Anda di halaman 1dari 12

← ASKEP CVA

RESUME KOMPETENSI 5 SYARAF →

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR OTAK


Posted on November 12, 2012by samoke2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


TUMOR OTAK
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
a. Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak)
dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff,
kamus Keperawatan, 1997).
b. Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)
c. Karsinoma otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d. Neoplasama ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).

2. Anatomi Fisiologi

Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima,
menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan
saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ
dan sistim organ manusia.
a. Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang
dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan
menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan
aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
b. Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ
tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan
saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme,
sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom.
Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh
dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif
dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
 Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri.
 Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi,
berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
 Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan
ingatan jangka pendek.
 Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan
jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal
dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana
90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6
menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak
berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim
efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman,
impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga
lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan
masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional
dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari
medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1. Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla
spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk
pergerakan otot rangka.

Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut
jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan
menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus
piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni
pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus
pembuluh darah.
2. Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang
menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3. Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata
dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian
penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan
dan muntah.
b. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang
otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur
koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi
informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu :
hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula
longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus
kolosum).
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh
tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi.
Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang
datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2. Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi
metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat
dekat dengan kelenjar pitviteri.
3. Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat
menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler
biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4. Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar
dan integrasi informasi olfaktorius.

Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :


a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba
dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah
ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
1. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.

b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba
oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher,
pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh
darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang
disebut anastomosis.
3. Etiologi
Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan
yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose,
neurofibromatosis.
b. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
4. Klasifikasi
Tipe Kasus Patologi
Glioma Jumlah ½ tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari
terutama ke jaringan hemisfer cerebral.
Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun.
Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intracranial Tumbuh dari selaput
meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul
dan penyembuhan melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
Tumor Pituitari Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita.
Tumbuh dari berbagai jenis jaringan.
Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
Neuroma (Schwannoma, neuro)

Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori
pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna.
Akan tmbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena
lokasinya.
Tumor Metastase

Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker


menjangkau otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang
berhasil. Pemulihan dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.

5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon,
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula
oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan
kecepatan pertumbuhannya, antara lain :
Daerah Otak Tanda dan Gejala
Lobus Frontalis Gangguan kepribadian
Epilepsi
Afasia mototik
Hemiparesis
Ataksia
Gangguan bicara
Gangguan gaya berjalan
Lobus Oksipitalis Gangguan penglihatan
Lobus Temporalis Halusinasi
Kejang psikomotor
Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
Kesulitan menyebutkan objek
Lobus Parietalis Tidak mampu merekam gambar
Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
– Craniotomi
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal.
Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
 Riwayat keluarga denga tumor
 Terpapar radiasi berlebih.
 Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
 Kecanduan Alkohol, perokok berat
 Terjadi perasaan abnormal
 Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
 Riwayat epilepsi
 Nafsu makan hilang
 Adanya mual, muntah selama fase akut
 Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
 Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
 Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
 Bising usus negative
d. Pola aktifitas dan latihan
 Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
 Resiko trauma karena epilepsi
 Hamiparase, ataksia
 Gangguan penglihatan
 Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
 Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
 Pusing
 Sakit kepala
 Kelemahan
 Tinitus
 Afasia motorik
 Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
 Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
 Penurunan memori, pemecahan masalah
 kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
 Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
 Tidak mampu merekam gambar
 Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
 Perasaan tidak berdaya dan putus asa
 Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
 Masalah bicara
 Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan
 Perasaan tidak berdaya, putus asa
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
 Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

2. Diagnosa Keperawatan
DP Pre-Operasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada
otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
DP Post-Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan
tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.

3. Rencana Keperawatan
Dp. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi
nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
– Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
Dp 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali
aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R / : Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit

Dp 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi


serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di
ekspresikan
Kriteria Hasil :
 Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
 Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
 Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan
kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan
tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada
informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

DP 5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi:
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di
rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan


dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan
penanganannya.
R / : Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R / : Menambah pengetahuan pasien.

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat


penyakit.
R / : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

Dp 7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit
dan pengobatan

DP Post Operai
DP 1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
– Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
– Ekspresi wajah rileks
– Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien

DP 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di
rumah.
R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan


ketidaktahuan tentang sumber informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Sasaran :
– Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
– Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga
dapat memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus
penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan

DP 4 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R / : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R / : Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R / : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R / : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.

Daftar Pustaka

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta :


Gitamedia Press.
Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta :
Media Aesculappius.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran.


Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran (EGC).

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit


Kedokteran (EGC)

Anda mungkin juga menyukai