Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk dalam keluarga nematode
saluran cerna. Askariasis adalah penyakit infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah yang
disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang, yang merupakan nematoda usus
terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi penyakit cacing lainnya.
Diperkirakan lebih dari satu milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini. Parasit ini
bahwa prevalensi askariasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 60-90% terutama pada anak. Cacing
ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab
dengan sanitasi yang buruk. Kurangnya pemakaian jamban menimbulkan pencemaran tanah
dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat
pembuangan sampah.
Anamnesis
Pada anamnesis, ditanyakan keluhan utama yang menyebabkan pasien berobat ke dokter
serta beberapa informasi berkaitan yang dapat menjurus kepada diagnosis. Berdasarkan kasus,
allo- anamnesis perlu dilakukan karena pasien merupakan anak berumur 5 tahun. Hal yang harus
ditanyakan adalah:
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
Ada atau tidak keluhan penyerta lain seperti muntah, demam, rasa tidak enak di perut,
nyeri pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, diare, konstipasi, urtikaria, asma,
Riwayat pengobatan
Pemeriksaan Fisik
Pada anak yang disyaki menderita askariasis, dilakukan pemeriksaan fisik umum.
Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah dan suhu
tubuh merupakan pemeriksaan umum yang biasanya dilakukan. Selain itu, bisa juga dilakukan
pemeriksaan antropometri. Yang diperiksa adalah berat badan apakah ada penurunan setelah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sediaan feses dan
muntahan anak yang terinfeksi. Pada pemeriksaan kemungkinan ditemukan cacing yang
menginfeksi. Pada pemeriksaan mikroskopik feses, bisa ditemukan telur dari cacing yang
menginfeksi.1 Pemeriksaan kadar eosinofil darah juga bisa dilakukan bagi mengenal pasti adanya
proses sensitisasi atau tidak, selain amat bermakna selama fase pulmonal.2,3
Diagnosis Banding
4
Untuk diagnosis banding akan diambil berdasarkan bentuk penularannya saja yaitu dengan
cara “soil transmited”, ditemukan dua jenis cacing yaitu:
a. Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.trichiura (cacing cambuk)
yang hidup di usus besar manusia khususnya caecum yang penularannya melalui tanah.
Cacing ini tersebar di seluruh dunia, prevalensinya paling tinggi berada di daerah panas
dan lembab seperti di negara tropis dan juga di daerah-daerah dengan sanitasi yang
buruk, cacing ini jarang dijumpai di daerah yang gersang, sangat panas atau sangat
dingin. Cacing ini merupakan penyebab infeksi cacing kedua terbanyak pada manusia di
daerah tropis.
b. Cacing tambang pada manusia disebabkan oleh infeksi parasit cacing nematoda
N.americanus dan Ancylostoma duodenale yang penularannya melalui kontak dengan
tanah yang terkontaminasi. Cacing ini merupakan penyebab infeksi kronis yang paling
sering, dengan jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan mencapai seperempat dari
populasi dunia di negara tropis dan subtropis. Jumlah penderita infeksi cacing tambang
paling banyak dijumpai di Asia, kemudian diikuti negara-negara sub-Sahara Afrika. N.
americanus merupakan cacing tambang yang paling banyak dijumpai di berbagai belahan
dunia, sedangkan A. duodenale penyebarannya secara geografis sangat terbatas.
Terapi Medikamentosa dan Non-medikamentosa
1-4
Berdasarkan siklus hidup cacing dan sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahannya dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan
hygiene pribadi seperti:
- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
7
- Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan serta sesudah buang air besar,
tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.
- Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih
dan disiram lagi dengan air hangat.
- Sebaiknya makan makanan yang dimasak.
- Biasakan memakai jamban/WC.
- Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang
rawan terhadap penyakit askariasis.
2. Pengobatan penderita
Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban cacing karena jumlah
cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik dengan akibat yang membahayakan.
Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati Ascariasis, baik untuk
pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal. Beberapa obat yang sering dipakai
seperti:
piperazin, minyak chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Dapat menimbulkan efek samping
dan sulitnya pemberian obat tersebut. Oleh karena adanya efek samping tersebut maka obat
cacing yang sekarang dipakai berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang
lebih kecil dan mudah pemakaiannya Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan
adalah:
1. Mebendazol
Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik. Diberikan satu
tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat
ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.
2. Pirantel Pamoat
Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus lebih
dari
90%. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (“well
tolerated”). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing
tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik di mana infeksi multipel
berbagai
cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.
3. Levamisol Hidroklorida.
8
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Bila dijumpai telur atau
cacing dewasa Ascaris lumbricoides di dalam tinja, diagnosis pasti; Askariasis telah dapat
ditegakkan. Selain itu, diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui
Etiologi
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang merupakan
nematoda usus terbesar, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Manusia merupakan satu-
satunya hospes Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa berbentuk silinder, berwarna merah muda.
Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina dengan ukuran 120-150 mm x 3-4 mm manakala
cacing betina berukuran 200-400 mm x 5-6 mm. Ujung posterior pada cacing jantan sedikit
melingkar. Cacing betina menghasilkan sekitar 200000 telur yang telah dibuahi dan tidak dibuahi
per hari yang diletakkannya di lumen usus. Telur ini berukuran 40 x 60 µm yang ditandai dengan
Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina
di usus halus dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya lapisan luar yang tebal,
telur ini dapat bertahan hidup karena partikel tanah melekat pada dinding telur yang dapat
melindunginya dari kerusakan. Dengan kondisi yang menguntungkan seperti udara yang hangat,
lembab, tanah yang terlindung sinar matahari, embrio akan berubah di dalam telur menjadi larva
yang infektif disebut larva stadium dua berlangsung kurang lebih tiga minggu. Apabila manusia
tertelan telur yang infektif, larva akan keluar di duodenum dan kemudian menembus dinding
usus halus menuju ke venula mesenterika, masuk sirkulasi portal, kemudian ke jantung kanan,
melalui pembuluh darah kecil paru sampai di jaringan alveolar paru. Setelah itu larva bermigrasi
ke saluran nafas atas yaitu dari bronkiolus menuju bronkus, trakea, epiglotis, kemudian tertelan
turun ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus. Siklus hidup ini berlangsung sekitar 65-70
Epidemiologi
Ascaris lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1 milyar orang pernah
terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran dengan cacing lain
terutama Trichuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan di tanah, yang dapat bertahan
bertahun-tahun. Manusia mendapat infeksi dengan cara tertelan telur cacing Ascaris
lumbricoides yang infektif. Hal ini terjadi karena termakan makanan atau minuman yang
anak lebih sering terinfeksi. Bayi akan terinfeksi dengan cacing ini melalui jari ibunya yang
mengandung telur Ascaris lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran tanah oleh telur cacing
lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan intensitas infeksi pada anak dan
orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena berbeda dalm kebiasaan, aktivitas dan
perkembangan imunitas yang didapat. Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa infeksi Ascaris
Patofisiologi
Sebagian besar kasus askariasis tidak menunjukkan gejala, akan tetapi karena tingginya
angka infeksi morbiditasnya perlu diperhatikan. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh
Walaupun kerusakan hati dapat terjadi sewaktu larva melakukan siklus dari usus melalui
hati ke paru, tetapi organ yang sering terkena adalah paru, yang mana semua larva Ascaris
lumbricoides harus melalui paru- paru sebelum menjadi cacing dewasa di usus. Pada infeksi
ringan, trauma yang terjadi bias berupa pendarahan sedangkan pada infeksi yang berat,
kerusakan jaringan paru dapat terjadi. Sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di alveoli dan
bronkiol yang kecil yang bias mengakibatkan terjadinya edema pada organ paru. Semua hal ini
disebut pneumonitis Ascaris. Pneumonitis Ascaris ini disebabkan oleh karena proses patologis
dan reaksi alergik berupa peningkatan temperatur sampai 39.5-40ºC , pernafasan cepat dan
dangkal (tipe asmatik), batuk kering atau berdahak, ronkhi atau wheezing tanpa krepitasi yang
berlangsung 1-2 minggu, eosinofilia transien, sindroma Loeffler sehingga diduga sebagai
lumbricoides, pertumbuhan fisik dan mentalnya akan terganggu dibandingkan dengan anak yang
tidak terinfeksi. Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut, kolik akut
pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, dan mencret. Ini biasanya terjadi pada saat
proses peradangan pada dinding usus yang bisa diikuti demam. Pada infeksi berat paling ditakuti
bila terjadi muntah cacing yang dapat menimbulkan komplikasi penyumbatan saluran nafas oleh
cacing dewasa. Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh karena sumbatan pada usus oleh massa
cacing ataupun apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen apendiks. Bisa
dijumpai penyumbatan ampula Vateri ataupun saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan
hati.2,4,5,6
Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat cacing menjadi dewasa di dalam
usus halus yang mana hasil metabolisme cacing dapat menimbulkan fenomena sensitisasi seperti
urtikaria, asma bronkial, konjungtivitis akut, fotofobia dan terkadang hematuria. Eosinofilia 10%
atau lebih sering pada infeksi Ascaris lumbricoides, tetapi hal ini tidak menggambarkan beratnya
penyakit tetapi lebih banyak menggambarkan proses sensitisasi dan eosinofilia ini tidak
Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal. Untuk perorangan
dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat, mebendazol, atau
albendazol. Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi campuran
Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Untuk pengobatan masal perlubeberapa syarat,
yaitu 4 :
Harganya murah
Pengobatan masal dilakukan oleh pemerintah pada anak sekolah dasar dengan pemberian
albendazol 400 mg 2 kali setahun.4 Antara obat mengatasi askariasi yang dapat digunakan
adalah1-3,5:
o Mebendazol, 100 mg 2 kali sehari. Berefek cacing dapat bermigrasi ke tempat lain.
o Albendazol 400 mg tablet atau 20 ml suspensi. Buat anak di atas 2 tahun. Tidak bias
Pada kasus askariasi dengan obstruksi usus yang berat, harus dilakukan operasi untuk
mengeluarkan cacing yang memenuhi lumen usus.1 Kasus askariasis saat kehamilan harus
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat mempunyai arti dalam
penanggulangan infeksi cacing gelang ini. Suatu pengalaman oleh E.Kosin pada tahun 1973 yang
mana telah dilakukan suatu penelitian kontrol askariasis di suatu desa di daerah Belawan,
Sumatera Utara yang mana diketahui prevalensi cacing gelang pada anak 85%. Setelah
pengobatan masal, angka infeksi turun secara drastis menjadi 10%. Akan tetapi 3 bulan
kemudian, saat anak-anak tersebut diperiksa kembali, diperoleh hasil yang sangat mengejutkan
yaitu angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing yang
berhasil dikeluarkan dengan pengobatan tadi tersebar di sembarang tempat, berarti terjadi
pencemaran tanah di sekitar desa dengan telur cacing dan ini merupakan sumber infeksi.1
Prognosis
Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis yang baik selama tidak terjadi obstruksi
oleh cacing dewasa yang bermigrasi. Tanpa pengobatan, penyakit dapat sembuh sendiri dalam
Komplikasi
Pada infeksi ringan, trauma yang terjadi bisa berupa pendarahan sedangkan pada infeksi
yang berat, kerusakan jaringan paru dapat terjadi. Sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di
alveoli dan bronkiol yang kecil yang bisa mengakibatkan terjadinya edema pada organ paru yang
disebut pneumonitis Ascaris.2,3 Komplikasi yang ditakuti adalah apabila cacing dewasa migrasi
ke tempat lain dan menimbulkan gejala akut. Pada infeksi berat paling ditakuti bila terjadi
muntah cacing yang dapat menimbulkan komplikasi penyumbatan saluran nafas oleh cacing
dewasa. Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh karena sumbatan pada usus oleh massa cacing
ataupun apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen apendiks. Bisa dijumpai
penyumbatan ampula Vateri ataupun saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan hati.
Hasil metabolisme cacing dapat menimbulkan fenomena sensitisasi seperti urtikaria, asma
Kesimpulan
Askariasis merupakan penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah disebabkan infeksi
Ascaris lumbricoides atau cacing gelang yang termasuk dalam keluarga nematode. Cacing ini
terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab
dengan sanitasi yang buruk. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak.
Kurangnya pemakaian jamban menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman
Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini dan infeksi terjadi bila tertelan telur
matang cacing ini. Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan
larva. Bila terjadi infeksi berat, cacing dewasa dapat menggumpal di dalam usus sehingga
menjadi obstruksi usus atau ileus. Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan cacing
Ascaris lumbricoides atau telur cacing tersebut pada muntah atau tinja penderita.
Pengobatan askariasis cukup sederhana dengan beberapa pilihan obat yang manjur untuk
penyakit ini dan penyakit infeksi oleh cacing lain. Pengobatan masal diperlukan bila prevalensi
penyakit ini tinggi di suatu tempat. Hasil pengobatan umumnya berprognosis baik selama tidak
Daftar Pustaka
1. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih SE, et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-3. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2005. Hal 263-4.
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. Hal 370-4.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ke-5 Jilid 3. Jakarta: InternaPublishing; 2009. Hal 2938-9.
4. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-
4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. Hal 6-9.
5. Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA. Current Medical Diagnosis and Treatment
2005. Edisi ke-44. United States of America: The McGraw-Hill companies; 2005. Hal
1467-8.
6. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatrics.
Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011. Hal 449-50.