyakitnya dan merasa telah membebani keluarga, sedangkan tiga pasien lainnya

merasa sulit melakukan ibadah dan kurang diperhatikan keluarganya. Oleh sebab itu,

kondisi penyakit DM tipe 2 menimbulkan masalah psikologis dan fisik yang berfokus

pada pentingnya dukungan orang sekitar terutama keluarga.(Wulan Meidikayanti 2017)

3
Menurut penelitian Wiyadi (2012) yang dilakukan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit

AW.Syahranie Samarinda menunjukkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena faktor

konflik emosional melainkan oleh karena penyakit fisik atau keabnormalan. Pada

penelitian itu juga 40 % responden memiliki komplikasi penyakit DM lebih dari satu,

peneliti juga memberikan fakta bahwa kecemasan pada pasien DM yang diteliti

disebabkan oleh lamanya penyakit ( kronis) serta komplikasi yang diderita.(Wiyadi,

Rina Loriana 2013)

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang disampaikan pada pada

seminar sehari Peringatan Hari Kesehatan Jiwa tanggal 14 Oktober 2009 di jakarta,

masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan

kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi

oleh satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama multi sektor. Menurut Direktur Bina

Kesehatan Jiwa, dr. H.M. Aminullah bahwa pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan

primer dapat mendekatkan pelayanan masyarakat terhadap kebutuhanan pelayanan

kesehatan jiwa Beberapa Puskesmas di Indonesia telah berhasil menyelenggarakan

pelayanan Kesehatan Jiwa dan menjadikannya sebagai program

prioritas.(Http://www.depkes.go.id 2009)

Peningkatan jumlah penderita Diabetes mellitus serta dampak yang dihasilkan

terhadap kehidupan psikologis terhadap penderitanya, penulis tertarik untuk meneliti

tingkat kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas penulis merumuskan suatu masalah dalam penelitian ini

yaitu Bagamanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Diabetes Mellitus di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kintamani IV

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Gangguan kecemasan

penderita Diabetes Mellitus baik yang baru terdeteksi maupun yang sudah

mendapat perawatan di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus

a. Membedakan tingkat kecemasan normal dan tingkat kecemasan akibat penyakit

Diabetes Meliltus

b. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

penderita Diabetes Melitus

c. Memberikan pengetahuan kepada penderita Diabetes Mellitus tentang pengaruh

kecemasan terhadap penyakitnya

D. Manfaat

1. Bagi Penderita dan keluarga

a. Bagi penderita

Penderita mendapatkan konsultasi tentang kejiwaan dan pengaruhnya, agar

dapat mengontrol kadar gula darah sehingga tetap terkoreksi normal

5
b. Bagi Keluarga

Keluarga mempunyai pengetahuan khusus tentang penyakit diabetes

mellitus serta faktor – faktor kejiwaan yang mempengaruhi tingkat

kekambuhan penyakit. Demikian juga keluarga bisa dengan teliti merawat

penderita maupun anggota keluarga yang lain dengan disadari bahwa salah

satu penyebab penyakit diabetes mellitus adalah faktor keturunan

2. Bagi Penulis

a. Memperoleh wawasan dan pengetahuan secara langsung terhadap pengaruh

kejiwaan terutama kecemasan pada penyakit yang diderita

b. Memperoleh wawasan dalam penerapan keperawatan penyakit , khususnya

dari segi kejiwaan penderita

3. Bagi Intitusi

a. Bagi Puskesmas Kintamani IV

Sebagai bahan acuan untuk pengembangan pelayanan kesehatan primer

dengan upaya kesehatan jiwa sebagai prioritas

b. Bagi Poltekkes Denpasar

Sebagai tambahan bahan bacaan dan literatur dalam pembelajaran

4. Bagi Masyarakat

Memberikan pengertian kepada masyarakat bahawa faktor kejiwaan

sangat berpengaruh pada perjalanan penyakit khususnya penyakit Diabetes

Mellitus.

5. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

6
Sebagai bahan pertimbangan dan tambahan bagi ilmu pengetahuan

terutama pada perkembangan perawatan penyakit kronis.

7
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit dengan tingginya kadar gula dalam tubuh

(hyperglikemia) yang ditandai dengan yang ditandai oleh tidak adanya insulin secara

nyata atau insensitivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2001)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit, dimana tubuh tidak mempunyai

kemampuan untuk mengendalikan kadar gula (glukosa) dalam darahnya (Yunia,

2007)

Menurut Smeltzer et al, 2010; ADA, 2013,Diabetes melitus (DM) adalah

penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai dengan meningkatnya kadar

glukosa darah sebagai akibat dari adanya gangguan penggunaan insulin, Pengeluaran

insulin, atau keduanya.

Insulin adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam

proses metabolisme glukosa. Saat insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya maka

terjadi penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau hiperglikemia.(Price & Wilson,

2006)

Diabetes Melitus (DM) atau yang disebut juga kencing manis Adalah penyakit

yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan

8
pengeluaran (sekresi) insulin. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing

manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang diproduksi bercampur

zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda

gejala awal penyakit Diabetes Mellitus.(http://www.testimonialfirmax3.com 2017)

b. Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebab diabetes melitus (Yunia, 2007) adalah:

1) Kelainan Genetika

Diabetes merupakan penyakit keturunan dikarenakan kelainan gen yang

mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik, dimana gen

tersebut dapat menurun dari silsilah keluarga yang mengidap Diabetes Mellitus.

a) Usia

Memasuki usia 40 tahun manusia pada umumnya mengalami perubahan

fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat. Terutama setelah memasuki

usia 45 tahun Diabetes sering muncul terutama pada mereka yang berat

badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

b) Gaya hidup stres

Stres yang berkepanjangan yang cenderung membuat seseorang mencari

makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar

lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk

meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka

yang berisiko kena diabetes.

9
c) Pola makan yang salah

Kekurangan gizi dan kelebihan kelebihan berat badan dapat

meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak

pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja

insulin (retensi insulin).

Pada masa kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa pada

keadaan kurang gizi akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin

kemungkinan terjadi karena ibunya merokok atau konsumsi alkohol selama

hamilnya.

Sebanyak 80% pasien penderita diabetes tipe II adalah mereka yang

tergolong gemuk. Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak,

tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga

cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan.

c. Macam –Macam Diabetes Mellitus

1) Insulin dependent diabetes mellitus (Diabetes tipe I)

Ciri-cirinya antara lain:

- Terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (< 30 tahun)

- Biasanya bertubuh kurus saat didiagnosis dengan penurunan berat badan

yang baru saja terjadi

- Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup

- Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin

- Komplikasi akut hiperglikemia: ketoasidosis diabetik (Smeltzer dan

Bare, 2001)

10
2) Non insulin dependent diabetes mellitus (Diabetes tipe II)

Ciri-cirinya antara lain:

- Terjadi disegala usia, biasanya diatas 30 tahun

- Biasanya bertubuh gemuk pada saat didiagnosis

- Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin

- Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa

darahnya melalui penurunan berat badan

- Komplikasi akut: sindrom osmolar nonketotik (Smeltzer dan Bare, 2001)

3) Diabetes Gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang terjadi pada

masa kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar

glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan

diabetes memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat

melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa

depan.(Idf 2014)

4) Tipe diabetes lainnya

Diabetes mellitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena

adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen

serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan

dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Sindrom hormonal yang 14 dapat mengganggu sekresi dan menghambat

kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik.(ADA

2015)

11
d. Gejala Diabetes Melitus

Menurut Mansjoer (2001) manifestasi klinis dengan adanya gejala

1) Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)

2) Polidipsi (minum banyak)

3) Polifagi (rasa lapar yanmg semakin besar)

4) Lemas

5) Kesemutan

6) Berat badan menurun

7) Mata kabur

8) Impotensi pada pria

9) Pruritis (gatal ) pada vulva

10) Mengantuk (somnolen) yang terjadi beberapa hari atau minggu

e. Komplikasi Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes Mellitus bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka

akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang dapat menyerang penderita itu

sendiri ( komplikasi ) Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronik (Carpenito, 2004).

1) Komplikasi Akut yaitu komplikasi yang terjadi secara bersamaan dengan

terjadinya penyakit DM tersebut, komplikasi akut yang dapat terjadi

diantaranya ada 3 yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar

glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah

a) Diabetik Ketoasedosis (DKA)

12
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut

dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis

disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin

yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )

b) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan

DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN

(Smetzer, 2002 : 1262)

c) Hypoglikemia

Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)

terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60

mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau

preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit

(Smeltzer, 2002 : 1256)

2) Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua

pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati

Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu :

a) Mikrovaskuler( Peredaran darah di perifer)

(1) Penyakit Ginjal

13
Kebocoran protei darah pada urine disebabkan oleh mekanisme

filtrasi ginjal yang mengalami stres akibat dari perubahan struktur dan

fungsi (Smeltzer, 2002 : 1272)

(2) Penyakit Mata (Katarak)

Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan

sampai kebutaan. Hal ini disebabkan karena adanya pembengkakan lensa

ketika kadar glukosa dalam darah naik ( Brunner & Suddarth (2002)

P.1271)

(3) Neuropati

Adanya penebalan membran basis kapiler, terdapat pula adanya

demielinisasi saraf yang berhubungan dengan hiperglikemia

menyebabkan kemudahn sekelompok penyakit yang menyerang semua

saraf termasuk saraf perifer (sensorimotor ), saraf otonom dan spinal.

(Brunner & Suddarth (2002) p.1274)

b) Makrovaskuler ( Pembuluh darah besar )

(1) Penyakit Jantung Koroner

Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan

mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit

jantung koroner atau stroke. Penurunan kinerja jantung dan perubahan

struktur jantung merupakan efek dari penyakit Diabetes Mellitus.

(2) Penyakit Vaskuler Perifer

14
Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah besar pada

ekstermitas bawah. Tanda dan gejala penyakit ini adalah nyeri pada

pantat atau betis ketka berjalan.

(3) Penyakit Serebrovaskuler

Perubahan pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus

ditempat lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa

aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat

menimbulkan serangan iskemia sepintas dan stroke.(Brunner &

Suddarth,(2002) p.1268)

f. Penata Laksanaan Diabetes Melitus

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes Mellitus

menurut Smeltzer dan Bare (2002:1226) :

1) Diet

Pemberian dan diet nutrisi pada penderita diabetes ditujukan:

a) Memberikan semua unsur makanan penting (misalnya vitamin, mineral)

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c) Memenuhi kebutuhan energi

d) Mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara

yang aman dan praktis

e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

15
2) Latihan

Latihan termasuk olah raga sangat penting dilakukan dalam

penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa

darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.

3) Pemantauan Glukosa dan keton

Pasien dapat mengatur terapinya sendiri dengan melakukan pemantauan

kadar glukosa dalam darah untuk mengendalikan glukosa darah secara

optimal.

4) Terapi insulin

Terapi insulin dilakukan dengan penyuntikan insulin ke dalam jaringan

subkutan dengan spuit khusus insulin dengan sudut penyuntikan 45 atau 90

derajat.

5) Pendidikan

Informasi yang di berikan mencakup patofisiologi sederhana, cara-cara

terapi, pencegahan komplikasi dan informasi lainnya seputar Diabetes

Mellitus.

2. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Cemas merupakan sistem tubuh untuk melindungi diri dari ancaman yang

berhubungan dengan isolasi, kehilangan , gangguan identitas, hukuman dan

gangguan interpersonal.(Stuart 1998)

Kecemasan adalah tanggapan emosi tanpa obyek yang khusus yang secara

subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah

16
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang

tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya

(Suliswati, 2005)

Kecemasan adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai

berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial

atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. (Mansjoer, 1999)

b. Gejala Klinis Kecemasan

Menurut hawari (2002), gejala gejala yang merupakan keluhan yang dikemukakan

oleh penderita yang mengalami gangguan kecemasan yaitu :

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

4) Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan.

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan

perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

c. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

oleh individu, yaitu :

1) Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

17
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3) Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

orang yang mengalmi panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional.

d. Faktor – faktor yang mepengaruhi kecemasan

1) Faktor Predisposisi

Menurut suliswati (2005), adalah semua ketegangan hidup sebagai penyebab

timbulnya kecemasan:

a) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan

dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

18
b) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.

Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat

menimbulkan kecemasan pada individu.

c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir

secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena

pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons

individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan

neurotransmiter gamma amino-butrik acid (GABA) yang mengontrol aktivitas

neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan

2) Faktor Presiptasi

Menurut suliswati (2005), adalah semua ketegangan hidup sebagai pencetus

timbulnya kecemasan:

a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas

fisik yang meliputi :

19
(1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun

tubuh, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil)

(2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya

tempat tinggal.

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal:

(1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan

tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap

integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

(2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

e. Teori Kecemasan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan menurut stuart (2007)

antara lain :

1) Teori Psikoanalisis

Dalam pandangan pskoanalisis, cemas merupakan komplik emosional yang

terkjadi antara dua unsur elemen kepribadian yaitu Id dan superego. Id mewakili

dorongan dan impuls primitive seseorang sedangkan superego mencerminkan hato

nurani seseorang dan dikendalikan norma - norma budaya seseorang. Ego

berfungsi untuk menengahi tuntutan antara dua elemen yang bertentangan dan

cemas berfungsi meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Teori Interpersonal

20
Dalam pandangan interpersonal cemas timbul dari perasaan takut terhadap

penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan trauma yang

menyebabkan kelemahan khusus (spesifik) seperti perpisahan dan kehilangan.

Orang dengan konsep diri rendah akan mudah mengalami perkembangan

kecemasan berat.

3) Teori Perilaku

Cemas merupakan hasil dari frustasi yaitu gejala sesuatu yang menggangu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori Keluarga

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemukan dalam keluarga yang merupakan

manifestasi dari gangguan antara kecemasan dan depresi

5) Teori Biologi

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini memicu

cemas. Penghambat asam aminobuitrik-gama (GABA) juga memainkanan peran

dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan, seperti halnya

dengan endorphin. Selain itu juga elah dibuktikan dengan kesehatan umum

seseorang memepunyai akibat predisposisi terhadap cemas

f. Rentang Respon Kecemasan

21
Respon Kecemasan

Menurut Videbeck (2008) respon kecemasan pada setiap tingkatan kecemasan adalah

sebagai berikut :

1) Respon kecemasan tingkat ringan

(a) Respon Fisik

(1) Ketegangan otot ringan

(2) Sadar akan lingkungan

(3) Rileks atau sedikit gelisah

(4) Penuh perhatian

(5) Rajin

(b) Respon Kognitif

(1) Lapang dengan persepsi Luas

(2) Terlihat tenang, percaya diri

(3) Perasaan sedikit gagal

(4) Waspada dan memperhatikan banyak hal

(5) Mempertimbangkan informasi

(6) Tingkat pembelajaran optimal

(c) Respons emosional

22
(1) Perilaku otomatis

(2) Sedikit tidak sadar

(3) Aktivitas menyendiri

(4) Terstimulasi

(5) Tenang

2) Respon kecemas Tingkat Sedang

(a) Respon fisik

(1) Ketegangan otot sedang

(2) Tanda-tanda vital meningkat

(3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

(4) Sering mondar-mandir, memukul tangan

(5) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi

(6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

(7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

(b) Respons kognitit

(1) Lapang persepsi menurun

(2) Tidak perhatian secara selektif

(3) Fokus terhadap stimulus meningkat

(4) Rentang perhatian menurun

(5) Penyelesaian masalah menurun

(6) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

(c) Respons emosional

(1) Tidak nyaman

23
(2) Mudah tersinggung

(3) Kepercayaan diri goyah

(4) Tidak sabar

(5) Gembira

3) Respon Kecemasan Tingkat Berat

(a) Respons fisik

(1) Ketegangan otot berat

(2) Hiperventilasi

(3) Kontak mata buruk

(4) Pengeluaran keringat meningkat

(5) Bicara cepat, nada suara tinggi

(6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

(7) Rahang menegang, mengertakan gigi

(8) Mondar-mandir, berteriak

(9) Meremas tangan, gemetar

(b) Respons kognitif

(1) Lapang persepsi terbatas

(2) Proses berpikir terpecah-pecah

(3) Sulit berpikir

(4) Penyelesaian masalah buruk

(5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

(6) Hanya memerhatikan ancaman

(7) Preokupasi dengan pikiran sendiri

24
(8) Egosentris

(c) Respons emosional

(1) Sangat cemas

(2) Agitasi

(3) Takut

(4) Bingung

(5) Merasa tidak adekuat

(6) Menarik diri

(7) Penyangkalan

(8) Ingin bebas

4) Respons Panik

a) Respon Fisik

(1) Flight, fight, atau freeze

(2) Ketegangan otot sangat berat

(3) Agitasi motorik kasar

(4) Pupil dilatasi

(5) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

(6) Tidak dapat tidur

b) Respon Kognitif

(1) Persepsi sangat sempit

(2) Pikiran tidak logis, terganggu

(3) Kepribadian kacau

(4) Tidak dapat menyelesaikan masalah

25
(5) Fokus pada pikiran sendiri

(6) Tidak rasional

(7) Sulit memahami stimulus eksternal

(8) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

c) Respon Emosional

(1) Merasa terbebani

(2) Merasa tidak mampu, tidak berdaya

(3) Lepas kendali

(4) Mengamuk, putus asa

(5) Marah, sangat takut

(6) Mengharapkan hasil yang buruk

(7) Kaget, takut

(8) Lelah

g. Sumber Koping

Menurut Suliswati (2005), penanggulangan stress dan kecemasan pada individu

dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan social,

interpersonal dan intrapersonal. Diantaranya asset ekonomi, kemampuan memecahkan

masalah, dukungan social budaya yang diyakini. Dengan gabungan sumber sumber

koping tersenut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif

h. Mekanisme Koping

Untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik menurut Suliswati (2005),

mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, antara lain :

1) Task Oriented Reaction (reaksi yang berorientasi pada tugas)

26
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba

menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk

mengatasi masalah

a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan

pemenuhan masalah

b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologi untuk

memindahkan seseorang dengan sumber stress

c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,

mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang

2) Ego Oriented Reaction (reaksi yang berorientasi pada ego). Koping ini tidak selalu

sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk

melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya

mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk

menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak

adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan

klien.

b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya

terhadap disorganisasi kepribadian.

c) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan

klien.

d) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

i. Penatalaksanaan Ansietas

27
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan

terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.

Selengkpanya seperti pada uraian berikut:

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a) Makan makan yang bergizi dan seimbang.

b) Tidur yang cukup.

c) Cukup olahraga.

d) Tidak merokok.

e) Tidak meminum minuman keras.

2) Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai

obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter

(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi

psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu

seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,

meprobamate dan alprazolam.

3) Terapi somatik.

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan

atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang

ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

28
4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta percaya diri.

b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila

dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak

mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar

faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga

dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

5) Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan

yang merupakan stressor psikososial.

j. Asuhan Keperawatan kecemasan

1) Pengkajian

29
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui

gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut

Stuart dan Sundeen (1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami

kecemasan adalah sebagai berikut :

a) Perilaku

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis

dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau

mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.

b) Faktor predisposisi

c) Faktor presipitasi

d) Sumber koping

e) Mekanisme koping

2) Diagnosa Keperawatan

Kecemasan termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North

American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang

berhubungan :

a) Terpapar racun

b) Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.

c) Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.

d) Kebutuhan tidak terpenuhi

e) Transmisi interpersonal

f) Krisis situasional atau maturasional

g) Ancaman kematian

30
h) Ancaman terhadap konsep diri

i) Stress

j) Substance abuse

k) Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi.

l) Fungsi peran

m) Lingkungan status ekonomi

Sedangkan menurut Suliswati (2005), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

pada klien dengan kecemasan adalah :

a) Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal

mengambil keputusan.

b) Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan

c) Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial.

d) Ketidakefektifan koping individu berhubung dengan kematian saudara.

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016), kecemasan terjadi

berkaitan dengan kondisi klinis sebagai berikut :

a) Penyakit Kronis progresif

b) Penyakit akut

c) Hospitalisasi

d) Rencana Operasi

e) Kondisi diagnosis yang belum jelas

f) Penyakit neurologis

g) Tahap Tumbuh kembang.(PPNI 2016)

3) Intervensi

31
Untuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC

(Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification),

adapun NOC dan NIC untuk ansietas, adalah sebagai berikut:

a) NOC (Nursing Outcome Classification)

Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol

dan mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :

(1) Kontrol Kecemasan, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-

kadang, sering, konsisten), dengan indikator :

(a) Monitor intensitas kecemasan

(b) Menyikirkan tanda kecemasan

(c) Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan

(d) Merencanakan strategi koping

(e) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

(f) Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas

(g) Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dan kecemasan

(h) Tidak adaa manifestasi perilaku kecemasan

(2) Koping, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,

konsisten), dengan indikator :

(a) Menunjukkan fleksibilitas peran

(b) Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya

(c) Melibatkan angoota keluarga dalam membuat keputusan

(d) Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional

(e) Menunjukkan strategi penurunan stress

32
b) NIC (Nursing Intervensi Classification)

Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas,

terdiri dari penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian

berikut :

(1) Penurunan kecemasan

(a) Tenangkan klien

(b) Berusaha memahami keadaan klien

(c) Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan

(d) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

(e) Gunakan pendekatan dan sentuhan

(f) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takut

(g) Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan

(h) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas

(i) Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang teapi

(j) Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan

(k) Intruksikan kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

(l) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

(2) Peningkatan koping

(a) Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

(b) Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi

(c) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan

(d) Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis

(e) Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

33
(f) Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

(g) Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

(h) Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi

keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran.

4) Evaluasi

a) Menyebutkan penyebab kecemasan

b) Menyebutkan situasi yang menyertai kecemasan

c) Menyebutkan perilaku terkait kecemasan

d) Melakukan teknik pengalihan situasi, yaitu tarik nafas dalam, relaksasi otot dan

teknik lima jari.(Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati 2014)

k. Alat ukur kecemasan

Alat ukur kecemasan menggunakan Hars-A (Hamilton Rating Scale For

Anxiety), yang terdiri dari 14 kelompok gejala dimana masing masing kelompok

gejala diberi nilai 0 – 4. Adapun komponennya adalah :

1) Perasaan cemas

a) Firasat Buruk

b) Takut akan pikiran sendiri

c) Mudah tersinggung

2) Ketegangan

a) Merasa kaku

b) Lesu

c) Mudah terkejut

d) Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

34
e) Mudah menangis

f) Gemetar

g) Gelisah

3) Ketakutan

a) Pada gelap

b) Ditinggal sendiri

c) Pada orang asing

d) Pada binatang besar

e) Pada keramaian lalulintas

f) Pada kerumunan banyak orang

4) Gangguan tidur

a) Sukar mulai tidur

b) Terbangun malam hari

c) Tidak pulas

d) Mimpi buruk

5) Gangguan kecerdasan

a) Daya ingat buruk

b) Sulit berkonsentrasi

c) Sering bingung

6) Perasaan depresi

a) Kehilangan minat

b) Sedih

c) Bangundini hari

35
d) Berkurang kesukaan pada hobi

e) Perasaan berubah – ubah spanjang hari

7) Gejala somatik

a) Nyeri otot

b) Kaku

c) Kedutan otot

d) Gigi gemertak

e) Suara tidak stabil

8) Gejala sensorik

a) Telinga berdengung

b) Penglihatan kabur

c) Muka merah dan pucat

d) Merasa lemah

e) Perasaan ditusuk – tusuk

9) Gejala kardiovaskuler

a) Denyut nadi cepat

b) Berdebar debar

c) Nyeri dada

d) Denyut nadi mengeras

e) Rasa lemas seperti mau pingsan

f) Detak jantung hilang sekejap

10) Gejala pernafasan

a) Rasa tertekan di dada

36
b) Perasaan tercekik

c) Merasa nafas pendek / sesak

d) Sering nafa panjang

11) Gejala gastrointestinal

a) Sulit menelan

b) Mual muntah

c) Berat badan menurun

d) Konstipasi

e) Perut melilit

f) Gangguan pencernaan

g) Nyri lambung sebelum / sesudah makan

h) Rasa panas di perut

i) Perut terasa kembung

12) Gejala urogenital

a) Sering kencing

b) Amenorhoe / menstruasi tidak teratur

c) Frigiditas

13) Gejala vegetative / otonom

a) Mulut kering

b) Muka kering

c) Mudah berkeringat

d) Pusing / sakit kepala

e) Bulu roma berdiri

37
14) Perilaku sewaktu wawancara

a) Gelisah, jari-jari gemetar

b) Mengkerutkan dahi atau kening

c) Muka tegang

d) Tonus otot meningkat

e) Napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

 0 = tidak ada gejala sama sekali

 1 = Satu dari gejala yang ada

 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan

hasil:

1) Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

3) Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

4) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.(Nursalam 2003)

3. Kecemasan Pada Pasien Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik

38
atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal

yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat

individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.(Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK,

Hanik Endang Nihayati 2014)

Jika seseorang penderita diabetes mellitus tidak berhasil mengontrol dirinya

sendiri untuk mengatasi kecemasannya dan respons emosionalnya terhadap

kecemasan tersebut berkepanjangan dan berlarut-larut sampai mempengaruhi

stabilitas emosionalnya, maka disini perlu bantuan psikolog untuk memberikan psiko

terapi yang terakhir sebagai umat Tuhan hendaknya senantiasa berdoa agar dapat

mengatasi kondisi yang terjadi (Soetrismo,1998).

b. Etiologi

Diabetes mellitus menjadi penyebab utama dari kebutaan dan gangguan

pengelihatan pada orang dewasa. Di masyarakat maju, penyebab terbanyak dari

pemotongan (amputasi) kaki bagian bawah. Komplikasi pada diabetes mellitus sering

pula merupakan dari penyakit-penyakit lain yaitu jantung, ginjal, tekanan darah

tinggi, kolesterol, dan lain-lain. Komplikasi diabetes dapat menyerang seluruh tubuh,

mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, termasuk semua alat tubuh di dalamnya.

Akibat-akibat tersebut di atas secara langsung membebani, mempengaruhi pikiran

dan membuat perasaan penderita menjadi cemas akan masa depan dirinya serta

keluarganya. (Askandar, 1998).

c. Cara Mengatasi Kecemasan pada Pasien Diabetes Melitus

39
Seseorang tidak akan mungkin terhindar sama sekali dari sumber kecemasan,

oleh karena itu cara yang terbaik adalah belajar bagaimana mengatasi kejadian cemas

tersebut, yaitu dengan :

1) Kelompok pertemuan diabetes mellitus

Dalam pertemuan kelompok diabetes mellitus, orang lain yang pernah

mengalami kejadian yang serupa cenderung lebih dapat mengerti sehingga kita

dapat lebih mudah mengutarakan perasaan kita. Mengutarakan perasaan kepada

seseorang mempunyai banyak keuntungan untuk meredakan kecemasan. Dengan

mengikuti pertemuan kelompok diabetes mellitus secara rutin akan dapat lebih

mudah mengurangi kecemasan.

2) Meditasi

Meditasi adalah melakukan suatu tindakan pemusatan fikiran. Dapat pula

melalui pengaturan perasaan atau dengan mendengarkan musik yang beralun

tenang. Tujuannya adalah untuk melepaskan perasaan dan segala fikiran yang

menekan sehingga kita bisa menjadi rileks.

3) Olah raga

Olah raga yang teratur dapat melemaskan otot-otot yang kejang yang

ditimbulkan karena kecemasan.

4) Hobby

Menyalurkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, misalnya membaca,

melukis, dan lain-lain. Karena dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang

menyenangkan dapat mengurangi beban perasan yang menekan.

5) Rational dan Positif Thinking

40
Upayakan selalu berfikir pada hal-hal yang baik dan masuk akal, karena dapat

membantu mengurangi stes.

6) Auto-suggestion

Meningkatkan keyakinan diri, menambah kepercayaan pada diri sendiri,

membesarkan hati untuk menerima kenyataan sehingga tidak berlaut-larut dalam

perasaan stres (Soetrismo, 1998).

d. Dampak Psikologis pada Penderita Diabetes Melitus

Dari persepsi dan observasi orang-orang dim sekitarnya, penderita diabetes

melitus tampak pucat, terkesan malas, mudah lelah, kurang bergairah dan cepat

mengantuk ada kalanya tampak seolah seperti mabuk, ada pula yang tidak terkontrol

menjadi orang yang mudah tersinggung bahkan cenderung agresif. Bebrapa ada pula

yang menjadi mudah menangis dan depresif. Hal-hal emosional ini dapat timbul

karena penderita belum atau tidak siap untuk menerima kenyataan bahwa penderita

dinyatakan sebagai penderita diabetes mellitus. (Soetrismo, 1998).

41
BAB III

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

PENDERITA DIABETES MELITUS

Faktor Predisposisi

Faktor Presipitasi KECEMASAN

Mekanisme Koping

CEMAS CEMAS CEMAS BERAT


RINGAN SEDANG

42
2. Definisi Variabel

a. Variabel Bebas

Diabetes Melitus (DM) atau yang disebut juga kencing manis Adalah penyakit

yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan

pengeluaran (sekresi) insulin. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi

kencing manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang diproduksi

bercampur zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat

menjadi tanda-tanda gejala awal penyakit Diabetes Mellitus

b. Variabel Terikat

Kecemasan adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai

berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi

sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien

43
BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

metode deskriptif non analitik tanpa melakukan intervensi, sedang dari segi waktu

bersifat crossectional yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran variable pada

suatu saat.(Notoatmojo, 2003)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah UPT Puskesmas

Kintamani IV dengan pertimbangan :

a. Jumlah Pasien Diabetes Melitus yang rawat jalam di UPT Puskesmas Kintamani

IV pada tahun 2016 sebanyak 21 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 29 kasus.

b. Penulis bekerja di UPT Puskesmas Kintamani IV

Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari 2018

3. Subyek Penelitian

a. Populasi

Penelitian dilakukan pada seluruh penderita Diabetes Melitus yang melakukan rawat

jalan di UPT Puskesmas Kintamani IVsebanyak orang

b. Sampel

44
Yang juga mempunyai kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

a) Semua penderita yang melakukan rawat jalan dan telah didiagnosa oleh

dokter sebagai penderita Diabetes Mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV

b) Semua Penderita yang telah melakukan rawat inap di rumah sakit dan telah

pulang dari rumah sakit serta melakukan perawatan di rumah

c) Semua penderita yang telah menderita Diabetes Mellitus lebih dari 3 tahun

yang mempunyai komplikasi akut maupun kronis

2) Kriteria Eklusi

Semua penderita yang mengalami ketidaknyamanan, penurunan kesadaran,

sehingga responden tidak bisa melanjutkan penelitian

4. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menajdi fokus penelitian adalah tingkat kecemasan pada

penderita Diabetes Mellitus

a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

45
c. Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

d. Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

orang yang mengalmi panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional.

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rekam medis penderita dan melakukan

teknik wawancara kepada penderita Diabetes Mellitus dengan menggunakan bantuan

kuisioner, alat tulis serta pengolahan data dengan menggunakan Komputer. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data identitas responden

b. Data Jumlah Pasien yang mengalami kecemasan

c. Data tentang gejala – gejala kecemasan penderita dengan menggunakan metode

Hars-A

Cara pengumpulan data :

46
a. Data Identitas respondes : nama , umur , jenis kelamin, pekerjaan, alamat diperoleh

dengan wawancara

b. Data tentang jumlah panderita DM yang mengalami kecemasan dengan teknik

wawancara lansung dengan alat bantu kuisisoner

c. Data tentang gejala – gejala kecemasan dengan wawancara melalui kuisioner

6. Metode Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Seluruh data

diolah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif

a. Reduksi Data

Mereduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk

data yang di peroleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan di analisis

(Herdiansyah, 2014). Data hasil wawancara yang tekumpul dalam bentuk catatan

lapangan di jadikan satu dalam bentuk transkip dan di kelompokan menjadi data

subjektif dan objektif, di analisis berdasarkan hasil wawancara dengan kuisioner.

b. Penyajian Data

Setelah di lakukan pengumpulan data, dan mereduksi data selanjutnya di

lakukan penyajian data dengan menggunakan tabel dan teks naratif. Kerahasiaan dari

klien di jamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden (Milles dan

Huberman 1992)

1) Data identitas responden disajikan dalam bentuk table

2) Data tentang jumlah pasien dalam bentuk deskriptif

47
3) Data tentang gejala disajikan dalam bentuk deskriptif dengan menjumlahkan nilai

yang dipilh oleh responden

a) > 6 tidak ada kecemasan

b) 6 – 15 kecemasan ringan

c) 15 – 27 kecemasan sedang

d) > 27 kecemasan berat

c. Verifikasi Data

Proses verifikasi data untuk meyakinkan peneliti terhadap mutu data yang akan

diolah. Secanggih apapun teknik statistik yang digunakan bila datanya tidak bermutu,

maka hasil olahannya tidak akan bermutu. data di bahas dan di bandingan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan penarikan

kesimpulan di lakukan dengan metode induksi(Emzir 2012)

7. Etika

a. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, klien diberi penjelasan tentang

tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Apabila klien bersedia untuk diteliti

maka klien harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika klien

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap

menghormatinya.

b. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan klien, peneliti tidak mecantumkan nama klien dalam

pengolahan data penelitian. Peneliti akan menggunakan nomor atau kode klien.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

48
Informasi yang diberikan oleh klien serta semua data yamg terkumpul dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti. (Nursalam, 2003)

49

Anda mungkin juga menyukai