Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh
manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah
3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat
molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin
molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut
sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju
Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa
sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma
dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan untuk penggantian volume dan
berat molekul 66,4 kDa lebih rendah dari globulin serum yaitu 147 kDa, tetapi
2002).
Secara detil fungsi dan peran albumin dalam tubuh adalah seperti yang
bermuatan negatif dan positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan pengangkut
(Nicholson dan Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003).
negatif pada gugus sulfat yang berikatan antitrombin III yang bermuatan
molekul albumin dan jumlahnya relatif banyak dalam plasma. Pada keadaan
gugus anion yang dapat mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar
1 g/dl akan meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan produksi basa
2000).
oxidant stress yang diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam
askorbat yang apabila teroksidasi akan menghasilkan radikal bebas (Gum dan
Swanson, 2004).
2.3 Farmakologi
2.3.1 Sintesis albumin
Sintesis albumin hanya terjadi di hepar. Pada orang sehat kecepatan
(kompartemen intravaskuler) ditransfer melalui salah satu dari dua cara yaitu:
b. melalui ruang antar sel hati dan dinding sinusoid kemudian ke saluran limfe
tekanan onkotik plasma adalah sebesar 66-75%. Sebagian fungsi albumin dapat
sekitar 14 gram/hari atau 5% dan pertukaran protein seluruh tubuh per hari,
albumin dipecah di otot dan kulit sebesar 40-60%, di hati 15%, ginjal sekitar
10%, dan 10% sisanya merembes ke dalam saluran cerna melalui dinding
lambung. Produk degradasi akhir berupa asam amino bebas. Pada orang sehat
kehilangan albumin adalah melalui urin dan biasanya minimal tidak melebihi
dari 10-20 mg/hari karena hampir semua yang melewati membran glomerolus
sehat ekskresi albumin melalui ginjal relatif tidak penting. Penyakit ginjal
meningkat, sintesis albumin akan meningkat lebih dan 400 mg/kg BB/hari.
a. Dua puluh lima gram albumin ekivalen osmotik dengan lebih kurang 2 unit
b. Seratus ml albumin 25% sama dengan yang dikandung protein plasma dan
a. Hipovolemia
memadai atau edema, lebih baik digunakan albumin 25% daripada albumin
5%. Jika hidrasi berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25%
b. Hipoalbuminemia
adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor), katabolisme
memberi efek sementara dan jika tidak diberikan akan memperparah penyakit.
Pada kebanyakan kasus, peningkatan penggantian asam amino dan atau protein
plasma secara cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk memperbaiki kadar
serum albumin. Pada keadaan ini albumin mungkin digunakan untuk terapi
tambahan.
c. Luka bakar
e. Nefrosis
penyakit hemolitik.
Luka bakar adalah suatu bentuk cedera traumatik yang disebabkan oleh
panas, listrik, kimiawi atau agen radioaktif. Sekitar 80% luka bakar terjadi di
bakar.
45oC tanpa kerusakan yang bermakna. Antara 44oC dan 51oC, kecepatan
kecepatan dan waktu penyinaran yang terbatas dapat ditoleransi di atas 51oC,
dalam hal ini protein terdenaturasi dan laju kerusakan sangat hebat. Temperatur
di atas 70oC menyebabkan kerusakan seluler yang sangat cepat dan hebat,
Darurat, sementara 74.000 pasien perlu perawatan inap di rumah sakit akibat
luka bakar. Lebih dari 20.000 pasien mengalami luka bakar yang sangat hebat
sehingga memerlukan perawatan pada pusat perawatan khusus luka bakar, dua
belas ribu korban luka bakar meninggal akibat luka-lukanya. Di Indonesia, luka
bakar merupakan kasus terbanyak yang terjadi saat ini, yang disebabkan oleh
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa terjadi pada orang dewasa
muda yaitu umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau lebih muda.
Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas. Sekitar 85% luka bakar
terjadi di rumah. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling sering adalah dari
paling sering disebabkan oleh kecelakaan industri, setelah umur ini luka bakar
tempat tidur atau berhubungan juga dengan gangguan mental (Sabiston, 1995).
korban luka akibat terbakar. Sementara pusat-pusat di tengah kota lebih banyak
merawat cedera melepuh. Cedera akibat listrik dapat timbul akibat kerja atau
tidak disengaja berkontak dengan arus tegangan tinggi. Kasus luka bakar akibat
Lebih dari 80% luka bakar pada anak balita merupakan cedera lepuh.
Luka ini dapat terjadi bila balita yang tidak terurus dengan baik yang dengan
mudah dapat tersiram air panas, selain itu kulit balita lebih tipis dan kulit anak
yang lebih besar dan orang dewasa, sehingga lebih rentan terhadap cedera
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dan suatu sumber panas
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi
sel, kulit dan saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
a. Fase resusitasi/darurat
Fase pada keadaan ini mulai dari cedera pertama sampai selesainya
i. Pertolongan pertama
b. Fase akut
Pada fase ini durasi dimulai sejak diuresis hingga hampir selesai
c. Fase rehabilitasi
Durasi fase ini dimulai sejak terjadi penutupan luka besar hingga
kembali kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal (Bare
tenaga bervoltase tinggi seperti kejadian pada petugas listrik yang bekerja
kontak yang paling sering terjadi tangan dan lengan yang lebih sering cedera
daripada tungkai dan kaki. Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui
luka bakar yang tidak hanya mengenai kulit dan jaringan subkutis, tetapi juga
semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar ini menyebabkan
kerusakan vaskular atau saraf pada jarak tertentu dan daerah luka bakar kulit.
Anggota gerak dengan luka bakar listrik mudah terkena komplikasi sindroma
kompartemen karena adanya luka otot yang dalam atau vaskular. Pada luka
bakar listrik yang luas diperlukan penggantian cairan yang cukup banyak untuk
menghindari komplikasi.
umum luka bakar atau luka yang besar, apabila pasien mengalami kematian
(Sabiston, 1995).
Luka bakar karena panas bisa disebabkan oleh nyala api ataupun uap
panas serta air panas, yang menyebabkan cedera lepuh. Cedera lepuh ini
Luka bakar karena bahan kimia berbeda dengan luka bakar yang
dengan lamanya kontak sumber panas oleh sebab itu dokter dapat langsung
merubah kedalaman luka dengan perawatan yang cermat, untuk luka bakar
sampai merah, edema ringan, dan hilang dengan cepat. Selain itu nyeri dapat
infeksi.
Luka bakar ketebalan parsial adalah luka yang sembuh dalam waktu
lebih dari 3 minggu, penyembuhan yang lama ini sering kali menimbulkan
pembentukan jaringan parut. Luka bakar ini dibagi menjadi 2 sub tipe, yaitu:
a. Superfisial
terjadi edema.
i. Bercorak merah dan putih, area edema yang kemerahan memutih jika
ditekan.
ii. Dapat menjadi kekuningan, lunak dan elastik, sensitif atau tidak sensitif
Dasar pertimbangan pengobatan luka bakar derajat dua menurut Nettina (2001)
adalah:
Luka bakar ketebalan penuh atau luka bakar derajat tiga biasanya dapat
dengan mudah dikenali, luka bakar ini biasanya disebabkan oleh paparan
lama dengan benda yang panas atau jilatan api (Shires, et al., 2002).
c. luka tidak nyeri, tidak elastis, wama bervariasi dari putih hingga
kecoklat.
d. luka ditandai dengan kering dan mati rasa dan bersifat kaku.
Dasar pertimbangan pengobatan luka bakar derajat tiga menurut Nettina (2001)
adalah:
terbentuk pada epitalium yang paling dekat dan tepi luka atau tandur
penopang.
b. penanduran diperlukan untuk area yang lebih besar dari 3 sampai 5 cm.
Gambar anatomi kulit dan hubungan dengan derajat luka bakar dapat
Gambar 2.1 Anatomi kulit dan hubungan dengan derajat luka bakar
luka pada seluruh daerah permukaan tubuh. Pemeriksaan awal pada luka bakar
daerah luka dapat dilakukan dengan Hukum Sembilan (Tabel 2.1) dalam rumus
ini tiap daerah anatomi ditentukan persentase luas pada seluruh permukaan
bakar pada seluruh luas permukaan tubuh dapat juga dilihat pada Gambar 2.2.
Tabel 2.1 Hukum sembilan untuk menghitung persentase tubuh yang terbakar
(% LPTT)
Anak Dewasa
Kepala/leher 18 9
Lengan 9 9
Tubuh anterior 18 18
Tubuh posterior 18 18
Gambar 2.2 Persentase luka bakar pada seluruh luas permukaan tubuh
(Shires, et al., 2002).
evaluasi harus aman dan tangkas. Penyebab ketidakstabilan yang paling dini
timbul pada pasien luka bakar adalah cedera inhalasi berat sehingga jalan napas
atas mendekati letal. Pengamatan pertama harus cepat yaitu harus dapat
elektrolit dan profil biokimia harus dilakukan setelah pasien tiba di fasilitas
perawatan. Konsentrasi gas darah dan karboksi hemoglobin juga perlu segera
Sebaiknya dilakukan rontgen dada karena tekanan yang terlalu yang kuat
pada dada, pasien luka bakar harus menjalani pemeriksaan radiografi dan
2.13 Komplikasi
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas
masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluran cairan dari kropeng
masih bisa mengatasi tetapi bila >20% terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, uap panas yang
jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma.
(Nugroho, 2012).
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mata, yang
penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman
dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten
terhadap antibiotik.
jaringan organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung, gunjal, yang
(homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan
adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam
jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang
Sel-sel otak adalah organ yang paling sensitif; bila dalam wakru 4 menit terjadi
kondisi hipoksik, maka sel-sel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang
2.13.6 Kontraktur
terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit
yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur
yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat menyebabkan
terbatasnya pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4
dimana proses ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler
lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan
parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh
kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung
juga permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi atau perlekatan
mengurangi penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar
dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal pada akhir periode
48 jam. Cairan yang dapat digunakan seperti kristaloid yaitu larutan natrium
bahwa pada luka bakar yang luas terdapat kegagalan pompa natrium-kalium
cairan-elektrolit ditingkat seluler). Jadi pasien dengan luka bakar yang sangat
luas membutuhkan lebih banyak cairan per persen luas bakar dibandingkan
dengan pasien yang luka bakarnya lebih kecil. Pasien dengan luka bakar listrik,
2.14.2 Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar, tindakan ini
a. Debridemen alami
spontan dan jaringan viabel yang ada di bawahnya. Namun pada pemakaian
alami ini.
b. Debridemen mekanis
setiap hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan luka. Debridemen
dengan cara ini dilaksanakan sampai tempat yang terasa sakit dan
mengeluarkan darah.
c. Debridemen bedah
jaringan yang masih viabel dan berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa
hari pasca luka bakar atau segera setelah kondisi hemodinamika pasien stabil
a. Balutan biologis
Biasanya balutan ini berupa robekan tebal graf yang ditanam baik dan jaringan
b. Balutan biosintetis
didapat.
Pengguanaan terapi antibiotika pada luka bakar ada dua metode yaitu
terapi antibiotika topikal dan terapi intravena. Terapi antibiotika secara topikal
tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri agar
mengubah luka yang terbuka dan tertutup serta kotor menjadi luka yang
tertutup dan bersih, contoh antibiotika preparat topikal yaitu: gentamisin sulfat.
Nyeri terasa hebat pada luka bakar derajat dua ketimbang pada luka
bakar derajat tiga karena pada derajat dua ujung-ujung sarafnya tidak rusak,
ujung-ujung saraf yang terkena sangat sensitif terhadap aliran udara yang
mengurangi rasa nyeri tersebut. Namun demikian pasien dengan luka bakar
derajat tiga tetap merasakan nyeri yang dalam dan nyeri disekitar luka bakar.
harus diberikan sebelum nyeri terasa hebat terjadi (Bare dan Smeltzer, 2001).
penyakit kronik, lamanya waktu pasca luka bakar sebelum dirawat di rumah
nilai yang kecil dan sering kali menyesatkan (Schwartz, 2002). Gambaran
faktor yang menentukan beratnya luka bakar dan kemungkinan akibatnya bagi
Faktor psikososial
Gambar 2.3 Skema faktor yang menentukan beratnya luka bakar dan harapan
hidup (Morison, 2004).
parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
cacat estetis yang jelek sekali terutama bila parut tersebut berupa keloid.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk
bedah rekonstruksi terutama jika cacat mengenai wajah atau tangan. Bila luka
bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, neumonia