Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Halaman Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Petrografi
1.2 Ruang Lingkup Petrografi
1.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi
BAB.2 PETROGRAFI BATUAN BEKU
2.1 Pengertian Batuan Beku
2.2 Tekstur
2.3 Tekstur Khusus
2.4 Klasifikasi
BAB.3 PETROGRAFI BATUAN GUNUNG API
3.1 Pengertian Batuan Gunung Api
3.2 Komponen Penyusun Batuan Gunung Api
3.3 Macam-macam Batuan Gunung Api Dan Mekanisme Pembentukannya
3.4 Tekstur
3.5 Klasifikasi

BAB.4 PEMBAHASAN

4.1 Acara Kristal dan Mineral


4.2 Pengenalan Mikroskop Polarisasi
4.3 Prosedur Identifikasi Mineral
4.4 Pengenalan Mineral
4.4.1 Mineral Mafik
4.4.2 Mineral Felsik
4.5 Acara Petrografi Kuantitatif dan Kualitatif
4.5.1 Batuan Beku
4.5.2 Batuan Gunung Api
4.6 Analisis Studi Kasus
BAB.5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Petrografi

Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan. Seseorang yang
mempelajari petrografi disebut petrografer. Kandungan mineral dan hubungan tekstur dalam batuan
dijelaskan secara rinci. Klasifikasi batuan didasarkan pada informasi yang diperoleh selamaanalisis
petrografi. Deskripsi petrografi dimulai dengan catatan lapangan di singkapan dan mencakup
deskripsi makroskopik spesimen tangan. Namun, alat yang paling penting bagi petrografer
adalahmikroskop petrografi. Analisis rinci dari mineral dengan mineralogi optik dari sayatan tipis dan
mikro-tekstur dan struktur sangat penting untuk memahami asal-usul batuan

1.2 Ruang Lingkup Petrografi

Ruang lingkup petrografi diamati secara mikroskopis dalam pemeriannya sangat bervariasi
tergantung kepentingannya.Tetapi pada umumnya untuk standar semua batuan dipakai standar
untuk batuan beku (sebagai contoh umumnya)sehingga batuan yang lainnya mengikuti.Adapun ciri
ciri tersebut meliputi :

A.Warna

-Keadaan PPL

-Keadaan XPL

B.Tekstur

-Bentuk Butir

-Ukuran Butir

-Hubungan Antar Butir

-Pola Sebaran Butir

C.Struktur

-Vesikuler

-Aliran

-Perlapisan

D.Komposisi dan Mineralisasi


-Mineral Primer
-Mineral Sekunder
E.Kelimpahan Mineral/Komponen
F.Kenampakan Optik Lainnya
Dalam hal ini pengamatan mikroskopis dilakukan pada seluruh batuan untuk dapat
menginterpretasikan dan mengetahui asal usul batuan
1.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi
Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan batuan secara optimal sehingga
diketahui petrologinya dan dapat mengatahui komposisi mineral atau jenis mineral yang terdapat pada
batuan yang diamati secara mikroskopis

BAB.2. PETROGRAFI BATUAN BEKU


2.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku (iqneous Rockstar) merupakan batuan yang terbentuk oleh proses kristalisasi magma di
dalam lapisan bumi.Batuan beku dibagi dua yaitu batuan beku plutonium dan batuan beku vulkanik
2.2 Tekstur
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan massa gelas yang
membentuk masa yang merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan
dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu,komposisi kandungan gas,kekentalan magma
dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan
beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukan derajat kriatalisasi,ukuran butir,granularitas dan
kemas.
1.Derajat Kristalisasi
Derajat kriatalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dalam batuan.
Dikenal ada tiga kelas derajat kriatalisasi,yaitu:
a. Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal
b. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas
c. Holohyalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa gelas
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat
dikenal meskipun menggunakan mikroskop,tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua
kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang.
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
-halus,ukuran diameter rata-rata kristal individu< 1mm
-sedanh,ukuran diameter kristal 1mm-5mm
-kasar,ukuran diameter kristal 5mm-30mm
-sangat kasar,ukuran diameter kristal >30mm
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan
a. Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi,dikenal tiga macam :
-Euhedral,apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna,dibatasi oleh bidang kristal mineral tersebut.
-Subhedral,apabila bentuk dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna (bidang kristal mineral tersebut)
-Anhedral,apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal
yang tidak sempurna dan dibatasi oleh bidang kristal mineral lainnya.
Secara tiga dimensi dikenal :
a. Equidimensional,apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b. Tabular,apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
c. Irregular,apabila bentuk kristal tidak teratur.

b. Relasi
Merupakan hubungan antar kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran
dikenal :
1. Granularitas atau Equigranular,apabila mineral mempunyai ukuran butir yang relatif
seragam,terdiri dari :
-panidiomorfik granular,yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan
euhedral.Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk
paling awal,hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas
sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal secara sempurna.
-hipiodiomorfik granular,yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam
dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna yang
merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk,maka rongga atau ruangan
yang tersedia sudah tidak memadai untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
-allotiomorfik granular,yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam
dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda
bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga
yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral
tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
2. Inequigranular,apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama,antara lain
Terdiri dari:
-porifiritik,adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris) tertanam dalam
Massa dasar kristal yang lebih halus
-vitrovirik,apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa gelas
2.3 Tekstur Khusus
Vulkanik Plutonik. Lain-lain
Mikrolitik subofitik Poikilitik Adkumulat Zoning
Sferulitik Ofitik Grafik Simplektik Korona
Vitrofirik Diktitaksitik Ofitik Mirmekitik Kelphytic rim
Intersertal Glomeroporfiritik Subofitik Seriate Rapikivi
Intergranular Piroklastik Diabasik Trasitoidal Epitaksial
Felty Seriate Ortokumulat Granofirik
Pilotaksitik Spinifex Mesokumulat
Trasitik
2.5 Klasifikasi
A.Klasifikasi Batuan Beku Plutonik
Klasifikasi ini dipakai untuk batuan fanerik dengan ukuran>3 mm, dan untuk batuan intrusi yang
berukuran halus.
1.Jika M (indeks mineral Mafik) kurang dari 90% maka batuan diklasifikasi dengan mineral
FELSIK ya,yaitu dengan QAPF
2.Jika M lebih besar atau sama dengan 90%,maka batuan diklasifikasikan sebagai Ultramafik
3.Untuk Gabriella dan diorit,dibedakan berdasarkan indeks M. Gabriella mempunyai nilai M
> 35%.
B.Klasifikasi batuan beku Vulkanik
Klasifikasi QAPF-vulkanik hanya dipakai untuk batuan dengan tekstur teridentifikasi sebagai
batuan vulkanik, dan jika mineral telah teridentifikasi kehadirannya. Untuk kolom basalt dan andesit,
maka penamaan dibedakan berdasarkan indeks warna dan presentase.

BAB.3 PETROGRAFI BATUAN GUNUNG API


3.1 Pengertian Batuan Gunung Api
Batuan gunung api atau Piroklastik batuan yang berasal dari produk gunung api atau proses vulkanik,
yang terbagi atas kristal, gelas ,atau fragmen batuan.
3.2 Komponen Penyusun Batuan Gunung Api
Komponen batuan gunung api atau Piroklastik tersusun oleh fragmen,gelas dan mineral
A.Fragmen
1. Bomb gunung api

Bomb adalah gumpalan –gumpalan lava yang mempunyaiukuran lebih besar dari 64 mm dan
sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi. Beberapa bom mempunyai ukuran yang
sangat besar sebagai contoh bom yang mempunyai diameter 5meter dengan berat 200 kg dengan
hembusan setinggi 600 meter selama erupsi di gunung api Asama Jepang pada tahun 1935.
Bom ini dapat dibagi atas 3 macam:

· Bomb pita (ribbon bomb), yaitu bomb yang memanjang seperti suling dan sebagian besar
bergelembung – gelembung memanjang dengan arah sama. Bomb ini sangat kental mempunyai
bentuk menyudut serta retakan kulitnya tidak teratur.

· Bomb teras (cored bomb), yaitu bomb yang mempunyai inti dan material yang terkonsolidasi lebih
dahulu, mungkin dari fragmen- fragmen sisa erupsi terdahulu pada gunung api yang sama.

· Bomb kerak roti (bread crust bomb), yaitu bomb yang bagian luarnya retak – retak persegi seperti
nampak pada kulir roti yang mekar, hal ini disebabkan oleh bagian kulitnya cepat mendingin dan
menyusut.

2. Block gunung api

Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif daru fragmen batuan yang sudah
memadat lebih dahulu dengan ukuranlebih besar dari 64 mm. Block – block ini selalu menyudut
bentuknya atau eguidimensional.

3. Lapilli

Berasal dari bahasa Latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuran
2 mm – 64 mm. Selain dari fragmen batuan kadang – kadang terdiri dari mineral – mineral augit,
olivin dan plagioklas.Bentuk khusus lapili yang terdiri dari jatuhan lava diinjeksi dalam keadaan
sangat cair, dan membeku di udara, mempunyai bentuk membola atau memanjang dan berakhir
dengan meruncing.

4. Debu gunung api

Adalah batuan piroklastik yang berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari
magma akibat eksplosif, namun ada juga debu gunung api yang terjadi karena proses penggesekan
pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.

B.gelass

Merupakan magma yang mengalami proses pendinginan yang sangat cepat sehingga tidak sempat
mengkristal tidak sempat mengalami proses kristalisasi

C.Mineral

Komposisi Mineral Batuan Piroklastik

A. Mineral – mineral Sialis

Mineral Utama :

1. Kuarsa (SiO2), ditemukan hanya pada batuan gunung api yang kaya kandungan silika atau
bersifat asam.
2. Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)

3. Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi lautan magma dalam
keadaan tidak atau kurang jenuh silika.

Mineral Ubahan :
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan sering muncul saat batuan terlapukan atau terkena
alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti : klorit, epidot, serisit, limonit, montmorolonit
dan lempung, kalsit

3.3 Macam-macam Batuan Gunung Api dan Mekanisme Pembentukannya

Batuan gunung api / Piroklastik tipe jatuhan

1. Bomb gunung api


Bomb adalah gumpalan –gumpalan lava yang mempunyaiukuran lebih besar dari 64 mm dan
sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi. Beberapa bom mempunyai ukuran yang
sangat besar sebagai contoh bom yang mempunyai diameter 5meter dengan berat 200 kg
dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi di gunung api Asama Jepang pada tahun
1935.

Bom ini dapat dibagi atas 3 macam:

· Bomb pita (ribbon bomb), yaitu bomb yang memanjang seperti suling dan sebagian besar
bergelembung – gelembung memanjang dengan arah sama. Bomb ini sangat kental mempunyai
bentuk menyudut serta retakan kulitnya tidak teratur.

· Bomb teras (cored bomb), yaitu bomb yang mempunyai inti dan material yang terkonsolidasi
lebih dahulu, mungkin dari fragmen- fragmen sisa erupsi terdahulu pada gunung api yang sama.

· Bomb kerak roti (bread crust bomb), yaitu bomb yang bagian luarnya retak – retak persegi
seperti nampak pada kulir roti yang mekar, hal ini disebabkan oleh bagian kulitnya cepat
mendingin dan menyusut.

2. Block gunung api


Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif daru fragmen batuan yang
sudah memadat lebih dahulu dengan ukuranlebih besar dari 64 mm. Block – block ini selalu
menyudut bentuknya atau eguidimensional.

3. Lapilli
Berasal dari bahasa Latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang
berukuran 2 mm – 64 mm. Selain dari fragmen batuan kadang – kadang terdiri dari mineral –
mineral augit, olivin dan plagioklas.Bentuk khusus lapili yang terdiri dari jatuhan lava diinjeksi
dalam keadaan sangat cair, dan membeku di udara, mempunyai bentuk membola atau
memanjang dan berakhir dengan meruncing.

Batuan gunung api/Piroklastik lelehan


Batuan ini berupa magma yang keluar ke permukaan bumi dan mengalami pendinginan yang
sangat cepat yang biasa disebut dengan lava. Contoh batuannya adalah pillow lava dimana
terbentuk akibat keluarnya lava dan bersentuhan atau saling kontak dengan air

Batuan gunung api Hembusan

Batuan ini berasal dari material gunung api yang sangat halus berupa debu atau abu yang
terbawa angin dan jatuh di suatu tempat, setelah itu akan mengalami proses kompaksi. Contoh
batuan adalah tuff

3.4 Tekstur

Cara pendiskripsian tekstur batuan piroklastik hampir sama dengan batuan sedimen

klastik, tetapi yang membedakan adalah Ukuran Butir yang disesuaikan untuk mencari nama

batuan piroklastik tersebut.

1. Ukuran Butir Pada Piroklastik

Tabel . Ukuran Butir Pada Batuan Piroklastik

Ukuran Butir Nama Klastika Pijarnya Keterangan

Membulat
Bom
256 – 64mm

Blok Meruncing

64 – 2mm Lapilus

Kasar

2 – 0,04mm Debu
Halus

Ukuran butir pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria untuk menamai

batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik

tersebut. Adatiga cara kejadian endapan piroklastik:


Ø Piroklastik jatuhan adalah : Pengendapan yang dikarenakan gaya beratnya dikenal

dengan. Jenis piroklastik ini biasanya terjadi disetiap gunung api. Struktur dan

teksturnya menyerupai batuan endapan.

Ø Piroklastik aliran dan piroklastik hembusan adalah : kelompok piroklastik yang lain

adalah.

2. Derajat pembundaran

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan

sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :

a. Membundar sempurna (well rounded), hampir semua permukaan cembung.

b. Membundar (rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan

tepi butiran cekung.

c. Agak membundar (subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang

memmbundar.

d. Agak menyudut (subangular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.

e. Menyudut (angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.

3. Derajat Pemilahan (Sortasi)

Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan / sedimen.

Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :

a. Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang

seragam pada semua komponen batuan sedimen.

b. Terpilah buruk (poorly sorted). Merupakan kenampakan pada batuan sedimen yang

memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan

bongkah.
c. Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan

pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

4. Kemas (Fabric)

- Kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan

- Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu dengan yang lainnya.

3.5 Klasifikasi
BAB.4 PEMBAHASAN

4.1 Acara Kristal dan Mineral

4.2 Pengenalan Mikroskop Polarisasi

 Kaki Mikroskop

Kaki mikroskop berfungsi sebagai penyangga atau tumpuan mikroskop berdiri.


Umumnya berbentuk huruf U. Pada mikroskop polarisasi tipe Olympus, kaki

mikroskop digunakan sebagai tempat lampu halogen. Lampu halogen ini berfungsi
sebagai sumber cahaya. Pada tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop digunakan untuk
menempatkan cermin.

 Substage Unit

1. Polarisator atau “Lower Nicol”

Polarisator adalah bagian mikroskop yang terdiri dari suatu lembaran polaroid yang
berfungsi sebagai penyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion) sehingga
cahaya yang diteruskan akan bergetar dan merambat pada satu arah rambatan atau
getaran. Lembaran ini diletakkan sedemikian rupi hingga arah getaran sinarnya
sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
2. Diafragma Iris

Diafragma berfungsi sebagai pengatur jumlah cahaya yang diteruskan. Caranya


adalah dengan menambah besarnyaaperture diafragma. Diafragman terletak di atas
polarisator. Kemampuan akomodasi mata pada tiap-tiap pengamat sangatlah
berbeda, sehingga cahaya yang diteruskan perlu diator agar sesuai dengan kondisi
mata pengamat.

Fungsi lain dari diafragma iris adalah untuk menetapkan luasnya daerah pada peraga
yang ingin diberikan penerangan.

3. Meja Objek

Meja objek merupakan suatu penampang yang berlubang di bagian tengahnya


sebagai jalan masuknya cahaya. Pada meja objek terdapat pula sepasang penjepit
untuk menjepit kaca preparat. Meja objek ini dapat berputar pada sumbu vertikal,
dilengkapi dengan skala 0° hingga 360°. Pada bagian tepi meja objek terdapat tiga
sekrup yang berfungsi sebagai pemusat putaran meja pada sumbunya, atau dikenal
dengan “centering”.

4. Kondensor

Kondensor merupakan sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai pemusat


cahaya yang datang dari cermin yang ada di bawahnya, dan merupakan bagian
“substage unit” paling atas.

 Tubus Mikroskop

Tubus mikroskop merupakan bagian besar dari suatu mikroskop yang terletak di atas
meja objek. Tubus mikroskop berfungsi sebagai unit teropong. Tubus mikroskop ini
secara lebih detail terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Lensa Objektif
Lensa objektif berfungsi sebagai penangkap dan pembesar bayangan sayatan
mineral dari meja objek. Lensa objektif terletak pada bagian paling bawah tubus dan
biasanya terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, mulai
dari 4x, 10x dan 40x. Ada pula yang memiliki perbesaran hingga 100x.

2. Lubang Kompensator

Lubang kompensator berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan


kompensator, berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan sehingga
pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada
mineral.

3. Analisator

Analisator ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan polarisator dan terbuat dari
bahan yang sama juga, namun arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator
untuk nikol sejajar atau tegak lurus arah getaran polarisator untuk nikol bersilang.

4. Lensa Amici-Bertrand

Lensa Amici-Bertrand berfungsi sebagai pengamatan konoskopik saja, untuk


memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back
focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.

5. Lensa Okuler

Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan objek. Dengan lensa inilah
bayangan akhir akan dihasilkan sehingga kita dapat mengamatinya secara
jelas. Pada lensa okuler biasanya terdapat benang silang yang berfungsi sebagai
penanda pusat objek pengamatan.

Lengan Mikroskop

Lengan mikroskop merupakan bagian yang berfungsi sebagai pegangan pada saat
kita ingin memindahkan mikroskop. Selain itu juga sebagai penghubung antara
bagian tubus dengan kaki mikroskop.
 Cermin

Cermin pada mikroskop polarisator biasanya terdiri dari cermin datar dan cermin
cekung berfungsi sebagai penangkap dan penerus cahaya menuju sistem optik dalam
mikroskop. Cermin cekung berfungsi sebagai pemusat cahaya dengan hasil yang
tidak simetris (assymetrical cone of illumination), dan cermin datar berfungsi
sebagai pemantul cahaya yang sesuai cahaya yang diterima.

4.3 ProsedurIdentifikasi Mineral

PPL

Observasi dasar :

Bentuk kristal , kenampakan , Belahan/retakan , Relief , warna , pleokrisme

XPL

Mineral Anisotropik (amati dan catat):

Zoning , kembaran , eksplisit , inklusi

Pilih kristal yang menunjukan warna inferensi terkuat:

Ukuran Birefringe , pemadaman , orientasi

Masukan keping gips:

Pilih kristal yang menunjukan warna interferon si terlemah (sumbu optik)

Mineral uniaxial (tentukan sumbu optik)

Mineral biaxial (tentukan sumbu optik)


4.4 Pengenalan Mineral

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur
(sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisiunsur murni dan garam sederhana sampaisilikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.
4.4.1 Mineral Mafik

Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)

 Olivin (Forsterite dan Fayalite)


 Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (Piroksen tegak)
dan klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain; Enstatite dan
Hypersten. Klino piroksen antara lain; Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin,
Spodemen, Jadeit.
 Amfibol (Hornblande, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)
 Biotit.

4.4.2 Mineral FELSIK

Mineral Felsik ( mineral-mineral berwarna terang )

 Kelompok Plagioklas ( Anortit, bitownit, Labradorit, Andesin, oligoklas, Albit)


 kelompok Alkali Feldspar (ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)
 Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit)
 Kuarsa
 Muskovit

4.5 Acara Petrografi Kuantitatif dan Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai