Segala puji dan syukur kelompok panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Hipertiroidisme”.
Makalah dengan judul “Hipertiroidisme” ini dibuat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada kegiatan belajar mengajar Tk. III
Semester V.
1. Nurseha Djafar, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
2. Teman-teman kelompok yang sudah membantu dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
Akhirnya kelompok berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan.
Penulis
Kelompok
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertiroid di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid
dapat disebabkan beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%)
Hipertiroid dapat terjadi di daerah endemik maupun cukup yodium,
sehingga masyarakat yang mengalami hipertiroid ini memerlukan
perawatan dan pengobatan yang baik. Hipertiroid lebih banyak pada
wanita dibandingkan pria dengan rasio 1:5, dan banyak terjadi di usia
pertengahan. Beberapa kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya
masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak
per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan 3/100.000
anak per tahun pada usia remaja . Hipertiroid menyebabkan kelainan pada
banyak organ salah satunya pada sistem kardiovaskular. Beberapa studi
dan penelitian mengemukakan bahwa terjadi atrial fibrilasi 33 dari 47%
pasien dengan umur lebih dari 60 tahun. Serta kurang dari 1% kasus
serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan penelitian yang
dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan hipertiroid
288 kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik,
diantaranya mengalami gagal jantung, diantaranya berusia > 50 tahun.
Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang
ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan
metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks
pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika
kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari
kebutuhan tubuh.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi hipertiroid
2. Untuk mengetahui etiologi hipertiroid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis
4. Untuk mengetahui klasifikasi hipertiroid
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipertiroid
3
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertiroid
7. Untuk mengetahui askep hipertiroid
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipertiroid
2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipertiroid
3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit
Hipertiroid
4) Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan penyakit
Hipertiroid
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan
dan metabolic lewat kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu
tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). Defisiensi atau kelebihan relative
hormone tiroid dapat memberikan dapat memberikan manifestasi klinis
melalui perubahan pada energy, berat badan, toleransi suhu, fungsi GI, dan
kualitas rambut atau kulit. Sel-sel parafolikular (C) kelenjar tiroid
memproduksi kalsitonin, suatu hormone yang menurunkan kadar kalsium
serum, namun demikian hormone ini tidak memainkan peranan yang
signifikan dalam metabolism kalsium pada manusia. (Tao. L dan Kendall.
K, 2013)
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon
tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah
yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan
tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. (Black,2009)
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi
berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid
hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan
terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan
(Price & Wilson:337)
B. ETIOLOGI
Etiologi menurut Corwin,elizabeth, J (2001), beberapa penyakit yang
menyebabkan hipertiroid sebagai berikut:
1. Penyakit Graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit
yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibodi
yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang mendekati
sel-sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk
membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya
5
hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata
melotot).
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat,
bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule
atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon
tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium
dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum
obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang
banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut
tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan
ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Corwin,elizabeth, J.(2001) sebagai berikut :
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-
15 kali lebih besar dari pada normal.
6
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah
antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan
efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan
produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat
menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan
pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan
protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta
adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan cardiac
output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon terhadap sekresi
dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad, sehingga
pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam
fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan
libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
7
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah
satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang
terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Corwin,elizabeth, J (2001) sebagai berikut :
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen
otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15 mmHg.
2. Sistem pernafasan: pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek,
penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan: retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal: meningkatnya peristaltik usus, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, muntah dan
kram abdomen.
5. Sistem integumen: berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah
hangat, tidak toleran terhadap panas.
6. Sistem endokrin: biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
7. Sistem saraf: meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup
gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan
emosional.
8. Sistem reproduksi: amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur.
9. Eksoftalmus: yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti
mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat
kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini
mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol
keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam
menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau
kelainan kornea.
8
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Bare & Suzanne, (2002) sebagai berikut :
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Obat anti tiroid: Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejala-gejala hipotiroidisme.
2. Surgical
a. Radioaktif iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif.
b. Tiroidektomi
Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.
3. Terapi
a. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya:
propil tio urasil (PTU), karbimazol.
b. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih
atau pasien yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
c. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil
(trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan
dalam waktu 1 tahun.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Bare & Suzanne, (2002) sebagai berikut:
1. Eksoftalmus
9
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme
yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan
pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon
tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk
menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers
diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total,
dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan
T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun
secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang
akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan
kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan
teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4 terikat terutama
dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya
terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini
juga akan mengubah kadar T4
10
c. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
d. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan
TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4
tidak dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga
puluh menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena,
sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan,
kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena
dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual,
atau keinginan untuk buang air kecil
e. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N:
titer < 1 : 100)
f. Ambilan Iodium Radioaktif
g. Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid
dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.
h. Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya.
Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan
memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan
mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada
sebagian pasien).
2. CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid.
Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjat tiroid. Normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang diberikan setelah 24 jam. Pada
pasien hipertiroid akan meningkat
3. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan
kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering
disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan
11
kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih
kecil.
4. EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T
12
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
13
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
14
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
kebutuhan energi.
C. INTERVENSI
15
- Penurunan tekanan kesadaran Monitor adanya dyspneu,
vena central fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan
- Penurunan tekanan
stress
arteri paru Vital Sign Monitoring
- Edema, keletihan Monitor TD, nadi, suhu, dan
- Distensi vena jugular. RR
Catat adanya fluktuasi
- Murmur
tekanan darah
- Peningkatan berat Monitor TD saat pasien
badan berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
Perubahan Afterload
lengan dan bandingkan
- Kulit lembab Monitor TD, nadi, RR,
- Penurunan nadi perifer sebelum, selama, dan setelah
- Penurunan resistansi aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
vascular paru
Monitor bunyi jantung
- Dispnea Monitor frekuensi dan irama
- Oliguria pernapasan
Monitor suara paru
- Perubahan warna kulit
Monitor pola pernapasan
- Variasi pada abnormal
pembacaaan TD. Monitor suhu, warna, dan
Perubahan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Kontraktilitas
Monitor adanya cushing triad
- Batuk. (tekanan nadi yang melebar,
- Penurunan indeks bradikardi, peningkatan
sistolik)
jantung
Identifikasi penyebab dari
- Penurunan fraksi ejeksi perubahan vital sign
- Ortopnea
- Dispnea paroksismal
nokturnal
- Penurunan stroke
volume index
- Bunyi S3, bunyi S4
Perilaku/emosi:
Ansietas, gelisah
16
Faktor yang
berhubungan :
Perubahan afterload
Perubahan
kontraktilitas
Perubahan frekuensi
jantung
Perubahan preload
Perubahan irama
Perubahan volume
sekuncup
17
Lesu
Persepsi membutuhkan
energi tambahan untuk
menyelesaikan tugas
rutin
Mengatakan kurang
energi yang luar biasa
Mengatakan perasaan
lelah
Mengatakan tidak
mampu
mempertahankan
aktivitas fisik pada
tingkat yang biasanya
Faktor yang
berhubungan :
Psikologis
- Ansietas, depresi
- Mengatakan gaya
hidup membosankan,
stres.
Fisiologis
- Anemia, status penyakit
- Peningkatan kelemahan
fisik
- Malnutrisi, kondisi fisik
buruk
- Kehamilan, deprivasi
tidur.
Lingkungan
- Kelembapan, suhu,
cahaya, kebisingan
18
Situasional
- Peristiwa hidup negatif
- Pekerjaan
19
pengunyah Monitor lingkungan selama
Kelemahan otot untuk makan
Jadwalkan pengobatan dan
menelan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
4 Ansietas NOC : NIC :
Definisi : perasaan tidak Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
nyaman atau kekhawatiran Coping kecemasan)
yang samar disertai respons Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang
autonom Klien mampu menenangkan
Batasan Karakteristik : mengidentifikasi Nyatakan dengan jelas harapan
Penurunan produktivitas dan terhadap perilaku pasien
Gelisah mengungkapkan Jelaskan semua prosedur dan
Insomnia gejala cemas apa yang dirasakan selama
Rasa nyeri yang Mengidentifikasi, prosedur
meningkatkan mengungkapkan Temani pasien untuk
ketidakberdayaan dan menunjukkan memberikan keamanan dan
tehnik untuk mengurangi takut
mengontol cemas Berikan informasi faktual
Vital sign dalam mengenai diagnosis, tindakan
batas normal prognosis
Postur tubuh, Identifikasi tingkat kecemasan
ekspresi wajah, Bantu pasien mengenal situasi
bahasa tubuh dan yang menimbulkan kecemasan
tingkat aktivitas Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya ketakutan, persepsi
kecemasan Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk
20
mengurangi kecemasan
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
mengenai kondisi, prognosis Knowledge : Teaching : disease Process
dan kebutuhanpengobatan disease process Berikan penilaian tentang
berhubungan dengan tidak Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
mengenal sumber informasi. Behavior tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil : spesifik
Pasien dan Jelaskan patofisiologi dari
keluarga penyakit dan bagaimana hal
menyatakan ini berhubungan dengan
pemahaman anatomi dan fisiologi, dengan
tentang penyakit, cara yang tepat.
kondisi, prognosis Gambarkan tanda dan gejala
dan program yang biasa muncul pada
pengobatan penyakit, dengan cara yang
Pasien dan tepat
keluarga mampu Gambarkan proses penyakit,
melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara penyebab, dengna cara yang
benar tepat
Pasien dan Sediakan informasi pada
keluarga mampu pasien tentang kondisi, dengan
menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang Hindari harapan yang kosong
dijelaskan Sediakan bagi keluarga
perawat/tim informasi tentang kemajuan
kesehatan lainnya pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
21
cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
D. EVALUASI
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak,
disebut pituitari.Pada gilirannya,pituitari diatur sebagian oleh hormon
tiroid yang beredardalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid
pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut
hipothalamus,juga suatu bagian dari otak. Pengobatan hipertiroidisme
adalah membatasi produksi hormon tiroid yangberlebihan dengan cara
menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif,tiroidektomi subtotal).
B. SARAN
Dari penyakit ini, dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak
merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak
mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada
leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada
virus.
23
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,elizabeth, J.2001. Buku saku patofisiologi . Jakarta: EGC
Bare & Suzanne, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2 (Edisi
8). Jakarta:EGC
Marilynn E. Doengoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
24