Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM PRAKTIKUM KE 14

FOTOGRAMETRI
FOTOGRAMETRI
(Individu)

(Individu)

MEMBUAT JALUR TERBANG MENGGUNAKAN SOFTWARE


..........................................
MISSION PLANNER & DRONE DEPLOY ...........................

..........................................
............................

Dosen Pengampu : Anindya Sricandra P., S.T., M.Eng

Di Susun Oleh

Risma Nur Halizha 17/415780/SV/13645

PRODI DIPLOMA III TEKNIKGEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat rencana jalur terbang otomatis menggunakan
beberapasoftware
II. PELAKSANAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari : Jum’at, 25 Mei 2018
Waktu : 07.30-10.20
Tempat : Laboratorium Fotogrametri, Departemen Teknik Geodesi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada
III. DASAR TEORI

Hal-hal yang perlu dilakukan pada pekerjaan foto udara adalah sebagai berikut:
1. Titik pemotretan yang dipasang pada area harus kelihatan saat difoto.
2. Memperhatikan tipe-tipe jalur terbang, misalnya:
- Linear coverage: untuk jalur pemotrtean seperti saluran pipa, jalan raya,
ataupun sungai.
- Block coverage: untuk area yang berbentuk luasan.
3. Permintaan skala peta oleh pengguna, maka bisa menentukan tinggi
terbang, dan memilih fokus kamera yang akan digunakan.
4. Interval kontur.

1. Kamera Digital Medium Format


Kamera digital yang digunakan dalam fotogrametri dapat dibagi berdasar
ukuran sensor kameranya yaitu small format, medium format dan large format.
Masing – masing kategori memiliki perannya sendiri.

- Small Format; memiliki ukuran sensor kamera ± 35 mm.


- Medium Format; memiliki ukuran sensor kamera 50 mm – 70 mm.
- Large Format; memiliki ukuran sensor kamera ≥ 80 mm.

Perusahaan pemetaan di Indonesia sudah banyak yang beralih dari kamera


analog ke kamera digital. Sebelumnya kamera yang banyak digunakan adalah kamera
standar large format yang berjenis kamera analog seperti Wild seri RC 8 sampai 30.
Kamera digital yang digunakan bukanlah kamera standar large format karena harga
kamera digital large format sangat mahal namun cenderung menggunakan kamera
digital medium format karena cakupannya cukup luas dan harganya tidak semahal
kamera large format.

Teknologi yang digunakan pada sensor kamera medium format adalah CCD
(Charge Couple Device). Hal ini berbeda dengan sensor pada kamera format kecil
yang umumnya menggunakan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor).
Kebanyakan kamera digital medium format merupakan kamera berkualitas tinggi
yang awalnya digunakan untuk keperluan profesional baik di studio ataupun di luar
ruangan. Beberapa kamera pada kategori ini meliputi Hasselblad, Contax, Applanix
DSS yang dimodifikasi dengan mengganti film magazine dengan sensor digital
(digital back) dari Mega Vision (AS), PhaseOne (Denmark), dan Imacom (Swedia)
(Petrie & Smillie, 2008). Kamera yang digunakan dalam proyek ini seluruhnya
menggunakan produk dari PhaseOne yaitu lensa, body dan digital back PhaseOne.

Skema sistem kamera yang dipakai dapat dilihat pada bagan dibawah.

Gambar 1. Skema Kamera

Secara garis besar strukur kamera dapat dibagi tiga, yaitu :

a. Lensa kamera, pada bagian ini terdiri dari susunan lensa, diafragma dan filter.
Pada pekerjaan ini lensa yang digunakan adalah PhaseOne Digital AF 45mm
f/2.8
b. Tubuh kamera, bagian ini digunakan untuk menempatkan mekanisme
penggerak kamera dan tombol untuk mengatur kamera pada saat pemotretan.
Pada pekerjaan ini kamera yang digunakan adalah Phase One 645 AF
c. Digital back, terdapat sensor kamera yaitu CCD yang menangkap cahaya dan
mengubahnya menjadi sinyal elektrik.. Pada pekerjaan ini digital back yang
digunakan adalah PhaseOne P45+ (39 MP)
2. Geometri Foto Udara
Konsep dasar fotogrametri menyatakan bahwa setiap titik di foto bersesuaian
dengan titik tertentu di tanah. Titik di foto berada dalam sistem koordinat dua
dimensi, sementara titik di tanah mempunyai sistem koordinat tiga dimensi. Untuk
menyatakan hubungan antara posisi spasial relatif titik di foto dengan titik di tanah
dapat digunakan suatu hubungan geometri. (Wong, KW. 1980)
a. Foto Udara Tegak
Suatu foto udara dapat dikatakan sebagai foto udara tegak dilihat dari bentuk
geometrinya yaitu bila sumbu kamera berada dalam posisi vertikal. Posisi sumbu
kamera yang vertikal merupakan suatu kondisi ideal dalam foto udara. Pada
kenyataannya, kondisi yang benar – benar vertikal adalah tidak mungkin. Oleh
karena itu, selanjutnya yang dimaksud dengan foto udara tegak adalah foto udara
dimana kamera yang digunakan berada dalam posisi yang mendekati vertikal.

Gambar 2. Geometri Foto Udara Tegak

f = Panjang fokus kamera udara


H = Tinggi terbang
Perlu dicatat bahwa tinggi terbang disini berarti tinggi terbang diatas permukaan tanah.
Bila nilai yang diketahui adalah tinggi terbang diatas model bumi, maka perlu
direduksi kedalam tinggi terbang diatas permukaan tanah dulu sebelum digunakan
dalam perhitungan. Pada pelaksanaan proyek ini, nilai panjang fokus yang digunakan
adalah 45 mm, sementara tinggi terbang berkisar pada ketinggian 1.350 m diatas
permukaan tanah.

b. Skala Foto
Skala foto merupakan skala rata – rata yang digunakan dalam suatu pekerjaan
pemotretan udara. Skala foto menunjukkan perbandingan antara panjang fokus
kamera dengan tinggi terbang pesawat. Dalam prakteknya, skala foto setiap foto pasti
berbeda karena ketinggian pesawat pada setiap eksposure tidak sama. Hal tersebut
dikarenakan berbagai pengaruh seperti bentuk permukaan tanah yang tidak rata
maupun karena pesawat tidak dapat mempertahankan ketinggiannya secara konstan
akibat mengalami bumpy. Namun variasi skala foto tersebut harus tetap mendekati
skala foto rata – rata yang sudah ditetapkan.

Skala dalam foto udara dinyatakan sebagai berikut:

f = Panjang fokus kamera udara


H = Tinggi terbang

c. Pertampalan Foto Udara


Pertampalan (overlap) merupakan suatu area didalam foto yang muncul di
sepasang foto udara. Pekerjaan fotogrametri mensyaratkan adanya pertampalan pada
foto udara yang berdampingan. Pertampalan tersebut mencakup pertampalan dalam
satu jalur terbang (endlap) maupun pertampalan antar jalur terbang (sidelap). Syarat
ini harus dipenuhi untuk menjamin terjadinya pandangan stereoskopis yang
digunakan pada pengolahan foto udara.
- Pertampalan Kedepan (Endlap)
Pertampalan kedepan adalah pertampalan yang terjadi pada sepasang
foto udara pada jalur terbang yang sama. Area yang bertampalan tersebut
membentuk stereomodel. Stereomodel (sering disingkat dengan model)
memberikan pandangan stereoskopis karena obyek didalamnya dilihat dari dua
sudut pandang dan memberikan efek kedalaman.
Nilai Endlap rata – rata sebesar 60 %, atau berkisar dari 55 % sampai
65 %. Secara konsep, nilai Endlap minimal sebesar 50 % cukup untuk
mendapatkan pandangan stereoskopis dari seluruh foto udara yang
bertampalan pada satu jalur terbang. Namun untuk mengantisipasi adanya nilai
Endlap yang kurang dari 50 % akibat variasi tinggi terbang atau faktor lain,
maka umumnya proyek fotogrametri menetapkan nilai Endlap sebesar 60 %
dengan toleransi 5 %.

Panjang basis adalah jarak antara pusat perspektif dua foto udara yang
saling bertampalan. Panjang basis dihitung untuk menentukan jarak antar
eksposure kamera pada saat pelaksanaan pemotretan udara. Panjang basis
tergantung pada besar nilai Endlap sehingga panjang basis yang benar
memberikan nilai persentase Endlap yang diinginkan (Livingston, Robert G. et
al. 1980).

PB = Panjang Basis
w = Lebar sensor kamera (Lebar CCD)
Sp = Bilangan pembagi pada skala foto (photo scale denominator)
Endlap = Nilai Endlap dalam persen

Gambar 4.PertampalanKedepan (Endlap)

- Pertampalan Kesamping (Sidelap)


Pertampalan kesamping (sidelap) adalah pertampalan yang terjadi pada
sepasang foto udara yang berdampingan pada jalur terbang yang berbeda. Sidelap
dimaksudkan agar tidak ada area yang tidak mempunyai kenampakan tiga
dimensional (stereoskopis) pada pemotretan yang mempunyai jalur terbang lebih dari
satu (multi-line project). Celah kosong ini umumnya disebabkan kegagalan pesawat
untuk terbang lurus sepanjang jalur terbang (drift) maupun sebab lain seperti
kemiringan pesawat dan variasi terain.

Nilai sidelap rata – rata sebesar 30 %, atau berkisar dari 20 % sampai 40 %.


Jarak antar pusat perspektif foto udara pada jalur terbang yang berbeda dihitung mirip
dengan perhitungan panjang basis diatas, bedanya adalah yang digunakan panjang
sensor kamera (panjang CCD) (Livingston, Robert G. et al. 1980).

Gambar 4.PertampalanKesamping (Sidelap)

d. Hitungan Paralaks

Pandangan stereoskopik merupakan pandangan dua mata secara serentak yang


menghasilkan kesan kedalaman. Secara alami, mata manusia mempunyai kemampuan
untuk melakukan pandangan stereoskopik. Hal ini dapat dilihat dari anatomi dan
fisiologi mata manusia. Kesan kedalaman yang muncul mengakibatkan kesan tiga
dimensional pada pandangan manusia.

Dua buah foto udara yang bertampalan juga dapat menampilkan pandangan
stereoskopis. Hal ini terjadi karena struktur kamera yang mirip dengan mata manusia.
Dengan kata lain, foto udara yang bertampalan memiliki kesan tiga dimensional dan
dapat digunakan untuk mengukur tinggi (Wolf, 1993).

Gambar 5.PandanganStereoskopik

Dalam gambar diatas, titik A dan B digambarkan sebagai a1 dan b1 pada foto
kiri dan a2 dan b2 pada foto kanan. Kesan kedalaman muncul akibat paralaks antara
titik A dan B berbeda.

Paralaks didefinisikan sebagai kenampakan perubahan posisi suatu objek


terhadap suatu kerangka rujukan, yang disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat.
Pada pekerjaan fotogrametri, pemotretan foto yang bertampalan dengan interval
waktu tertentu memberikan posisi yang berbeda tiap foto. Perubahan posisi tersebut
dinamakan paralaks stereoskopik. Paralaks ini disebabkan karena pergerakan pesawat
terbang yang membawa kamera.

Asas tanda apung (floating mark) dapat digunakan untuk mengukur paralaks
secara stereoskopik. Asas tanda apung menggunakan dua tanda tengahan kanan dan
kiri yang masing – masing diletakkan pada foto kanan dan kiri. Dua tanda tengahan
ini dapat digerakkan saling mendekati atau menjauhi. Bila mendekat maka paralaks
tanda tengahan menjadi lebih besar dan tampak lebih tinggi, bila menjauhi maka
sebaliknya. Asas ini digunakan untuk menempatkan tanda apung pada model
mendarat tepat di tanah (Wolf, 1993).

e. Ground Sampling Distance (GSD)

Dalam era fotogrametri digital, dikenal suatu terminologi baru yaitu Ground
Sampling Distance (GSD). GSD menentukan resolusi spasial suatu foto udara digital.
Nilai GSD tergantung ukuran piksel dari sensor digital kamera (CCD atau CMOS)
dan skala foto yang dipakai. Semakin kecil ukuran pikselnya, bila skala foto tetap,
maka nilai GSD akan semakin kecil. Nilai GSD yang semakin kecil berarti bahwa
foto udara digital tersebut memiliki tingkat ketelitian yang semakin tinggi. Nilai GSD
dapat dinyatakan sebagai berikut:

f. Membuat Peta Jalur Terbang Pemotretan Udara

Peta jalur terbang (flight plan) merupakan peta yang meliputi seluruh wilayah
yang menjadi objek pemotretan yang menjadi pedoman arah jalur pemotretan. Flight
Plan adalah bagan jalur lengkap dengan letak dan koordinat tiap titik exposure selama
pemotretan. Flight plan dibuat dengan memplot pada peta topografi atau peta lain
yang sesuai.
Maksud dan tujuan pembuatan peta jalur terbang ini adalah :
a. Mengetahui dan dapat membuat peta jalur terbang secara baik dan benar.
b. Menentukan perimeter dan luas wilayah obyek pemotretan.
c. Menentukan data parameter perencanaan yang meliputi jarak antar basis (B), jarak
antar jalur (Q), dan luas model.
d. Menentukan jumlah exposure baik secara hitungan (n).
e. Menentukan/menghitung koordinat titik-titik exposure.

Manfaat dari flight plan beberapa diantaranya adalah :


1. Untuk melihat total kebutuhan logistik dan jumlah foto yang akan didapatkan pada
batasan luas wilayah berdasarkan ketetapan skala, pertampalan foto.
2. Untuk menentukan arah jalur terbang yang berguna untuk efisiensi biaya
pemotretan serta jumlah foto yang optimal.
3. Peta jalur terbang dapat digunakan untuk lampiran permohonan ijin pemotretan
dari pihak berwenang.
4. Dari dapat dibuat panduan pelaksanaan pemotretan dengan navigasi GPS.
g. Software Mission Planner
Software MP ini merupakan salah satu software yang dirancang untuk
mempermudah user dalam perencanaan terbang otomatis dan biasanya digunakan untuk
pemetaan. Sehingga perhitungan manual tentang skala, resolusi spasial, ketinggian, nilai
overlap dan sidelap, dan lainnya bisa di dapatkan hasil perhitungan secara otomatis.
Perencanaan seperti ini termasuk pada tahap Pra-akuisisi data (persiapan sebelum
penerbangan).

Software Mission Planner untuk mengatur waypoint yang harus dilalui wahana
serta memantau data-data terbang wahana. Mission Planner dapat menampilkan jalur
terbang dan attitude wahana secara visual, serta menampilkan secara numerik enam data
terbang yang dianggap penting oleh pengguna yang dapat dipilih dan antara banyak data
terbang yang tersedia.

h. Software Drone Deploy


DroneDeploy adalah platform terkemuka perangkat lunak cloud di seluruh dunia
untuk pesawat tak berawak pemetaan dan pemodelan 3D. Aplikasi DroneDeploy gratis
menyediakan mudah otomatis penerbangan dan data capture, dan memungkinkan Anda
untuk menjelajahi dan berbagi peta interaktif berkualitas tinggi di lapangan langsung dari
perangkat mobile Anda. Terbang pesawat tak berawak DJI Anda secara mandiri dengan
hanya dua keran pada perangkat Android Anda. Memproses citra Anda dengan
DroneDeploy untuk menghasilkan peta resolusi tinggi dan model 3D, kemudian
menganalisa, membubuhi keterangan dan berbagi peta Anda dengan orang lain secara
langsung dari dalam aplikasi. Ambil analisis Anda ke tingkat berikutnya dengan
menggunakan suite tumbuh lebih dari 30 alat terbaik di kelasnya dari pakar industri yang
tersedia untuk menginstal dalam antarmuka DroneDeploy di terbesar industri pesawat tak
berawak App Market. Dapat digunakan diberbagai bidah seperti udara pencitraan dan
pemetaan aplikasi di bidang pertanian, konstruksi, survei, pertambangan, asuransi dan
inspeksi dan banyak lagi, DroneDeploy telah diberdayakan untuk memetakan lebih dari
10 juta acres di lebih dari 150 negara.

Kompatibel dengan drone terbaru DJI ini:


- Mavic Pro
- phantom 4 Pro
- phantom 4
- phantom 4
- phantom 3 Pro
- phantom 3
- Inspire 1
- Inspire 1 Pro
- Inspire 2 (termasuk dukungan untuk kamera x5 Zenmuse)
- matrik 100
- matrik 200
- matrik 600

Penerbangan otonom:

- perencanaan penerbangan Sederhana


- pengaturan Auto
- penerbangan kamera
- pemeriksaan keamanan pra-penerbangan otomatis
- Putar arah penerbangan
- Auto-lepas landas, penerbangan dan pendaratan
- streaming langsung First Person View (FPV)
- penyesuaian eksposur otomatis Cerdas
- Nonaktifkan auto-penerbangan dan melanjutkan kontrol dengan sekali
tekan
- Multi-penerbangan dukungan misi dan mulai seleksi waypoint untuk misi
terus
- Offline kemampuan penerbangan
- Parameter khusus (ketinggian, depan dan tumpang tindih gambar sisi,
pengaturan kamera)

IV. LANGKAH KERJA


A. Langkah-langkah pembuatan rencana jalur terbang dengan bantuan software
mission planner :
1. Menginstal software mission planner
2. Membuka software mission planner, berikut tampilan awal software mission
planner
3. Klik flight plan untuk membuat rencana jalur terbang

4. Mendefinisikan area yang akan dilakukan pemotretan dengan cara: Masukkan


koordinat area yang akan dipetakan berdasarkan koordinat yang telah
ditentukan pada kolom Action home location(Lat, Long, Alt) untuk
Area UGM Setelah itu klik kanan Setting home location untuk menentukan
lokasi base point penerbangan wahana terbang.
5. Melakukan penentuan batasan area yang akan dilakukan pemotretan. Klik
kanan area kerja Draw Polygon Add Polygon Point

6. Tentukan titik awal poligon kemudian membuat poligon mengitari area yang
ingin dipetakan
7. Setelah poligon selesai dibuat maka langkah selanjutnya yaitu klik kanan pada
area kerja auto WP survey Grid

8. Kemudian akan muncul kotak dialog pada gambar tersebut. Melakukan


Camera Configuration guna mendefinisikan sensor dan keperluan lain terkait
kamera yang digunakan dengan cara: Beri tanda check pada Advanced
Options Camera Config Isi parameter kamera Save
Parameter
B. Langkah Kerja Drone Deploy.

1. buka aplikasi Drone Deploy.

2. kemudian tambah kan plan . klik icon + >> pilih Plan a Map Flight
3. cari daerah yang akan di petakkan. Seperti daerah Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

4. Membuat polygon untukmenjadikerangkajalurterbang.


i. Mengaturtinggiterbang

j. Atur overlap dan sidelap . dengan klik advance atur ok


k. Muncul luas area, waktu terbang, jumlah image.

V. HASIL dan PEMBAHASAN


1. Software Mission Planner

Gambar di atas merupakan jalur terbang dengan menggunakan software Mission Planner

Dari hasil yang diperoleh, beberapa parameter yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Luas area yang dipetakan : 454852 m2

Jarak yang dipetakan : 9.55 km


Jumlah jalur terbang : 13 jalur

Footprint : 149,4 x 99,6 m

Jarak antar jalur : 59,75 m

Jumlah foto : 153 foto

Jarak antar foto : 50 m

Waktu terbang : 16 menit 35 detik

Interval pemotretan : 4,15 detik

2. Software Drone Deploy

Area : GrhaSabhaPramana, UniversitasGadjahMada,


Yogyakarta
WaktuPenerbangan : 3 menit 22 detik
Luas area : 2 hektar
Foto yang dihasilkan : 16 foto

VI. KESIMPULAN

Pembuatanjalurterbangmerupakantahapdalampelaksanaanpemotretanudaradala
mhalinitahapperencanaan.Penentuanjalurterbangdidasaridenganlokasiatau area
yang akandipetakan. Penentuanjalurterbangjugamengikutikondisi yang
misalkontur, arahdatangnyasinar, awan ,cuacadan lain-lain.

VII. DAFTAR PUSTAKA


https://rosegislabs.com/2016/11/15/perencanaan-jalur-terbang-uav-otomatis-
menggunakan-mission-planer/
http://repository.lapan.go.id/index.php?p=show_detail&id=2500
https://id.scribd.com/document/372617166/Laporan-Desain-Jalur-Terbang

Anda mungkin juga menyukai