DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 - A2 / SEMESTER VI
1. RILLA AYU SUITARI ( 055 STYC 15 )
2. ROZI APRILIANDI (062 STYC 15 )
3. MUH. JEFRI (042 STYC 15 )
4. NURJAITUN (049 STYC 15)
5. RISAWATI (057 STYC 15)
6. ROHMI (061 STYC 15)
Penulis
2.2 ETIOLOGI
Faktor Resiko
a. Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
b. Memiliki riwayat penyakit menular seksual
c. Kateterisasi
Faktor Predisposisi
a. Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas,
dan Staphylococcus saprophyticus.
b. Terganggunya glikosaminoglikan
c. Obstruksi aliran urin
Faktor Presipitasi
a. Hygiene buruk.
b. Cara membasuh alat kelamin yang salah
c. Sering menahan kencing
(Price, Sylvia Andrson. 2010)
2.5 PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadi ISK yaitu :
a. Secara asending :
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin
saat miksi, kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
b. Secara hematogen :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut
mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri
dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu
2.6 WOC
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
Menurut (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
2.9 PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain.
Pasien dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan
kencing untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-
10 mg/kg BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan. Tatalaksana
khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan
dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap
kelamin anatamis saluran kemih.
a. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan
keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu
hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama
adalah ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat,
nitrofurantoin dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah
aminoshikosida (gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin,
karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain, Tx diberikan selama 7 hari.
b. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan
mengalami infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa
gejala. Maka, perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut pada daerah kandung kemih dan sekitarnya sehubungan
dengan akibat adanya peradangan.
2. Perubahan pola eliminasi urine disuria, sehubungan dengan adanya akibat
peradangan
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya
sehubungan dengan kuranganya informasi.
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan akibat adanya peradangan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 Jam nyeri
berkurang
KH:
1. Rasa nyeri berkurang
2. Pasien tampak rileks
3. Ekspresi wajah tidak meringis
4. Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri.
5. Skala nyeri 1-3
Intervensi Rasional
1) Kaji skala nyari Agar dapat mangetahui tingkat nyeripada
pasien
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3 Jakarta: FKUI