Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. (Nanda, NIC-NOC. 2013)
Hernia adalah: suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ intra
abdominal keluar dari cavum abdomen tapi masih di capai oleh peritonium.
Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai
organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith,
1994).

2. ANATOMI FISIOLOGI

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi
oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentumrotundum pada perempuan.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga herniainguinalis lateralis, karena
keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

3. ETIOLOGI
a. Kelemahan muscular “otot” abdomen congenital atau didapat ( akibat suatu
insisi ).
b. Trauma
c. Peningkatan tekanan intraabdominal
 Kehamilan
 Kegemukan
d. Peningkatan tekanan
 Mengangkat berat
 Batuk
 Cedera traumatic karena tekanan tumpul

4. KLASIFIKASI
1. Menurut letaknya :

a. Hernia hiatal

Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun


melewati difragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks)

b. Hernia epigastrik

Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut.

c. Hernia umbilikal

Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan


bukaan pad dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran,
tidak menutup sepenuhnya

d. Hernia inguinalis

Adalah hernia yang paling umum terjadi dann muncul sebagai tonjolan
di selangkangan atau skrotum.

e. Hernia femoralis

Muncul sebagai tonjolan di pangkal paha

f. Hernia insisional

Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya

g. Hernia nukleus pulposi

Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.Diantara setiap tulang


belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram
dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena
aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis yang
menyebabkan saraf terjepit . HNP umumnya terjadi di punggung
bawah pada tiga vertebra lumbal bawah

5. PATOFIOSOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke
daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup
namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya
pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum
yang disebut juga hernia scrotalis
Patofisiologi
6. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali,
bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam
posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam
keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba
berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus
pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh
ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi
jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis
Menurut sumber lain, gambaran klinis hernia meliputi :
a. Terdapat benjolan di tempat lokasi hernia.
b. Rasa nyeri dan nyeri tekan pada hernia irreducible
c. Pada laki – laki, isi hernia dapat mengisi scrotum
7. KOMPLIKASI
Komplikasi pembedahan :
a) Hematoma ( luka atau pada scrotum )
b) Retensi urine akut
c) Infeksi pada luka
d) Nyeri kronis
e) Nyeri pada pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
f) Rekurensi hernia ( sekitar 2% )
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi
c. Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)
d. CT-Scan dan MRI

9. PENATALAKSANAAN
a. Pemakaian Sandat
Alat ini baru digunakan bagi pasien – pasien yang usianya amat lanjut atau yang
keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan bantalan
yang diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu tertutup oleh
tekanan setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya ( direposisi ).

b. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan yang
teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
c. Herniotomi
Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
d. Herniorafi
Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh ) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
e. Penatalaksanaan
1) Nilai hernia
Untuk keparahan gejala, risiko komplikasi ( tipe, ukuran leher hernia ),
kemudahan untuk perbaikan ( lokasi, ukuran ), kemungkinan berhasil
( ukuran, banyaknya isi perut kanan yang hilang ).
2) Nilai pasien
Untuk kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan,
hobi).
3) Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarakan pada pasien – pasien dengan :
 Hernia dengan resiko komplikasi apapun gejalanya
 Hernia dengan adanya gejala – gejala obstruksi sebelumnya
 Hernia dengan resiko komplikasi yang rendah namun dengan gejla yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya.
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Gangguan pola tidur
3. Kurang pengetahuan
4. Nyeri Akut

11. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Ansietas
 Tingkat kecemasan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan dapat
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
 Pengurangan kecemasan
Intervensi :
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Dorong keluarga untuk menemani
f. Dengarkan dengan penuh perhatian
g. Identifikasi tingkat kecemasan
h. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
i. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

2. Gangguan pola tidur


 Tidur : tingkat patten
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pola tidur dapat
berkurang/hilang
Kriteria hasil :
 Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
 Pola tidur, kualitas dalam batas normal
 Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
 Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
 Meningkatkan tidur
Intervensi :
a. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
d. Berikan posisi yang nyaman
e. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam

3. Kurang pengetahuan
 Pengetahuan : proses penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit.
Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth ,2004, Text book of Medical Surgical Nursing, Alih Bahasa:
dr. H. Y. Kuncara, 2004, Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Edisi 8, Vol.
2. Jakarta EGC.
Doengoes, E. Marilynn, 1993, Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa, S.Kp (1993).
Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
Ester, Monica, 2004, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : EGC.
Grace, Pierce. A, 2006, At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Henderson, 1992, Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Nanda International, 2015, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2014;2015. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat, 1997, Ilmu Bedah. Jakarta :EGC
Wong, Donna L, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai