PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2
Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan
dinyatakan dalam %.
I. Porositas (n)
Merupakan perbandingan antara volume rongga dalam batuan dengan
volume total batuan.
J. Void Ratio (e)
Merupakan perbandingan antara volume dalam batuan dengan volume
butiran batuan.
3
Tegangan didefinisikan sebagai perbedaan antara gaya dengan tarik yang
dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya. Atau tegangan merupakan
besarnya gaya yang dialami suatu luasan batuan. Apabila gaya yang bekerja tegak
lurus terhadap permukaan, maka stress yang demikian dikatakan tegangan normal
(normal stress). Sedangkan gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan
dikatakan sebagai tegangan geser (shear stress).
3. Modulus Young
Moulus elastisitas meerupakan perbandingan antara tegangan, dengan
regangan suatu batuan selama gaya yang bekerja tidak melampui batas
elastisitasnya. Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting
dalam mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi.
Nilai modulus elastisitas bervariasi dari suatu contoh batuan dari daerah geologi
dan ke daerah geologi liannya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan
dan ganesa atau mneral pembentukannya. Modulus elastisitas dipengaruhi tipe
batuan, porostisitas, ukuran partikel,dan kandungan air. Modulus Young memiliki
∆𝜎
rumus
∆𝜖𝜕
4
BAB III
PENGUJIAN LABORATORIUM
Keterangan:
Wn = Berat sampel asli (natural), gram
Wo = Berat sampel kering setelah di oven, gram
Ww = Berat sampel jenuh, gram
Ws = Berat sampel jenuh yang tergantung dalam air, gram
Wo – Ws = Volume sampel tanpa pori-pori, cm3
5
Ww – Ws = Volume sampel total, cm3
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah sebagai berikut:
a. Neraca listrik dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Desikator dan pompa vacuum, dipakai pada saat menenuhkan sampel.
c. Oven, dipakai untuk pengeringan sampel setelah dienuhkan.
3.2.3 Prosedur
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut:
1. Penimbangan berat asli sampel (Wn).
2. Menjenuhkan sampel didalam desikator, dengan cara sebagai berikut:
Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaseline hingga
rata.
Sampel dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-hati kemudian
ditutup dengan rapat agar udara luar tidak dapat masuk ketika diisap
dengan pompa vakum.
Udara dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vakum selama 15
menit, dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam
sampel. Pastikan tidak ada kebocoran pada selang pengisap dan pada
penutup desikator.
Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan kran pada selang yang
dihubungkan ke pompa vakum ditutup, kemudian ke dalam desikator
dimasukkan air sehingga sampel terendam sepertiganya. Air dibiarkan
masuk melalui selang dengan sendirinya akibat perbedaan tekanan
dalam desikator, yaitu dengan membuka kran pada selang yang
dihubungkan ke bak air.
Setelah itu ditutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan
buka kran pada selang yang dihubungkan kepompa vakum, kemudian
dilakukan pengisapan lagi selama 15 menit.
Selanjutnya pengisapan dihentikan dan masukkan air lagi dengan cara
seperti diatas sehingga sampel terendam dua pertiganya. Kemudian
6
lanjutkan lagi pengisapan sampai 15 menit, masukkan lagi air hingga
seluruh sampel terendam dan tutuplah kran selang air. Setelah itu
lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit atau sampai benar-benar
tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari sisi-sisi sampel.
Kemudian tutup kran selang ke pompa vakum, dan biarkan sampel
terendam hingga benar-benar jenuh selama 24 jam.
3. Setelah direndam selama 24 jam, sampel didalam desikator dikeluarkan
dan segera ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh
(Ww).
4. Timbang lagi sampel dalam keadaan enuh dan dalam posisi tergantung
dalam air, sehingga didapat berat enuh tergantung dalam air (Ws).
5. Kemudian sampel dikeringkan kembali, dengan cara dimasukkan kedalam
oven selama 24 jam pada temperature 90oC.
6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang sampel sehingga didapat berat
kering (Wo).
7. Hitung sifatsifat fisik dengan menggunakan persamaan seperti yang
disajikan pada sub bab 3.2.
3.3.1 Peralatan
1. Sebuah mesin yang cocok harus digunakan untuk mengukur beban aksial
untuk batu uji batuan. Peralatan ini harus memiliki kapasitas yang cukup
dan mampu memberikan beban pada tingkat yang sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam Bagian 3. Ini akan diverifikasi pada
interval waktu yang sesuai dan harus memenuhi persyaratan yang berlaku
secara nasional seperti yang ditentukan dalam ASTM Metode E4:
Verifikasi Pengujian mesin atau British Standard 1610, Grade A atau
Deutsche Normen DIN 51 220, DIN 51 223, Klasse 1 dan DIN 51 300.
7
2. Tatakan bulat, jika ada dari mesin uji. Jika tidak sesuai dengan spesifikasi
sub bab 5.2 (d) dibawah, harus dipindahkan atau diganti ditempatkan
dalam posisi terkunci. Dua bagian pemuatan dari mesin sejajar satu sama
lain.
3. Plat baja dalam bentuk cakram dan mempunyai kekerasan Rockwell tidak
kurang dari HRC58 harus ditempatkan diujung sampel. Diameter plat
harus antara D dan D + 2 mm dimana D adalah diameter batu uji.
Ketebalan plat setidaknya harus 15 mm atau D3. Permukaan cakram harus
diletakkan ditanah dan kerataannya harus lebih baik dari 0,005 mm.
4. Salah satu dari dua plat harus dilengkapi tatakan bulat harus ditempatkan
pada uung atas batu uji. Harus dilakukan secara perlahan dilumasi dengan
minyak mineral sehingga melekat setelah beban maksimum dari
penampang atas terangkat, plat dan tatakan bulat harus akurat berpusat
terhadap satu sama lain dan ke mesin pemuatan. Pusat lengkung dari
permukaan kursi harus bertepatan dengan pusat ujung atas batu uji.
3.3.2 Prosedur
1. Batu uji harus berbentuk silinder melingkar memiliki ketinggian rasio
diameter 2,5-3,0 dan diameter sebaiknya tidak kurang dari ukuran inti NX,
sekitar 54 mm. Diameter batu uji harus berkaitan dengan ukuran butir
terbesar pada batu dengan rasio setidaknya 10:1.
2. Penampang batu uji harus datar untuk 0,02 mm dan tetap tegak lurus
terhadap sumbu batu uji lebih dari 0,001 radian (sekitar 3,5 menit) atau
0,05 mm pada 50 mm.
3. Sisi dari batu uji harus halus dan bebas dari ketidak teraturan secara tiba-
tiba dan lurus kedalam dengan panjang 0,3 mm panjang total dari batu uji.
4. Penggunaan bahan penutup atau perawatan permukaan akhir selain mesin
tidak diizinkan.
5. Diameter benda uji akan diukur dengan ketelitian 0,1 mm dengan rata-rata
dua diameter diukur pada sudut kanan satu sama lain pada sekitar atas,
pertengahan dan tinggi lebih rendah dari batu uji. Rata-rata diameter harus
8
digunakan untuk menghitung luas penampang. Ketinggian batu uji harus
ditentukan dengan ketelitian 0,1 mm.
6. Batu ini harus disimpan, tidak lebih dari 30 hari, dengan berbagai cara
untuk mempertahankan kadar air alami, sejauh mungkin, dan diuji dalam
kondisi itu.
Kondisi kelembapan ini harus dilaporkan sesuai dengan “Disarankan
Metode untuk penentuan kadar air dari batu uji batuan”, Metode 1.
Komite ISRM pada Tes Laboratorium, Document No.2, Revisi
Pertama, Desember 1997.
7. Beban pada batu uji harus diterapkan secara terus menerus pada tingkat
tekanan yang konstan bahwa kegagalan akan terjadi dalam 5-10 menit
selama pembebanan, alternatif tingkat penekanan harus dalam batas 0,5-
1,0 Mpa/s.
Hal ini harus diakui bahwa dalam beberapa kasus untuk beberapa
meteri mungkin diinginkan untuk menguji batu uji dalam kondisi
kelembapan lain, untuk sampel, jenuh atau oven kering pada 105oC.
Kondisi tersebut akan dicatat dalam laporan pengujian.
9
BAB V
PEMBAHASAN
18
5.2 Sifat Mekanik
Pada pengujian sifat mekanik ditujukan untuk mengetahui tekanan
maksimal dari batuan, regangan aksial, lateral, dan volumetrik dari batuan, dan
nilai modulus young.
Pada percobaan sifat mekanik luas dari sampel perlu diketahui agar
besarnya tekanan per satuan luas dapat diketahui. Setelah menghitung luas, maka
dilakukan uji kuat tekan menggunakan alat UCS (Uniaxial Compressive Strength)
untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diteruma sampel tersebut. Pada
sampel tersebut juga diukur aksial dan lateralnya dengan pembacaan pada dial
gauge. Maka dari pengamatan tekanan dan dial gauge didapatkan nilai regangan
dari hasil perhitungan berdasarkan data pengamatan tersebut.
Dari hasil pengamatan, sampel dapat bertahan dengan beban maksimal
35kN atau sama dengan 1,29 Mpa setelah dikonversi. Sedangkan pada pembacaan
dial gauge, didapatkan nilai aksialnya 0,838 cm dan nilai lateralnya adalah 0,33
cm. Pada regangan aksial didapatkan 0,15, nilai regangan lateral adalah 0,07 , dan
regangan volume adalah 0,29 semua nilai tersebut didapatkan dari hasil
perhitungan dari pembacaan dial gauge aksial dan lateral.
19
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum Mekanika Batuan yaitu Sifat Fisik Batuan dan
Sifat Mekanik Batuan, Sifat Fisik Batuan diperoleh dari perhitungan fisik batuan
yang dihitung langsung dari sampel yang telah dibuat sehingga didapat massa
jenis, specific gravity, dan porositas sedangkan Sifat Mekanik Batuan diperoleh
dengan menggunakan alat dial gauge atau dengan alat UCS sehingga didapat
kekuatan batuan yang digunakan untuk mengukur kuat tekan, kuat tarik, modulus
elastisitas, poisson’s ratio.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22