Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH
PERENCANAAN INDUSTRI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

UTILITAS INDUSTRI TEH CELUP

Disusun oleh:
Kelompok 1/THP B

Ahmad Naufal Ramadhani 151710101053


Naedin Ratna Sari 151710101074
Taufik Aryo Hidayat 151710101104
Melly Putri Andika 151710101110
Oza Sastya Putri M. 151710101005

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Celup Indahsari merupakan perusahan yang bergerak dalam industri
pengolahan teh celup. Teh celup merupakan produk olahan teh yang dikemas di
dalam kemasan kantung (bag) yang terbuat dari filter paper (kantong kertas celup
dari bahan tissue dan tahan panas) (Kirwan, 2005). PT. Celup Indahsari berlokasi
di kota Malang,Jawa timur.
Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer penentuan lokasi antara lain kedekatan dengan bahan baku, sikap
masyarakat setempat, tenaga kerja, sarana utilitas yang memadai, sarana dan
prasarana transportasi yang memadai, dan kondisi suhu, tanah, RH dan curah
hujan yang cocok untuk budidaya tanaman teh. Faktor sekunder penentuan lokasi
antara lain adanya kemungkinan perluasan/pengembangan perusahaan serta biaya
investasi yang baik untuk perencanaan industri teh celup. Selain itu pemilihan
lokasi ini didasarkan dari penilain metode penilaian kualitatif subyektif dan
metode penilaian perbandingan biaya. Dari penilaian kedua metode tersebut kota
Malang memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten Lumajang
dan kabupaten Jember.
Kapasitas produksi industri teh celup PT. Celup Indahsari ini mencapai 2500
kg daun teh/ hari dengan hasil produksi 64.442 kemasan teh celup/hari dengan
setiap kemasan 8 gram/kemasannya. Sedangkan kapasitas produksinya per tahun
mencapai 750.000 kg dengan hasil produksi 19.332.600 kemasan teh celup/ tahun
dengan jumlah hari kerja sebanyak 300 hari.
Limbah pada industri PT. Celup Indahsari meliputi limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat industri teh celup berupa kotoran- kotoran berupa ranting pada
proses sortasi, daun teh sisa dari proses pelayuan, ampas teh dari proses
penggilingan, pengecilan ukuran, dan CTC, dan bubuk teh yang tersisa di sortasi
kering. Limbah cair teh celup berasal dari proses pencucian pencucian mesin dan
alat produksi. Limbah padat diolah menjadi pupuk kompos, pakan ternak dan
limbah cair yang berupa sisa air dari proses pencucian alat dan mesin dapat diolah
lebih lanjut dengan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui utilitas atau unit
pendukung proses dalam industri teh celup milik PT. Celup Indahsari.
BAB 2. ISI

2.1 Alur Produksi Industri Teh Celup


Alur produksi industri teh celup berawal dari pemetikan daun teh segar
hingga dikemas dalam tea bag dan dimasukkan ke kardus untuk memudahkan
pendistribusian ke konsumen. Adapun alur produksi industri teh celup ialah
sebagai berikut:

Daun
teh Pucuk teh layu
Pemetikan
Pengecilan ukuran
Pengumpulan
Pengkondisian
Penimbangan
CTC (crushing, tearring, curling)

Pengangkutan ke pabrik
Bubuk teh basah
Ka : 68-76%
Penimbangan ulang
Oksidasi enzimatis (fermentasi)
Pengangkutan menggunakan monorail 18-24oC,RH 90-98%, 60-120 menit,
ketebalan 6-10 cm

Daun teh
Kair 80% Pengeringan
udara masuk : 110-120oC, udara keluar : 85-
90oC, Lama:18-24 menit
Pelayuan
Suhu 22oC, 12-18 jam, RH 70%
Bubuk teh kering
Ka : 2.5 – 3.5%
Pucuk teh layu (Ka : 68-76 %)
Sortasi kering (24oC, RH 70%)
Sortasi Kotoran

Teh kering (Ka: 3.5-4.5%)


Sortasi

Pengemasan dalam tea bag

Gambar 1. Alur produksi industri teh celup (Putratama, 2009) dengan modifikasi
2.2 Utilitas
2.2.1 Unit Pengadaan Listrik
Unit pengadaan listrik berfungsi untuk menyediakan listrik untuk
keperluan seluruh area pabrik berasalkan dari PLN (Perusahaan Listrik Negara)
dan sebagai sumber listrik cadangan disediakan generator. Hal tersebut dilakukan
untuk mengantisipasi apabila pasokan listrik dari PLN mengalami gangguan
sehingga proses produksi di industri tetap berjalan normal. Adapun kebutuhan
listrik dalam industri teh celup sebagai berikut:
Tabel 1. Kebutuhan listrik industri teh celup
Jumlah Waktu Total
Daya
No. Lokasi Keterangan pemakaian daya
(W)
(jam) (kWh)
Gapura
1. masuk Lampu 2 85 12 2.04
perusahaan
2. Pos satpam Lampu 2 15 12 0.36
3. Parkiran Lampu 2 85 12 2.04
4. Masjid Lampu 6 20 12 1.44
5. Taman Lampu 2 85 12 2.04
Kantor
6. Lampu 15 20 12 3.60
pusat
Komputer dsb 2 520 6 6.24
Lab.
7. Lampu 2 20 10 0.40
pengujian
8. Kantin Lampu 3 20 4 0.24
9. Koperasi Lampu 5 20 10 1.00
10. Ruang produksi
Lampu 20 20 18 7.20
Pelayuan 2 7.5 kW 18 270
Sortasi 1 1.1 kW 5 5.50
Pengecilan
1 15 kW 3 45
ukuran
Pengkondisian 1 12 kW 4 48
CTC 1 18 kW 3 54
Fermentasi 1 1.5 kW 5 7.5
Sortasi kering 1 1.2 kW 5 6.0
Pengemasan 3 1.8 kW 9 48.6
11. Gudang Lampu 2 85 5 0.85
12. Pompa air Pompa 1 1.5 kW 5 7.5
Total 519.55
2.2.2 Unit Pengadaan Air
Industri teh celup dapat menggunakan air berasal dari sumur bor yang
berada didalam kawasan pabrik. Air diidentifikasi setiap satu bulan sekali yang
dikontrol melalui adanya kandungan mikroba dan unsur kimia yang berbahaya
dalam air tersebut. Air dari sumur bor diolah terlebih dahulu yang terdiri dari dua
tahap sebagai berikut:
- Tahap pertama adalah eksternal water treatment yaitu pengolahan air
hingga dapat digunakan untuk pabrik, kantor dan keperluan umum.
- Tahap kedua adalah internal water treatment yaitu pengolahan air hingga
dapat digunakan untuk boiler.
Air untuk keperluan umum adalah air yang dibutuhkan untuk sarana dalam
pemenuhan kebutuhan pegawai seperti untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan
untuk kebutuhan kantor lainnya, serta kebutuhan rumah tangga. Air sanitasi
diperlukan untuk pencucian atau pembersihan peralatan pabrik, utilitas,
laboratorium dan lainnya. Beberapa persyaratan untuk air keperluan umum dan
sanitasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)
o
4. Suhu C suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 (2017)
Terdapat parameter parameter biologi yang juga wajib diperiksa untuk keperluan
higiene sanitasi yang meliputi total coliform dan escherichia coli dengan
satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml sampel air memiliki standar tertentu
yang terdapat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
Wajib (kadar maksimum)
1. Total coliform CFU/100ml 50
2. E. coli CFU/100ml 0
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 (2017)
Selain parameter fisik dan biologi, parameter kimia juga perlu dilakukan
pemeriksaan untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib
dan 10 parameter tambahan. Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dan otoritas pelabuhan/bandar udara. Adapun parameter
kimia dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk
keperluan higiene sanitasi terdapat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
Wajib
1. pH mg/l 6,5-8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik (KMNO4) mg/l 10
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 (2017)
2.2.3 Unit Pengadaan Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan salah satu hal penting untuk menjalankan
peralatab dan mesin mesin yang digunakan pra proses hingga setelah proses
pengolahan pada suatu industry. Bahan bakar pada setiap mesin atau peralatan
bias saja berbeda beda tergantung kebutuhan atau jenis bahan bakar yang
dibutuhkan pada setiap alat atau mesin. Seperti pada pabrik pengolahan the celup
terdapat beberapa alat dan mesin hingga alat transportasi yang membutuhkan
bahan bakar agar dapat beroperasi. Pemilihan jenis bahan bakar didasarkan pada
beberapa pertimabangan yaitu bahan bakar mudah didapatkan, tersedia secara
kontinyu, mudah dalam penyimpanannya. Berikut beberapa peralatan atau mesin
yang membutuhkan bahan bakar.
1. Truk pengangkutan dari kebun the ke pabrik
 Jenis bahan bakar : solar
 Heating Value : 19 448 Btu/ lb
 Effisiensi : 80%
 Kebutuhan : kurang lebih 10 liter/hari.
2. Alat pelayuan (Heat Exchanger)
Bahan bakar yang digunakan adalah IDO (Internasional Diesel Oil)
Prinsip kerja alat ini adalah pembakaran bahan bakar (IDO) dengan burner
yang akan menghasilkan panas yang akan mengenai plat-plat di ruang
pembakaran. Kemudian energi panas akan memanaskan udara di
dalamnya. Udara panas ini dihisap oleh kipas dan dialirkan menuju palung
pelayuan.
3. Alat dan mesin pengering
Jenis bahan bakar yang digunakan untuk proses pengeringan yaitu
IDO (Internasional Diesel oil) yang udara udara panas tersebut dihasilkan
karena udara luar yang dipanaskan menggunakan heat exchanger dan
disalurkan melalui pipa menuju pengering.

4. Distribusi produk
Produk jadi atau produk hasil dari pengolahan akan didistribusikan
kepada pasar menggunakan truk box dengan bahan bakar solar dengan
kebutuhan per hari mencapai 70 liter/hari.
2.2.4 Unit Pengolahan Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem tidak
dikelolah dengan baik. Limbah yang dapat dikonversikan ke produk lain,
misalnya limbah industri pangan. Limbah tersebut biasanya masih mengandung
serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral sehingga dapat
mengalami perubahan secara biologis dan dapat dikonversikan ke produk lain
seperti: energi, pangan, dan pakan (Mahida, 2010).
Limbah pada industri teh celup meliputi limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat industri teh celup berupa kotoran- kotoran berupa ranting pada
proses sortasi, daun teh sisa dari proses pelayuan dan pengerigan, ampas teh dari
proses penggilingan, pengecilan ukuran, dan CTC , dan bubuk teh yang tersisa di
peralatan, sedangkan limbah cair teh celup berasal dari proses pencucian
pencucian mesin dan alat produksi. Limbah padat yang berupa daun teh , ranting
teh dan bubuk teh dari pengolahan teh celup tersebut dapat diolah menjadi pupuk
kompos , dan limbah ampas teh dapat diolah menjadi pakan ternak. Sedangakan
limbah cair yang berupa sisa air dari proses pencucian alat dan mesin dapat diolah
lebih lanjut dengan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Berikut adalah proses- proses pengolahan limbah pengolahan teh celup :
1. Pengolahan limbah padat
a. Limbah padat sebagai pupuk kompos (daun teh sisa pelayuan dan
pengeringan, sisa bubuk teh yang jatuh dan yang terdapat pada peralatan ,
dan kotran berupa ranting daun pada proses sortasi).
Limbah padat industri teh ini biasanya digunakan dalam pembuatan
kompos yang merupakan pupuk alami yang sengaja ditambahkan untuk
mempercepat proses dekomposisi.Berdasarkan kebutuhan oksigen, teknologi
pengomposan dibagi menjadi pengomposan aerobik dan anaerobik. Pada
pengomposan aerobik, udara dapat membuat proses dekomposisi mikroorganisme
lebih cepat dan proses tidak menimbulkan bau. Namun pada proses pengomposan
anaerobik, oksigen tidak diperlukan sehingga proses pengomposan dapat
berlangsung lebih lama dan dapat menimbulkan bau yang kurang baik. Berikut
merupakan cara pembuatan pupuk dari limbah teh.
Limbah teh dapat dikomposkan menggunakan berbagai macam aktivator
yaitu EM4, Molase, Superfarm (SF), dan Stardec (SD) (Oktavia dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian tersebut keempat jenis aktivator tidak terlalu berpengaruh
terhadap kualitas kompos yang dihasilkan. Namun, sebagian besar perusahaan
menggunakan EM4 sebagai aktivator karena dianggap efektif dan ekonomis.
Berikut adalah SNI dari pupuk kompos.
Tabel 5. Standarisasi Kualitas Kompos
NO PARAMETER SATUAN MINUMUM MAKSIMUM
1 Kadar air % - 50
o
2 Temperature C Suhu Air Tanah
3 Warna KEHITAMAN
4 Bau Berbau tanah
5 Ukuran partikel mm 0.55 25
6 Kemampuan ikat % -
air
7 PH 7,49
8 Bahan asing % 1,5
UNSUR MAKRO
9 Bahan organik % 58
10 nitrogen % -
11 karbon % 32
12 Phosphor (p2O5) % -
13 C/N Rasio % 20
14 Kalsium K2O % *
UNSUR MIKRO
15 Arsen Mg/kg * 13
16 Cadmium(Cd) Mg/kg * 3
17 Kobal (Co) Mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) 210
19 Tembaga(Cu) Mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) Mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) Mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) Mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) Mg/kg * 500
UNSUR LAIN
24 Kalsium % * 25.50
25 Magnesium (Mg) % * 0,60
26 Besi (Fe) % * 2.00
27 Alumunium( Al) % * 2.20
28 Mangan (Mn) % * 0.10
BAKTERI LAIN
29 Fecal Coli MPN/gr 1000
30 Salmonella Sp MPN/4gr 3
Keterangan : * nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum
Sumber: SNI 19-7030-2004

Limbah padat teh (daun


teh, bubuk teh, ranting
teh), dedak, sekam padi Pencampuran
dan kotoran hewan

Bioaktivator EM-4

Gula merah
Pencampuran hingga 2 liter
250 gram

Larutan EM-4

Pengkomposan

Pupuk Kompos

Gambar 2. Skema Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Teh


Menurut Rahayu dan Nurhayati (2005), pengomposan dilakukan diatas
lantai plastik dicampur secara merata dengan dedak, sekam padi dan kotoran
hewan yang masing-masing banyaknya 10% dari berat limbah padat teh padat.
Kemudian campuran tersebut diveri larutan EM4 sebanyak 2 liter dan gula merah
250 gram. EM4 dan gula merah dicampur dengan air dan diberikan secara
bertahap ke bahan kompos hingga mencapai kandungan air 30-40%. Penentuan
kadar air 30-40% ditandai dengan tidak menetesnya air dari bahan kompos bila
bahan digenggam dilepaskan. Kemudian bahan tersebut dikomposkan yaitu
dengan cara ditutup dengan karung goni dengan lama pengomposan 15-20 hari.
b. Ampas teh sebagai Pakan ternak
Kandunga protein dari ampas teh sebanyak 27,42%, 20,94% serat kasar,
2,01% lemak, 0,2% kalsium, 0,7% phospor, 7,83% abu, 6,07% lignin (Hasil
analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
Universitas Padjadjaran, 2008). Walaupun demikian, ampas teh mengandung
senyawa alkaloid yang dalam jumlah banyak dapat menghambat sistem
pencernaan. Senyawa yang terkandung dalam ampas teh antara lain saponin,
teofilin, teobromin, kafein, dan tanin. Tanin yang terkandung dalam ampas teh
berpotensi mengurangi kecernaan bahan pakan. Kandungan tanin ampas teh
mencapai 1,35% (Istirahayu,1993). Kadar tanin masih dapat di toleransi karena
batas tanin terkondensasi dalam ransum adalah 2-4% dari bahan kering. Pakan
sumber protein tergolong lebih mahal dibanding pakan sumber serat atau energi.
Penggunaan limbah ampas teh sebagai bahan pakan diharapkan dapat menekan
biaya produksi disamping dapat meningkatkan produktifitas karena kadar
proteinnya cukup tinggi. Berikut merupakan cara pembuatan pakan ternak dari
ampas teh.

Tepung ampas teh, bungkil kedelai,


tepung, jagung, singkong, dedak Pencampuran
kasar, jerami padi

larutan saliva buatan dan Fermentor


cairan rumen

flushing
Tabung fermentor diisi dengan sampel sebanyak 1 gram, kemudian
ditambahkan campuran 40 ml larutan saliva buatanfermentor
Pemasukan dan 10 ml cairanwaterbath
ke dalam rumen lalu
dilakukan flushing dengan gas CO2 agar dicapai kondisi anaerob. Tabung
fermentor kemudian dimasukkan ke waterbath dengan suhu 39- 40 0C dan
Inklubasi 48 jam
diinkubasi selama 48 jam. Selama inkubasi dilakukan pengocokan tabung setiap 3
jam sekali. Setelah
Gambar inkubasi
3. Skema pertama,Pakan
Pembuatan tabung dibuka
Ternak daridan ditambahkan
Limbah Teh 2 tetes
larutan HgCl2 untuk mematikan mikroba. Larutan pepsin-HCl ditambahkan
sebanyak 50 ml, kemudian inkubasi kembali selama 48 jam dan diaduk setiap 6
jam sekali.
2. Pengolahan limbah cair dengan sistem IPAL
Secara garis besar pengolahan limbah cair yaitu ini dibutuhkan beberapa
bak yang melengkapi proses kelengkapan limbah meliputi:
1. Bak Equalisasi
Bak equalisasi berfungsi sebagai tempat penampungan awal limbah cair
sebelum diolah lebih lanjut. Di dalam bak ini dilakukan pencampuran antara
limbah lama dan limbah baru agar homogeny. Proses homogenisasi dilakukan
dengan menggunakan udara yang dipompakan ke dalam bak. Pada tahap ini
limbah memiliki pH 7-9, COD 2500 ppm, temperature 30-40ºC, dan berwarna
coklat tua.
2. Bak Penampungan Sementara
Bak ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air limbah yang
telah mengalami pendinginan. Selanjutnya limbah akan dialirkan secara over flow
ke bak aerator. Suhu limbah sekitar 30ºC
3. Bak Aerator
Bak aerator berfungsi untuk mengaerasi air limbah dengan cara
memasukkan udara ke dalam air limbah untuk proses penjernihan air oleh lumpur
aktif yang banyak mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme yang ada pada
lumpur aktif ini adalah Paramecium. Pada bak diberikan udara dan nutrient untuk
mendukung pertumbuhan microorganism pada lumpur aktif. Air limbah pada bak
aerator memiliki pH 7-8, COD kurang dari 100ppm, warna jernih kekuningan,
temperature suhu kamar, dan Kadar oksigen terlarut (DO) 1-4 ppm.
4. Bak Clarifier
Pada bak ini dilakukan pemisahan terhadap lumpur aktif dengan olahan air
limbah dari bak aerator. Endapan lumpur yang terbentuk akan dialirkan kembali
ke bak aerator sedangkan air limbah olahan yang telah jernih akan dialirkan ke
bak sekat. Air limbah pada kondisi ini memiliki pH 7-8 dan COD di bawah
70ppm.
5. Bak Pengendapan
Bak ini berfungsi untuk mengendapkan zat tersuspensi (lumpur) sehingga
diharapakan kondisi air memenuhi standar baku limbah. Karena air limbah dari
bak clarifier masih memiliki nilai TSS yang tinggi.
6. Bak Kolam Ikan
Air yang telah mengalami pengolahan dialirkan ke kolam yang berisi ikan
nila atau ikan mas yang berfungsi sebagai bioindikator bahwa air tersebut sudah
aman untuk dibuang atau digunakan lagi.

Bak Equalisasi Bak Penampungan Bak Aerator


sementara

Bak kolam ikan Bak pengendepan Bak Clarifier


BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah terkait utilitas yang ada pada industri
teh celup pada PT. Celup Indahsari ialah unit pengadaan listrik, air, bahan bakar
dan pengolahan limbah.
1. Pengadaan dan perhitungan sumber listrik yang tepat dapat melancarkan
berjalannya suatu industry.
2. Unit pengadaan air sangat berpengaruh terhadap kelancaran sarana air
yang dibutuhkan.
3. Bahan bakar merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah industry.
Mempertimbangkan jenis bahan bakar sangat diperlukan agar mesin dan
peralatan di sebuah industry dapat dioperasikan dengan lancer.
4. Pengolahan limbah dalam industry merupakan aspek penting agar limbah
tidak merusak lingkungan, bahkan pengolahan limbah dapat diolah lagi
agar memiliki manfaat dan nilai ekonomis tersendiri,
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standart Nasional. 2004. Standar Kualitas Kompos . SNI 19-7030-2004.
Istirahayu, D. N. 1993. Pengaruh Penggunaan Ampas Teh dalam Ransum terhadap
Persentase Karkas, Giblet, Limpa dan Ternak Abdominal Broiler. Tesis.
Fakultas Peternakan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Kirwan M.J. 2005. Paper and Paperboard Packaging Technology. Oxford:
Blackwell Publishing.
Mahida, 2010. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : C.V
Rajawali.
Rahayu,M dan Nurhayati. 2005. Penggunaan EM – 4 dalam Pengomposan
Limbah Teh Padat. Fakultas Pertanian, UISU Medan.

Anda mungkin juga menyukai