Anda di halaman 1dari 14

BAB VII

NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE


(RESONANSI INTl MAGNIT)
1. Pendahuluan
Pada tahun 1945, dua group saijana fisika Purcell, Tony dan Pound (Harvard
University) dan Bloch, Hansen dan Packard (Stanford University) menemukan
fenomena dari atomi Kebanyakan atom (meliputi proton dan elektron) memiliki medan
magnit. Atom ada yang menimbulkan medan magnit kecil apabila atom tersebut
mempunyai spin tetapi apabila tidak mempunyai spin maka atom itu tidak menimbulkan
medan magnit Bloch dan Purcell menemukan gejala ini sebagai suatu momen magnit
inti. Dengan mengamati gejala ini maka lahirlah “Nuclear Magnetic Resonance” pada
tahun 1950 sebagai persoalan kimia organik. Sejak diiemukannya NMR identifikasi
struktur molekul kimia organik menjadi semakain semarak. Untuk meramalkan struktur
molekul kimia organik melalui alat proton NMR, yang sangat perlu diperhatikan
ditunjukkan pada skema di bawah ini.

2. Keduditkan spin inti


Beberapa inti atom berkelakuan seperti magnit apabila mereka berputar. Inti
seperti ini antara lain: 1H, 13C, 17O, 19F, 31P mempunyai spin inti= 1 , sedangkan 12C dan
2
16
O tidak mempunyai spin. Inti yang mernpunyai spin, jumlah spinnya tertentu dan
ditentukan oleh bilangan beraturan spin Intl (I) sebesar 21+ 1. Untuk inti dengan I = 0
tidak menunjukkan sifat-sifat magnit dan tidak akan meniberikan signal dalam NMR.
Beberapa Inti dapat dipelajari dengan NMR, pembicaraan di sini dibatasi pada inti
proton (1H) karena alat ini yang paling luas penggunaannya, khususnya di Indonesia
saat inti. Proton (inti hidrogen) mempunyai spin inti I = 1 dan kedudukan spinnya
2

[2 ( 1 ) + 1 = 2] untuk spin inti - 1 ( ) dan + 1 ( ). Jika suatu proton diletakkan di


2 2 2

Universitas Gadjah Mada 1


dalam suatu medan magnit yang homogen, (suatu magnit tapal kuda permanen atau
suatu elektroinagnetik (Ho) dan arahnya ditentukan oleh sebuah anak panah maka
proton akan berputar dengan medan magnit tersebut mirip dengan batang magnit kecil
dan momen magnit tiap proton dapat menambil salah satu dua orientasi dan medan
magnit luar sehingga menjadi sejajar atau tidak sejajar.

3. Momen magnit inti

Inti mempunyai massa dan muatan. Dalam beberapa inti, muatan ini berputar
pada sumbu inti dan akibat perputaran Inti menghasilkan medan magnit sepasang
sumbu yang mempunyai momen magnit ( μ ).
Perputaran muatan inti 1H akan menghasilknn medan magnit yang mempunyai
momen magnit ( μ ) dan ini dapat dianalogkan sebagai magnit yang sangat kecil. Bila
medan magnit luar (Ho) dikenakan terhadapnya maka magnit kecil tersebut berusaha
untuk menyesuaikan momen magnitnya sepanjang arah medan magnit yang diberikan.
Proton, 1H mempunyai bilangan kuantum putaran 1 , kedudukan spinnya 2, jadi
2

kemungkinan orientasinya yaitu paralel ( ) dan anti paralel ( ) terhadap medan magnit
luar. Apabila tidak ada pengaruh medan magnit, setiap proton mempunyai tenaga
putaran yang sama dan putaran-putarannya mempunyai arah orientasi seimbang. Oleh
karena ada medan magnit, putaran-putaran proton diarahkan baik paralel atau anti
paralel terhadap medan dan perbedaan tenaga diantara dua orientasi ini sebanding
dengan medan magnit luar:

Universitas Gadjah Mada 2


ΔE = perbedaan tenaga diantara dua orientasi
γ = tetapan untuk inti tertentu
Ho = kuat medan magnit luar
h = tetapan Planck

4. Penyerapan tenaga

(a) Kedudukan spin sebelum ada medan magnit Ho


(b) Kedudukan spin sesudh ada medan magnit Ho

Dengan adanya perbedaan energi akibat proton diletakkan pada medan magnit Ho,
maka perbedaan energi disebut ΔE . Makin besar kuat medan diperlukan energi makin
tinggi ΔE adalah energi yang diperlukan untuk mengadakan jungkir balik (“flip”) (dari
kedudukan energi rendah ke kedudukan energi tinggi). Energi ini diberikan oleh radiasi
elektromagnetik (gelombang radio) pada suatu daerah frekuensi (diperhikan 14092 gauss =
radiasi elektromagnetik 60 x 106 cycles per detik atau 60 Mhz) ada juga 90 Mhz; 200 Mhz;
tentu saja dengan radiasi elektromagnetik yang sesuai. Hubungan antara frekuensi dan
radiasi  dengan kuat medan magnit (Ho) adalah:

Universitas Gadjah Mada 3


γ = ratio gyromagnetik (untuk proton γ = 26,750)
 = frekuensi dan radiasi
Ho = kuat medan magnit
h = tetapan Planck
 = parameter perlindungan
Happ = kuat medan yang diberikan

Peralihan dan paralel ke anti paralel (flip) dapat ditimbulkan melalui penyerapan
energi oleh momen magnit dan sebagian proton paralel, bila dikenai gelombang radio (sinar
- kuantum elektromagnetik) yang frekuensinya sesuai dengan tenaga ho. Banyaknya tenaga
yang diperlukan tergantung dan pada besamya harga Ho. Bila Ho besar maka diperlukan
radiasi berfrekuensi lebih tinggi (berenergi lebih tinggi). Perpindahan dan paralel ke
antiparalel (flip), dikatakan proton itu beresonansi. Istilah resonansi magnit inti (NMR) adalah
inti-inti beresonansi dalam medan magnit.

Universitas Gadjah Mada 4


Ho = kuat medan yang diperlukan untuk teijadi flip (medan lokal)
Happ = kuat medan yang diberikan (medan terapan)
Hi = kuat medan iuduksi.

Elektron pi yang beredar dalam beazena atau aldehida, mengimbas suatu medan magnetik
yang menyebabkan proton-proton di dekatnya tak terperisai (keenam proton beuzena itu
menjadi tak.-terperisai).

5. Pergeseran kiinia, dan Pengaruh atom H terlindungi dan tidak terlindungi


Spektrum muncul dan suatu proton yang akan beresonansi bergantung netto kuat
medan magnit yang diperlukan (Ho) yang mengitari proton tersebut (medan lokal).
Medan lokal ini merupakan hasil medan yang diberikan (Happ) dan medan molekul
terinduksi (Hi). Apabila medan induksi sekitar proton lebih kuat maka medan itu akan
melawan Happ juga lebih kuat, sehinga untuk terjadi resonansi diperlukan medan terapan
lebih besar. Keadaan ini dikatakan proton tersebut lebih terlindungi (shielding) dan

Universitas Gadjah Mada 5


spektrum terletak di atas medan. Untuk sebaliknya apabila medan induksi di sekitar
proton lebih kecil, maka medan Happ juga kecil dan serapan menyebabkan posisi
spektrum di bawah medan. Hal ini disebut proton tidak terlindungi (shielding).
Kedudukan resonansi proton dalam spektrum NMR dibandingkan dengan
kedudukan TMS sebagai standar (0 ppm).
Untuk menyatakan pergeseran kimia, biasanya digunakan skala delta (  ). Ini sulit
diukur secara pasti besar frekuensi pada kedudukan itu. Oleh karenanya diambil
pembanding sebagai referensi tetrametilsilan (TMS). Tetrametilsilan (TMS) digunakan
karena gugus metilnya lebih melindungi daripada senyawa lain, maka pergeseran kimia
diukur dan TMS. Pergeseran kimia yang teramati (dalam satuan Hertz, Hz) dibagi
dengan frekuensi (dalam Hz) dan spektrometer akan memberikan  dalam part per
milion (ppm).

Skala lain dinyatakan dengan tau (  )


Hubungan  dan  adalah  = 10 -  .

Meningkatnya perlindungan (shielding) pada H disebabkan adanya faktor induksi oleh


atom tetangga yang kurang elektronegatif Keadaan ini menyebabkan kerapatan
elektron di sekitar H masih cukup tinggi. Contoh yang paling mudah dipahami adalah
pengaruh halogen sebagai tetangga seperti berikut:

Universitas Gadjah Mada 6


6. Integral dan signal
Menerangkau berapa banyak proton dan setiap macam proton suatu molekul
ditentukan dengan cara mengintegrasi setiap spektrum NMR. Dalam NMR hendaknya
diperhatikan bahwa ketinggian garis integral bukan angka mutlak hidrogen, tetapi
merupakan angka relatif setiap tipe hidrogen. Atau dapat juga diukur dengan luasan
setiap puncak yang merupakan pembanding jumlah hidrogen yang menghasilkan
puncak tersebut. Melalui integral ini dapat ditentukan rasio atom hidrogen yang terikat
pada masing-masing atom penyusunnya, sehingga dapat diramalkan jumlah Hidrogen
yang dimiliki oleh molekul tersebut.

7. Proton ekivalen dan tidak ekivalen


Dalam suatu molekul, proton-proton dengan lingkungan yang sama akan
menyerap tenaga pada kuat medan yang sama sehingga menyebabkan munculnya
serapan (menimbulkan spektrum) pada posisi yang sama, sedangkan proton-proton
yang mempunyai lingkungan yang berbeda menyerap tenaga yang berbeda pula dan
spektrum yang muncul pada posisi yang berbeda. Proton dengan lingkungan yang
Universitas Gadjah Mada 7
sama dikatakan ekivalen (sejenis) dan yang tidak sama dikatakan tidak ekivalen (tidak
sejenis).
Contoh.:

8. Coupling Constant (Tetapan Penggabungan)


Jarak antara puncak pada doublet, triplet, kuartet atau multipiet disebut coupling
constant (tetapan penggabungan) ditulis J dengan satuan Hertz, (Hz). Harga J
tergantung dan lingkungan proton itu dan tak bergantung pada besarnya Ho. Lambang
Jab artinya tetapan penggabungan untuk atom Ha yang bertetangga dengan atom H.
Harga Jab ini sama untuk Ha dipisah oleh Hb, atau Hb, dipisah oleh Ha. Oleh karena itu
harga J sama untuk satu tipe proton.
Contoh: senyawa etil vinil eter

Bagaimana menentukan Coupling Coanstand?


0,1  = 10Hz; kalau jarak antar dua puncak adalah 0,1 ppm
maka JAX = 10Hz
JAXlOHz

Universitas Gadjah Mada 8


9. Peak spliting (Pemecahan Puncak)
Karena adanya spin-spin coupling (penggabungan spin) kebanyakan
spektra NMR tidaklah menunjukkan puncak yang tunggal tetapi akan terpecah
tergantung pada jumlah atom H tetangganya. Jumlah puncak yang terjadi karena
pengaruh tetangganya ini dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah puncak = n+1


dimana n jumlah atom tetangganya.

Universitas Gadjah Mada 9


Misal :

b adalah atom H tetangga dari Ha, sehingga serapan Ha akan menimbulkan


spektrum 2 + 1 = 3 puncak yang disebut triplet atau disingkat t.
Signal Hb digeser ke upfield atau downfield tergantung spin Ha searah atau
berlawanan dengan medan magnit. Separuh molekul Ha berspin (+ 1 2) dan separuh
berspin (- 1 2) ; Hb, akan terlihat doublet (d) bukan singlet (s). 2 Hb memecah signal
Ha, ada 4 kedudukan spin untuk 2 Hb:

Hb akan nampak sebagai doublet karena efek dan Ha, sedangkan Ha akan
nampak sebagai kuartet karena efek dan 3 Hb yang dilukiskan kemungkinan sebagai
berikut:

Intensitas yang diperoleh = 1 : 3 : 3 : 1

Pemecahan (“splitting”) mencerminkan lingkungan dari proton-proton yang


menyerap tidak terhadap elektron-elektron yang berdekatan. Seperti pada contoh
no.1 medan magnit yang mengenai sebuah proton sekunder pada keadaan tertentu
akan sedikit dinaikkan atau sedikit diturunkan oleh pengaruh spin dan proton tertier
yang berdekatan. Dinaikkan kalau proton tertier searah dengan medan magnit yang
diberikan atau diturunkan jika proton tertier berlawanan arah dengan medan yang
diberikan, sehingga separuh dan molekul serapan oleh sebuah proton sekunder
digeser sedikit kearah downfield dan separuh molekul lain digeser ke upfield. Signal
dipecah menjadi 2 puncak disebut doublet dengan intensitas puncak yang sama.
Secara umum : Sekelompok dari n proton yang ekivalen dari tetangganya akan
memecah signal NMR menjadi n+1 puncak.

Universitas Gadjah Mada 10


Segitiga Pascal
Intensitas relatif dari multiplet dari hukum n+1 digambarkan oleh segitiga
pasca sebagai berikut :

10. Penanganan Cuplikan


Untuk menganalisa dengan menggunakan NMR spektrometer biasanya cuplikan
diencerkan dengan pelarut (5 %) yang dicampur TMS 1 tetes. Bila mempelajari proton
dalam cuplikan maka pelarut tidak mengandung proton. Biasanya digunakan CDCl3
(deuterium kiorida), C6D6 (deuterium benzena).

Cuplikan dimasukkan dalam tabung gas


dengan diameter 5 mm dan kemudian
diputar oleh suatu tekanan udara yang
ditupkan dengan keras.

Garis besar yang diperlukan untuk menunjukkan signal resonansi magnit inti bagi
proton, diperlukan:
a. alat pemancar frekuensi radio
b. medan magnit homogen
c. alat penerima frekuensi radio (gelombang radio).

Universitas Gadjah Mada 11


11. Langkah-Iangkah cara menginterpretasi spektruin NMR
Berbagai aspek NMR yang perlu diperhatikan:
1. Jumlah signal puncak serapan (yang muncul):
Menerangkan berapa macam perbedaan proton-proton yang terdapat dalam
molekuL
2. Kedudukan signal
Menerangkan sesuatu tentang lingkungan elektronik dari setiap macam proton
atau pengaruli efek induksi terhadap terlindungi atau tidak terlindungi dari suatu
proton.
3. Intensitas dari signal
Menerangkan berapa banyak proton dari setiap jenis proton yang ada atau rasio
dan masing-masing jenis proton.
4. Pemecahan (spliting) dari sebuah signal menjadi berapa puncak (s, d, t, q, atau
m) menerangkan kepada kita tentang lingkungan/ tetangga dari sebuah proton
yaitu berapa proton yang berdekatan dengan proton yang akan diamati.

12. Contoh : Fenil aseton

Universitas Gadjah Mada 12


Tiga puncak yang muncul menunjukkan ada 3 jenis proton yang dimiliki
Terhadap chart paper terhitung = 55,5 : 22,0: 32,5
atau 2,52: 1,0: 1,48
5: 2:3
Hal ini menunjukkan rasio dari ke tiga jenis proton 5 : 2: 3.
Sekarang % luas puncak sudah tidak perlu menghitung, sudah ditunjukkan dengan
integrasi komputer.

Soal :
1. Carilah struktur C10H14 bila pada „H NMR terlihat :
a. singlet,  8,70, 9 Ha
singlet,  2,72, 5 Hb
b. doublet,  9,12 , 6 Ha
multiplet,  8,14, 1 Hb
doublet,  7,55 , 2 Hc
Singlet,  2,88 ,5 H4

2. Carilah struktur dua isomer -klorostirena dan para-klorostirena apabila ada data
sebagai berikut dalam 1H NMR:
a. Ha = 5,28  (triplet)
Hb = 5,73  (triplet)
Hc = 6,696 
Hd dan Ha = 7,32  (singlet)

Universitas Gadjah Mada 13


b. Ha = 6,75  (d) Ha dipecah menjacli doublet oleh Hb
Hb = 7,10  (d) Hb dipecah menjadi doublet oleh Ha
Hc = 7,29  (s) Ja-b = 15 HZ (trans).

Jawab :

Universitas Gadjah Mada 14

Anda mungkin juga menyukai