Anda di halaman 1dari 50

UJIAN AKHIR SEMESTER

Dosen : Dra. Lili Musnelina, M.Si, Apt

NAMA : GITA RAHMALIA

NIM : 15330014

MATA KULIAH : FARMAKOEPIDEMIOLOGI

KELAS :B

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018
Ujian Akhir Semester – Farmakoepidemiologi

Senin, 8 Januari 2018

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara panjang lebar dan setiap jawaban diketahui

dengan beberapa referensi buku.

1. Apa yang anda ketahui tentang farmakoepidemiologi ?

Jawab :

 Farmakoepidemiologi dapat didefinisikan sebagai studi tentang penggunaan serta

efek obat yang telah diuji pada manusia. Farmakoepidemiologi muncul pada awal

1960 saat kekhawatiran tentang efek samping obat muncul pada masyarakat

sehingga mendorong terbentuknya metode dalam mempelajari keamaan terapi obat

(Storm dan Kimmel, 2008).

 Farmakoepidemiologi dapat berkontribusi untuk pengobatan yang lebih baik

terutama dalam mengatasi hambatan dalam penyampaian obat agar lebih efektif

terhadap pasien. Farmakoepidemiologi juga menyoroti kebutuhan khusus dari tiga

kelompok populasi (Lansia, perempuan, dan anak-anak).

(Referensi : Storm, B.L., Kimmel S.E.. 2008. Textbook Of Pharmacoepidemiology.

Wiley Online Library. Philadelphia)


 Farmakoepidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat dan

efeknya pada sejumlah besar manusia. Sedangkan Porta dan Hartzema

mendefinisikan farmakoepidemiologi sebagi aplikasi latar belakang, metoda dan

pengetahuan epidemiologik untuk mempelajari penggunaan dan efek obat dalam

populasi manusia. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek obat.

Farmakologi klinik adalah ilmu yang mempelajari efek obat pada tubuh manusia.

Dengan kata lain Farmakoepidemiologi menjembatani antara ilmu Farmakologi dan

Farmakologi Klinik.

(Referensi : Warning, B., Montagne, M., Pharmacoepidemiology: Principles &

Practice, McGraw Hills, 2000)

 Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah tentang penyakit,

demos adalah penduduk, dan logos adalah ilmu. Jadi EPIDEMIOLOGI adalah :

Suatu ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), frekuensi (Jumlah/Angka)

dan determinan (Penyebab) penyakit/masalah kesehatan pada suatu penduduk.

Menurut CDC 2002, Last 2001 dan Gordies 2000, epidemilogi is the mother of

public health.

Mengapa farmakoepidemiologi perlu dipelajari ?

Jawab :

Farmakoepidemiologi perlu dipelajari karena mendukung penggunaan obat

rasional dan biaya obat yang efektif di masyarakat, dengan demikian meningkatkan

hasil kesehatan. Farmakoepidemiologi juga dapat digunakan untuk penyediaan


informasi mengenai keuntungan dan bahaya penggunaan obat dan pertimbangan

pemilihan penggunaan obat, sesuai pada kondisi pasien. karena karena dengan ilmu

tersebut seorang farmasis dapat mempelajari sekaligus memahami penggunaan

suatu obat dan efeknya terhadap penyakit tertentu yang timbul pada suatu populasi

manusia.

Selain itu, Farmakoepidemiologi berguna untuk memberikan informasi

tentang efek merugikan dan menguntungkan dari obat, sehingga memungkinkan

penilaian yang lebih baik tentang keseimbangan rasio resiko/keuntungan dari

penggunaan obat pada pasien tertentu.

(Referensi : Warning, B., Montagne, M., Pharmacoepidemiology: Principles &

Practice, McGraw Hills, 2000)

Apa hubungannya farmakoepidemiologi dengan clinicaltrial ?

Jawab :

 Clinical trial itu sendiri merupakan suatu penelitian mengenai penggunaan obat
pada manusia. Dan epidemiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
berbagai macam penyakit yang timbul atau terjadi pada lingkungan masyarakat.
Dimana epidemiogi dapat membantu kita untuk mengetahui penyakit-penyakit yang
muncul pada masyarakat sehingga dapat membantu dalam proses penggunaan/terapi
obat pada epidemi tersebut. Singkatnya saling menunjang untuk mencapai tujuan
yang sama. Yakni melenyapkan penyakit yang timbul/terjadi pada masyarakat.
Sejauh mana farmakoepidemiologi diperlukan dalam pelayanan kesehatan ?

Jawab :

 Farmakoepidemiologi diperlukan dalam pelayanan kesehatan karna dengan


epidemiologi, dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai penyakit dan lain
sebagainya yang ada pada epidemiologi ini seorang tenaga teknis kefarmasian dapat
mempelajari mengenai penyakit-penyakit, faktor penyebab, pengobatannya (
penggunaan obat dan efek yang ditimbulkan oleh obat tersebut) hingga
pencegahannya yang kemudian dapat kita aplikasikan di masyarakat. Selain itu
pula pengembangan atau pemodifikasian dapat dilakukan agar dapat melakukan
pengoptimalan terapi-terapi pemberian obat tersebut. Adapun pelayanan kesehatan
yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
a) Identifikasi faktor – faktor yang berperan dalam terjadinya suatu penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat.
b) Penyediaan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan.
c) Evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. Bila
dari hasil evaluasi program tersebut dianggap tidak berhasil, maka dapat
dihentikan atau dirubah dengan program lain setelah mengetahui penyebab
yang sebenarnya.
d) Pengembangan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya menanggulanginya.
e) Pengarahan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
Aspek apa saja yang perlu diketahui dalam farmakoepidemiologi?

Jawab :

1. Aspek Akademi

Secara akademik, epidemiologi berarti Analisa data kesehatan, sosial-

ekonomi, dan trend yang terjadi untuk mengindentifikasi dan menginterpretasi

perubahan-perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat

umum atau kelompok penduduk tertentu.

2. Aspek Klinik

Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk

mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui

penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal

terjadinya epidemi.

3. Aspek praktis

Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada upaya

pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau

masyarakat umum.

4. Aspek Administrasi

Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha mengetahui keadaan

masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat


 Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan

yakni :

1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau

orang

yang terkena penyakit.

2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.

3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-

faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya

atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat

dan waktu.

Batasan Epidemiologi

1. Frekwensi masalah kesehatan

Frekeunsi yang dimaksudkan di sini menunjuk kepada besarnya masalah

kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui

frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus

dilakukan yakni menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian

dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan

tersebut.

2. Penyebaran masalah kesehatan


Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini adalah

menunjuk pada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.

Yakni menurut ciri-ciri manusia ( man ), tempat ( place ), dan waktu ( time ).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang

menerangkan frekwensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab

munculnya masalah kesehatan itu sendiri.

 Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga

Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan.

Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes

selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana

penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.

 Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan

masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta

bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam

program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of

prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan :

prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

(Referensi : Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC)
2. Apa yang anda ketahui mengenai penyakit kardiovaskular ?

Jawab :

 Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh

darah, yang secara umum dibedakan atas penyakit jantung bawaan (congenital heart

diseases) dan penyakit jantung didapat (acquired heart diseases). Penyakit

kardiovaskular merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia.

Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu sekitar 30%

dari total kematian pada tahun tersebut (Lindholm and Mendhis, 2007).

 Di Indonesia, belum ada data lengkap mengenai epidemiologi penyakit

kardiovaskular. Namun berdasar data yang tersedia, tingkat mortalitas dan

morbiditas penyakit ini cukup besar. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi kematian akibat penyakit jantung dan

pembuluh darah berkisar 26,3% dari seluruh kematian dan menduduki peringkat

pertama penyebab kematian umum (Surkesnas, 2002). SKRT 2004 melaporkan

bahwa sekitar 2,2% penduduk Indonesia yang berusia diatas 15 tahun pernah

didiagnosis menderita penyakit jantung dan sekitar 1,3% penduduk Indonesia

pernah didiagnosis menderita penyakit jantung angina (Depkes, 2007). Riset

Kesehatan Dasar Indonesia 2007 melaporkan bahwa prevalensi penyakit jantung

berdasar wawancara berkisar 7,2% dan berdasar riwayat didiagnosis oleh tenaga

kesehatan berkisar 0,9% (Balitbangkes, 2008).

 Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang

berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup
sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh

darah.

 Menurut definisi kardiovaskuler dari WHO, penyakit kardiovaskuler adalah

penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah.Ada

banyak macam penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan paling

terkenal adalah penyakit jantung koroner dan stroke.

Apa penyebab faktor resiko terjadinya penyakit tersebut dan bagaimana cara

pencegahannya ?

Jawab :

1. Faktor risiko penyakit jantung terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi, yaitu :

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1. Jenis kelamin

2. Obesitas

3. Riwayat Keluarga

4. Umur

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1. Hipertensi

2. Diabetes Melitus

3. Dislipidemia

4. Kurang aktivitas fisik

5. Diet tidak sehat


6. Stress

7. Merokok

8. Pola Makan

9. Komsumsi minuman beralkohol

(Referensi : Kemenkes RI, Pusat Data dan Informasi 2014 dan Pedoman

Pengendalian Penyakit Jantung, 2009)

2. Untuk mencegah timbulnya penyakit jantung, ada beberapa hal yang mesti

dilakukan:

 Menerapkan pola makan yang sehat,

Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau

kolesterol tinggi. Contohnya seafood (makanan laut) memiliki

kandungan kolesterol tinggi yang dapat membahayakan jantung.

Makanan yang banyak mengandung kolesterol tertimbun dalam

dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis yang

menjadi pemicu penyakit kardiovaskuler.

Sebaiknya, konsumsilah makanan yang diolah dengan cara

direbus, dikukus atau dipanggang, yang rendah atau tanpa lemak.

Misalnya susu, keju, dan mentega. Selain itu, hindari pula

makanan dengan kandungan gula tinggi seperti soft drink.

Menerapkan pola makan sehat juga berarti makan tidak

berlebihan agar terhindar dari kegemukan. Seseorang yang

memiliki lingkar pinggang lebih dan 80 cm (kegemukan),


berisiko lebih besar terkena penyakit jantung.

Mulailah dengan mengkonsumsi lebih banyak sayuran, buah-

buahan, padi-padian, makanan berserat lainnya dan ikan. Kurangi

daging, makanan kecil (cemilan), dan makanan yang berkalori

tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya.

 Pemeriksaan Rutin.

Kebanyakan penyakit kardiovaskular menyerang dengan tiba-tiba

tanpa gejala apapun. Sebelum semuanya terlambat, akan lebih

baik jika Anda rutin melakukan check up atau pemeriksaan

kesehatan untuk mengetahui risiko tersembunyi dari penyakit

kardiovaskular.

 Yoga,

Latihan pernapasan melalui yoga adalah salah satu cara untuk

mencegah penyakit kardiovaskular. Selain mampu melancarkan

asupan oksigen melalui latihan pernapasan, yoga juga

menurunkan stres dan mencegah penyakit kardiovaskular.

 Aktif bergerak

Seperti yang sudah disebutkan, gaya hidup yang tidak aktif

menjadi salah satu penyebab dari penyakit kardiovaskular. Oleh

sebab itu, cara mencegahnya adalah dengan lebih aktif bergerak.

Misalnya membiasakan diri untuk jalan kaki , jalan cepat, atau

jogging lebih sering setiap hari.


 Berhenti merokok

Merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok

dari lingkungan. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh

darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh

darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan darah yang

memicu penyakit kardiovaskuler. Perokok mempunyai peluang

terkena stroke dan jantung koroner sekitar dua kali lipat lebih

tinggi dibanding dengan bukan perokok.

 Kuriangi menkonsumsi alcohol

Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan stroke

terutama jenis hemoragik makin tinggi. Alkohol dapat menaikan

tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah dan

menyebabkan kejang arteri. Lakukan Olahraga/aktivitas fisik.

Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan,

mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah

yang merupakan faktor risiko lain terkena penyakit

kardiovaskuler.

 Memperbanyak minum air putih

Air putih adalah pelarut yang sangat baik bagi tubuh kita. Sekitar

70% dari tubuh kita adalah air. Air adalah media utama dalam

metabolisme tubuh, sebagai pengatur suhu, penyeimbang kadar

asam-basa, merupakan kendaraan dasar untuk transportasi


material, dan lain-lain. Karena air adalah pelarut yang baik, air

akan melancarkan segala keperluan metabolisme tubuh kita,

termasuk pembuangan sampah dan racun dari tubuh kita. Selain

itu tubuh yang tercukupi kebutuhan airnya akan lebih mudah

melakukan regenerasi bagian tubuh yang rusak, sehingga orang

akan menjadi awet muda hanya dengan minum air putih dalam

jumlah cukup (tidak berlebihan) setiap hari.

 Kontrol gula darah jika Anda menderita diabetes.

 Mengonsumsi suplemen Shaklee yang terdiri dari Vivix,

OmegaGuard, Vita-E Complex, dan CarotoMax secara teratur.

(Referensi : World Health Organization - Noncommunicable Diseases (NCD)

Country Profiles, 2014)


3. Bagaimana menurut anda hubungan antara pengobatan dengan obat dan

efek samping yang timbul ?

Jawab :

 Hubungan antara pengobatan dengan obat terhadap efek samping yang

timbul dapat terjadi akibat dari penggunaan obat terhadap penyakit tertentu.

Biasanya efek samping akan timbul apabila pengobatan dengan obat

dilakukan pada jangka panjang untuk mengobati penyakit yang kronik,

sehingga efek samping pun akan timbul selama penggunaan obat dalam

jangka panjang tersebut.

 Pada penggunaan obat tertentu efek samping biasanya dapat menyebabkan

kerusakan pada organ seperti ginjal yang dapat menyebabkan timbulnya

penyakit lain yang biasanya akan memeperparah penyakit yang sebelumnya

diderita karena apabila salah dalam pengkombinasian obat maka dapat

mengancam kesehatan orang tersebut.

 Memang betul bahwa selain memberikan efek terapi yang diharapkan, obat

juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping

obat. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara molekul obat

dengan tempat kerjanya. Jadi, suatu obat yang bekerja pada tubuh kita tidak

selalu bekerja secara spesifik, ia dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu

yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika interaksi ini terjadi maka

ada efek lain yang dapat timbul.


 Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat dapat berasal

dari faktor pasien dan dari faktor obatnya sendiri.

1. Faktor pasien

Yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik,

dan penyakit yang diderita.

- Umur

Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem

metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya

efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik

(lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.

- Genetik dan kecenderungan untuk alergi

Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan

genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologi

yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek

samping. Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan

terjadinya alergi. Contohnya pada penisilin, sekitar 1-5% orang yang

mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.

- Penyakit yang diderita

Untuk pasien yang mengidap suatu penyakit tertentu, hal ini

memerlukan perhatian khusus. Misalnya untuk pasien yang memiliki

gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan efek


samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai

penggunaan obatnya.

2. Faktor intrinsik dari obat

yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping, seperti

pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar

obat.

- Pemilihan obat

Setiap obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-

beda, tempat kerja yang berbeda, dan tentunya efek yang berbeda

pula. Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek samping yang

mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi

- Jangka waktu penggunaan obat

Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama. Contohnya penggunaan parasetamol

dosis tinggi pada waktu lama akan menyebabkan hepatotoksik

atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka waktu lama juga

dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius

seperti moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain. Lain lagi

dengan penggunaan AINS (anti inflamasi non steroid)

berkepanjangan, dapat muncul efek samping berupa iritasi dan nyeri

lambung.
- Interaksi obat

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek

samping. Ada beberapa obat ketika dikonsumsi secara bersamaan,

akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya kombinasi

antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-

sparing (spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia.

(Referensi : Dwi, F.Y. 2010. Efek Samping Obat. Hilal Ahmar Jakarta.

Stockley, I. H., 2008, Drug Interaction: A Source Book of Adverse

Interactions, their Mechanisms, Clinical Importance and Management,

8th ed, Pharmaceutical Press, London.

Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan

Kusnandar. 2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT ISFI Penerbitan)

Sebutkan pula perbedaan dengan pengobatan tanpa obat yang dikaitkan

dengan macam-macam studi desain? Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari

masing-masing studi desain tersebut!

Jawab :

Perbedaan antara pengobatan dengan obat dan pengobatan tanpa obat yang

dikaitkan dengan macam – macam studi disain adalah dalam pengobatan tanpa obat

(pengobatan sendiri) oleh masyarakat bertujuan untuk mengobati penyakit tanpa


resep/ tenaga medis. Sehingga kaitanya dengan macam – macam desain studi

deskriptif maupun analitiknya kurang begitu berpengaruh karena pengobatan

dilakukan tanpa obat sehingga efek sampingpun sulit terdeteksi karena tidak ada

acuan dalam penanganannya.

Kekurangan dan kelebihan dari masing – masing studi disain, yaitu :

1. Studi Kasus Control

Studi Kasus Control merupakan studi observasional yang menilai hubungan

paparan penyakit dengan cara menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit

(kasus) dan sekelompok tidak berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan

frekuensi paparan pada kedua kelompok.

Case control dalam desain studi epidemiologi adalah studi analitik yang

menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu

menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu dan kemudian mengidentifikasi

penyebab (faktor risiko). Studi case control biasanya dilakukan dengan


memakai kelompok kontrol sehingga disebut sebagai studi kasus kontrol

atau case control study dan bersifat retrospektif. Di dalam studi kasus kontrol ini

dimulai dengan kasus atau sampel yang telah ada atau dengan kata lain sudah

terjadi dan sudah tersedia) dimana digunakan sampel kelompok kontrol sebagai

pembanding. Kelompok kontrol tersebut terdiri dari sekumpulan orang yang

bukan kasus (bukan penderita penyakit yang bersangkutan) yang ciri-cirinya

(dalam hal umur, jenis kelamin, ras, tingkat sosial, dll). Pada case control,

dimulai dari pemaparan pada masa lampau untuk melacak riwayat

pengalamannya.

Studi case control adalah rancangan penelitian epidemiologi yang

mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan

cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status

paparannya. Ciri-ciri studi case control adalah pemilihan subyek berdasarkan

status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek

mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Karakteristik case

control antara lain :

- Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif

- Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok control

- Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya

hubungan sebab-akibat

- Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistic


- Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan

kelompok kasus

- Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah

pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus

dengan kelompok control

- Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan

melalui perhitungan odds ratio

 Ciri- Ciri Penelitian Kasus Kontrol/Retrospektif

Penelitian retrospektif memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

a. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

b. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita

c. Terdapat kelompok control

d. Kelompok control harus memliki resiko terpajan oleh factor resiko

yang sama dengan kelompok kasus

e. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh factor resiko

antara kelompok kasus dan kelompok control

f. Tidak mengukur insidens


 Kekurangan Studi Kasus Control, yaitu :

a. Tidak dapat dipakai untuk menentukan angka insidensi (incidence rate)

penyakit.

b. Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data

tidak lengkap dan sering terjadi penyimpangan.

c. Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika

masalah kesehatan yang sedang diteliti terdapat di masyarakat lebih dari

5%.

d. Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua

populasi yang berbeda.

 Kelebihan Studi Kasus Control, yaitu :

a. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang jarang terjadi di

masyarakat.

b. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang terjadi secara

laten di masyarakat.

c. Sangat berguna untuk mempelajari karakteristik berbagai faktor resiko

potensial pada masalah kesehatan yang diteliti.

d. Hanya memerlukan waktu yang singkat dan biaya yang lebih murah

dibandingkan dengan studi kohort.

 Pengukuran Odd Rasio (=psi)

Pengukuran resiko relatif pada penelitian case control tidak dapat dilakukan

secara langsung tetapi hanya berupa perkiraan karena pada penelitian case
control tidak mengukur insidensi tetapi hanya mengukur besarnya paparan.

Secara skematis dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut

Penyakit

Pemaparan Positif Negative Jumlah Odds penyakit

Positif A B m1 a/b

Negative C D m2 c/d

Jumlah n1 n2 N

- Odds pemaparan a/c b/d

- Odds ratio () (a/b)/(c/d) atau ad/bc

Contoh:

Suatu penelitian tentang hubungan karsinoma paru- paru dengan

rokok yang dilakukan secara retrospektif dengan mengambil 100 orang

penderita Ca paru- paru sebagai kasus dan 100 orang dengan penyakit

lain yang tidak ada hubungannya dengan Ca paru- paru sebagai

kelompok control. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis

kelamin, dan social ekonomi

Hasilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan 90

orang yang merokok, sedangkan pada kelompok control terdapat 40

orang yang merokok. Hal ini dapat digambarkan secara skematis dalam

bentuk tabel berikut:


Pajanan Kasus Control

Perokok 90 40

Bukan perokok 10 60

Jumlah 100 100

- Rate pemaparan pada kelompok kasus= 90/100= 90%

- Rate pemaparan pada kelompok control = 40/100= 40%

- Odds ratio= (90×60)/(40x 10)= 5400/500= 10,8

Ini berarti bahwa diperkirakan resiko bagi perokok terkena

karsinoma paru- paru adalah 10,8 kali lebih besar dibandingkan

dengan bukan perokok.

2. Studi Kohort

Studi kohort merupakan desain observasional yang mempelajari hubungan

antara paparan dan penyakit, dengan memilih dua atau lebih kelompok-

kelompok studi berdasarkan perbedaan status paparan, kemudian mengikuti

sepanjang suatu periode waktu untuk melihat berapa banyak subyek dalam

masing – masing kelompok mengalami penyakit.

 Kekurangan Studi Kohort, yaitu :

a. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit

yang jarang dijumpai di masyarakat.

b. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama.

c. Biaya yang diperlukan selama melaksanakan studi cukup besar.


d. Follow up kadang sulit dilakukan dan sampel yang loss overload dapat

mempengaruhi hasil studi.

 Kelebihan Studi Kohort, yaitu :

a. Dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya asosiasi antara

faktor resiko dan penyakit.

b. Sangat bermanfaat untuk studi penyakit-penyakit yang jarang dijumpai

di masyarakat.

c. Dapat memberikan keterangan yang lengkap mengenai faktor resiko

(pajanan) yang dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan

penyakit.

d. Masalah etika lebih sedikit daripada studi eksperimental.

e. Dapat secara langsung menghitung angka insidensi penyakit dan resiko

relatif, serta dapat mengetahui faktor resiko yang sedang diteliti.

f. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang selain ahli

farmakoepidemiologi.

3. Studi Cross Sectional

Studi cross sectional (potong lintang) adalah studi epidemiologi yang

mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungna penyakit dan paparan

(faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau

karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu

dari suatu populasi pada saat itu.


Studi cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan rancangan

atau desain observasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Semua pengukuran variabel (dependen dan indpenden) yang diteliti

dilakukan pada waktu yang sama

2. Tidak ada periode follow-up

3. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu

4. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding

5. Hubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja

6. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis

7. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

Cross sectional dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan tujuan

penelitian dan subjeknya baik komunitas, institusi, klinik, dll. Cross

sectional berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada

populasi pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi

potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-

lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit,

meskipun bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk


menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak

dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului

penyakit.

 Tujuan Studi Cross Sectional

Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut

a. Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah

kesehatan masyarakat di suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey

kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk menetukan strategi pelayanan

kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan

masyarakat disuatu saat

b. Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk

mengetahuiprevalensi penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal

tertentu prevalensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk

mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya penyakit yang

menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat

diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit

memperkirakan insidensi berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas

tersebut tidak permanen.

c. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan

adanya hubungan sebab akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang
jelas dan tetap, misalnyapenelitian hubungan antara golongan darah dengan

karsinoma endometrium

Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti

penyakit yang menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi

dilakukan penelitian cross sectional karena pada penelitian ini sebab dan

akibat ditentukan pada waktu yang sama dan antara sebab akibat dapat

saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan tingginya

kadar kolesterol darah.

e. Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis

spesifik yang akan diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu

penelitian cross sectional di suatu daerah ditemukan bahwa sebagian

besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai sumber air minum.

Dari hasil ini belum dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor

resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu

perkiraan atau hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.

 Langkah-langkah Studi Cross Sectional

Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Identifikasi dan perumusan masalah

Masalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan

dengan jelas agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas


Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan

penelaahan terhadap insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu

untuk mengetahui secara jelas bahwa masalah yang sedang dihadapi

merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian.

Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.

b. Menetukan tujuan penelitian

Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat

mengetahui apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa

banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.

Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak

melakukan tindakan lebih lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang

sangat penting dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan

metode yang akan digunakan.

c. Menentukan lokasi dan populasi studi

Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan

ditentukan pula populasi studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak

dilakukan terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian

populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.

Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok
populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian

dilakukan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran

yang dituju yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas,

misalnya jenis kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang diderita. Hal ini

penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa

hasil penelitian ini dilakukan

d. Menentukan cara dan besar sampel

Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel

dan cara pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung

dengan rumus Snedecor dan Cochran berikut.

1) Untuk data deskrit

n= besar sampel

p= proporsi yang diinginkan

q= 1-p

Z= simpangan dari rata- rata distribusi normal standard

L= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh

dapat diterima
2) Untuk data kontinyu

S2= varian sampel

Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan

dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling

frame yaitu daftar subjek studi pada populasi studi.

e. Memberikan definisi operasional

f. Menentukan variable yang akan diukur

g. Menyusun instrument pengumpulan data

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan

dilakukan uji coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable

yang terlewatt karena dalam instrument tersebut berisi semua variable yang

hendak diteliti

Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik

atau laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan

penelitian
h. Rancangan analisis

Analisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum

penelitian dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan.

Rancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil

penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.

 Kelebihan Studi Cross Sectional, yaitu :

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai

beberapa keuntungan dan kerugian sebagai berikut.

Keuntungan dari cross sectional yaitu :

1. Mudah untuk dilaksanakan

2. Hasil segera diperoleh

3. Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang

diteliti dengan faktor-faktor terkait (terutama karakteristik yang

menetap)

4. merupakan studi awal dari suatu rancangan studi kasus-kontrol

maupun kohort

5. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross

sectional merupakan cara yang cepat dan murah untuk mendeteksi

adanya kejadian luar biasa


6. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik

untuk penelitian analitis (baseline information).

7. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui

prevalensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat

dimasyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk

menyusun perencanaan pelayanan kesehatan.

8. Memudahkan pengumpulan data dalam waktu relative singkat

 Kekurangan Studi Cross Sectional, yaitu :

1. Hanya kasus prevalens atau yang tidak terkena dampak tertentu yang

diteliti

2. Membutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat

memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih

3. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu Untuk mengatasi

kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross

sectional berulang- ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi,

misalnya perubahan prevalensi penyakit TBC di suatu daerah,

tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pada penelitian

berikutnya telah terjadi perubahan dalam distribusi golongan umur dan

orang- orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari
kohort yang sama karena kemungkinan terjadi migrasi ke dalam atau ke

luar.

4. Sulit untuk perhitungan besarnya resiko secara akuran dan sulit

menentukan besarnya insidensi penyakit

5. Lebih membutuhkan subjek yang lebih besar terutama bila variable

yang diteliti cukup banyak

6. Tidak dapat digunakan untuk penelitian terhadap penyakit yang jarang

dalam masyarakat

7. Tidak dapat dipakai untuk meneliti penyakit yang terjadi secara akut dan

cepat sembuh (durasi penyakit pendek).

8. Tidak dapat menjelaskan apakah penyakit atau faktor resiko (pajanan)

yang terjadi lebih dulu.

9. Sering terjadi penyimpangan berupa bias observasi dan bias respon.


4. Paparan penyakit seringkali timbul akibat pencemaran lingkungan, apa

saja yang menjadi faktor penyebabnya?

Jawab :

Kesehatan ditentukan oleh banyak hal. Selain makanan, minuman, dan

gaya hidup, faktor eksternal seperti lingkungan juga mempengaruhi kesehatan.

Adapun faktor lingkungan yang dimaksud, yaitu:

Radiasi Elektromagnetik: yaitu energi gabungan dari energi magnet dan

listrik. Cahaya yang kita lihat sehari-hari, infra merah, sinar x, sinar gamma,

gelombang radio dan telepon genggam, sinyal dari tower raksasa, televisi,

komputer, dan alat elektronik lainnya termasuk sumber dari radiasi

elektromagnetik. Manusia yang secara kontinyu terpapar radiasi

elektromagnetik akan lebih besar peluangnya terkena penyakit, seperti kanker,

gangguan kepribadian, gangguan saraf, gangguan sistem reproduksi, dll.

Berbagai negara, misalnya Amerika sudah paham betul tentang dampak radiasi

elektromagnetik ini. Para ilmuan di sana banyak menemukan fakta tentang

hubungan radiasi ini dengan kanker otak, sindroma down, dan cacat lahir.

Radiasi Ultraviolet: berasal dari terik matahari (terutama siang hari). Beberapa

penelitan mengatakan radiasi ultraviolet ini berkaitan dengan supresi (turunnya)

sistem imun dan ganasnya sel kanker pada kulit. Radiasi ultraviolet dewasa ini

kian bertambah intensitasnya akibat pengaruh penipisan ozon.


Radiasi Radioaktif (Ionisasi): berasal dari bahan peledak yang mengandung

uranium. Radiasi ini populer di era pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Kini

dampak dari pengeboman itu pada penduduk ialah penyakit hipotiroid autoimun

yang dipicu oleh rekasi autoimun. Penyakit ini mengahambat laju metabolisme

seluruh organ termasuk produksi organ-organ imunitas. Akibatnya, penyakit

infeksi level rendah sekalipun dapat menyebabkan kematian.

Polusi Udara: sifat panas dari polusi seperti asap industri, gas buang kendaraan,

asap kebakaran hutan, dll. dapat menyebabkan kerusakan saluran pernapasan.

Namun, tidak hanya itu, hasil pembakaran minyak bumi, seperti bensin dapat

memicu pertumbuhan sel kanker. Bensin mengandung benzena, xilena,

dan toluene; setelah diproses dari mesin, lalu keluar melalui knalpot kendaraan

dalam bentuk polycyclic aromatic hydrocarbons, dapat bersifat karsinogenik

(menumbuhkan sel kanker). Selain contoh di atas, asap rokok yang terhisap

secara pasif juga menyebabkan penyakit (seperti kanker paru).

Bising: yaitu bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu

kenyamanan dan kesehatan. Tingkat kebisingan yang > 85 db (desibel) dapat

merusak reseptor organ korti (organ pendengaran). Kerusakan dapat terjadi

apabila seseorang terpapar bising yang melebihi desibel normal, serta terpapar

sering dan kontinyu terhadap bising itu-biasa pada pekerja industri-. Penyakit

yang terjadi dikenal dengan nama Noise Induce Hearing Loss (NIHL) atau tuli
sensorineural.

Air Terkontaminasi: Airlah yang menjadi "korban" limbah industri (arsen,

timbal, raksa, dll), bahan pertanian (pestisida), dan "sisa" manusia (tinja, sabun,

limbah domestik lain). Limbah industri dan pertanian berbahaya karena sifat

kimia beracunnya, sedangkan "sisa" manusia selain berbahaya karena sifat

kimia, juga berbahaya karena aspek bakteriologisnya. Air yang diduga tercemar

biasanya mengandung berbagai karakter yang melebihi batas (baku mutu) yang

ditentukan berdasarkan parameter tertentu, seperti bau, rasa, kekeruhan, pH, E.

Coli, coliforms, BOD (Biochemical Oxygent Demand), COD (Chemical

Oxygent Demand), fosfat, dan amoniak.

Lingkungan Kerja dan Tempat Tinggal: pekerjaan yang dilakukan dalam

lingkungan kerja yang terdapat pajanan (exposure) bahan kimia yang bersifat

toksik, eksplosif, mudah terbakar, mudah menyala, oksidator, korosif, iritatif,

karsinogenik, ataupun mutagenik, memiliki dampak buruk yang tinggi terhadap

kesehatan. Begitupun tempat tinggal yang mengandung banyak bahan

berbahaya seperti asbestos (genteng asbes), tempat tinggal yang berisik (dekat

diskotik), tempat tinggal yang kumuh, tempat tinggal di dekat tower sinyal

telekomunikasi, serta tempat tinggal yang berpotensi terkena bencana, juga

sangat membahayakan kesehatan.


Bagaimana menurut anda penanganan pasien yang terpapar oleh pencemaran

udara dan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan?

Jawab :

 Penanganan pasien yang terpapar oleh pencemaran udara

Penanganan pasien yang terpapar oleh pencemaran udara, menrut saya

penanganannya dengan cara memberi ruang dengan udara yang bersih agar

pernapasannya baik dan diberi air putih lalu di rujuk ke rumah sakit agar di

berikan penanganan lebih lanjut oleh dokter dan tenaga medis lainnya.

1. Pada penderita kanker paru akibat tercemar udara ditangani dengan cara

perawatan paliatif, pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi.

2. Pada penderita asma yang tercemar udara obat inhaler sangat penting

karena lebih efektif dan efeknya lebih cepat dalam mengendalikan asma.

3. Pada penderita bronkitis :

- Terapi umumnya difokuskan pada pengentasan tujuan

symptoms.Toward ini, dokter mungkin meresepkan kombinasi

obat yang terbuka menghalangi saluran udara bronkial dan lendir

obstruktif tipis sehingga dapat batuk dengan lebih mudah.

- Perawatan untuk bronkitis akut terutama mendukung dan harus

memastikan bahwa pasien oxygenating memadai. Istirahat di

tempat tidur dianjurkan.


- Cara yang paling efektif untuk mengendalikan batuk dan

produksi sputum pada pasien dengan bronchitis kronis adalah

menghindari iritasi lingkungan, terutama asap rokok

- Pemberian antikejang untuk serangan tiba-tiba

- Pemberian kortikosteroid dan manitol untuk edema serebral;

4. Pada Penderita Pneumonia :

Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan

pengobatan dengan pemberian antijamur.

Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan

pengobatan yang hampir sama dengan penderita flu, namun lebih

ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake

cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu

pemulihan daya tahan tubuh.

 Berbagai Upaya Pencegahan Pencemaran Polusi Udara

Berbagai upaya harus dilakukan oleh manusia untuk mengurang

bahaya polusi udara.Diantaranya upaya tersebut adalah :

1. Mengurangi jumlah mobil lalu lalang. Misalnya dengan jalan kaki, naik

sepeda, kendaraan umum, atau naik satu kendaraan pribadi bersama

teman-teman (car pooling). Selalu merawat mobil dengan seksama agar

tidak boros bahan bakar dan asapnya tidak mengotori udara.

2. Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah AC non-CFC dan hemat energi.

3. Mematuhi batas kecepatan dan jangan membawa beban terlalu berat di

mobil agar pemakaian bensin lebih efektif.


4. Meminimalkan penggunaan bahan kimia.Menghiasi rumah dan

lingkungan dengan tanaman asli.

5. Kalau toilet menggunakan pengharum ruangan, pilih yang tidak

mengandung aerosol.

6. Jangan membuang sampah sembarangan, terutama di sungai, selokan

dan laut.

7. Menggunakan lebih banyak barang-barang yang terbuat dari

kaca/keramik, bukan plastik atau styrofoam. Sebisa mungkin

menghindari menggunakan barang/produk dengan kemasan kecil

(sachet) karena akan menambah jumlah sampah.

8. Membiasakan menggosok gigi dengan menggunakan gelas, bukan

menyalakan keran terus-menerus.

9. Jangan sia-siakan air bersih. Sebisa mungkin menggunakan lap atau sapu

tangan untuk menggantikan tisu yang terbuat dari kertas.

10. Mengurangi belanja yang tidak perlu agar tidak menimbulkan sampah di

kemudian hari.

11. Membeli bensin yang bebas timbal (unleaded fuel).

12. Memilih produk yang ramah lingkungan. Misalnya parfum non-CFC.

Memakai plastik berulang kali. Sampah plastik sulit diurai dan kalau

dibakar menimbulkan zat beracun.

13. Tidak merokok.

14. Memilah antara sampah basah dan sampah kering dan menyediakan

tempat untuk keduanya.


15. Memfotokopi secara bolak-balik atau memakai kertas yang sisinya

masih kosong.

16. Menghemat kertas berarti mengurangi penggundulan hutan. Bumi yang

hijau dapat menyerap polusi lingkungan lebih baik.

17. Menggunakan lampu dengan kapasitas yang tepat.

18. Bila kita menggunakan kamar kecil, jangan lupa mematikan air setelah

kita pakai. Ingat, semakin banyak air terbuang percuma berarti kita turut

memboroskan sumber daya alam.

 Langkah – Langkah apa saja yang perlu dilakukan

a. Perlu dibatasi penggunaan bahan bakar yang menghasilkan

CO.

b. Pemberian edetat calcium disodium secara IV atau IM.

c. Penggunaan terapi kelasi

d. Menerapkan program penghijauan di kota-kota untuk

mengurangi tingkat pencemaran.

e. Perawatan suportif;

f. Memilih lokasi pabrik dan industri yang jauh dari keramaian

dan pada tanah yang kurang produktif.

g. Penghentian paparan dengan segera;

h. Pemberian antikejang untuk serangan tiba-tiba;

i. Gas-gas buangan pabrik perlu dibersihkan dahulu sebelum

dikeluarkan ke udara bebas. Pembersihan dapat


menggunakan alat tertentu, misalnya cottrell yang berfungsi

untuk menyerap debu. Meningkatnya kadar karbon dioksida

di atmosfer juga dapat membahayakan kelangsungan hidup

makhluk hidup yang ada di bumiini. Konsentrasi karbon

dioksida yang berasal dari sisa pembakaran, asap kendaraan,

dan asap pabrik dapat menimbulkan efek rumah kaca (green

house effect).

(Referensi : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian

Pencemaran Udara, Jakarta, 21 – 09 – 2006)


5. Sebutkan dan jelaskan persamaan dan perbedaan antara HACCP (Hazard

Analysis & Critical Control Point) dengan MESO (Monitoring Efek

Samping Obat)!

Jawab :

 MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela

(voluntary reporting) dengan menggunakan formulir pelaporan ESO

berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning (Lampiran 1).

Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan digunakan

dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga

pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider

merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi (rare).

 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang

terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek Samping Obat/ESO (Adverse Drug

Reactions/ADR) adalah respon terhadap suatu obat yang merugikan dan

tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada

manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau untuk

modifikasi fungsi fisiologik (Syah, 2012).

 TujuanMESO

a. Memberikan kesempatan untuk mengenali suatu obat dengan baik dan


untuk mengenali respon orang terhadap obat.

b. Membantu meningkatkan pengetahuan tentang obat, manusia atau

penyakit dari waktu ke waktu.

c. Menerima info terkini tentang efek samping obat (Purwantyastuti, 2010).

d. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

e. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah

dikenal dan yang baru saja ditemukan.

f. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

angka kejadian dan hebatnya efek samping obat.

g. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.

h. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (Syah,

2012).

 Form Laporan MESO

a. Kode sumber data : Diisi oleh Badan POM

b. Informasi tentang penderita

– Nama

(singkatan) : Diisi inisial atau singkatan nama pasien,

untuk menjaga kerahasiaan identitas pasien

– Umur : Diisi angka dari tahun sesuai umur pasien. Untuk pasien bayi

dibawah 1 (satu) tahun, diisi angka dari minggu (MGG) atau bulan (BL)

sesuai umur bayi, dengan diikuti penulisan


Huruf MGG atau BL,misal 7 BL.

– Suku : Diisi informasi nama Suku dari pasien, misal suku Jawa, Batak, dan

sebagainya.

– Berat Badan : Diisi angka dari berat badan pasien, dinyatakan dalam

kilogram (kg).

– Pekerjaan : Diisi apabila jenis Pekerjaan pasien mengarah kepada

kemungkinan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan gejala atau

manifestasi KTD atau ESO. Contoh: buruh pabrik kimia, pekerja bangunan,

pegawai kantor, dan

lain-lain.

 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) oleh tenaga kesehatan di Indonesia

masih bersifat sukarela (voluntary reporting) dengan formulir pelaporan

ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning (Lampiran 1).

Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan digunakan

dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga

pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider

merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi (rare) (Direktorat Pengawasan

Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Badan POM RI, 2012).

 Penjelasan pengisian Form MESO:

– Kelamin : Agar diberikan tanda (X) Sesuai pilihan jenis kelamin yang
tercantum dalam formulir kuning.

Apabila pasien berjenis kelamin wanita, agar

diberi keterangan dengan memberikan tanda (X) pada pilihan kondisi

berikut: hamil, tidak hamil, atau tidak tahu.

– Penyakit Utama : Diisikan informasi diagnosa penyakit yang diderita

pasien sehingga pasien harus

menggunakan obat yang dicurigai menimbulkan

KTD atau ESO.

– Kesudahan penyakit

utama : Diisi informasi Kesudahan /outcome dari penyakit utama,

pada saat pasien mengeluhkan atau berkonsultasi tentang

KTD atau ESO yang dialaminya. Terdapat pilihan yang tercantum dalam

formulir kuning agar diberikan tanda (X) sesuai dengan informasi

yang diperoleh. Kesudahan penyakit utama dapat berupa:

sembuh, meninggal, sembuh dengan gejala sisa, belum sembuh, atau tidak

tahu.

– Penyakit/kondisi lainyayang menyertai : Diisi informasi tentang

penyakit/kondisi lain diluar penyakit utama yang sedang dialami pasien

bersamaan dengan waktu mula

menggunakan obat dan kejadian KTD atau ESO.

Terdapat pilihan yang tercantum dalam formulir kuning, agar diberikan

tanda (X)

sesuai informasi yang diperoleh, yang dapat


berupa: gangguan ginjal, gangguan hati, alergi,

kondisi medis lainnya, dan lain-lain sebutkan

jika diluar yang tercantum. Informasi ini Bermanfaat untuk proses evaluasi

hubungan kausal, untuk

memverifikasi kemungkinan adanya faktor penyebab lain dari terjadinya

KTD atauESO.

(Referensi : 1.Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT

Badan POM RI, 2012, Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bagi

TenagaKesehatan.

2.Purwantyastuti, 2010, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Majalah

Kedokteran Indonesia, volume : 60, nomor : 4, april 2010)

 HACCP merupakan suatu sistem manajemen pengawasan dan pengendalian

keamanan pangan secara preventif yang bersifat ilmiah, rasional dan

sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi, memonitor dan

mengendalikan bahaya (hazard) mulai dari bahan baku, selama proses

produksi/pengolahan, manufakturing, penanganan dan penggunaan bahan

pangan untuk menjamin bahwa bahan pangan tersebut aman bila dikonsumsi

(MOTARKEMI et al, 1996 ; STEVENSON, 1990).

 Dengan demikian dalam sistem HACCP, bahan/materi yang dapat

membahayakan keselamatan manusia atau yang merugikan ataupun yang

dapat menyebabkan produk makanan menjadi tidak disukai; diidentifikasi


dan diteliti dimana kemungkinan besar terjadi kontaminasi/pencemaran atau

kerusakan produk makanan mulai dari penyediaan bahan baku, selama

tahapan proses pengolahan bahan sampai distribusi dan penggunaannya.

Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali

kritis. Menurut BRYAN (1990), sistem HACCP didefinisikan sebagai suatu

manajemen untuk menjamin keamanan produk pangan dalam industri

pengolahan pangan dengan menggunakan konsep pendekatan yang bersifat

logis (rasional), sistematis, kontinyu dan menyeluruh (komprehensif) dan

bertujuan untuk mengidentifikasi, memonitor dan mengendalikan bahaya

yang beresiko tinggi terhadap mutu dan keamanan produk pangan.

 Bagi industri pengolahan pangan, sistem HACCP sebagai sistem penjamin

keamanan pangan mempunyai kegunaan dalam hal, yaitu :

(1) Mencegah penarikan produk pangan yang dihasilkan,

(2) Mencegah penutupan pabrik,

(3) Meningkatkan jaminan keamanan produk,

(4) Pembenahan dan pembersihan pabrik,

(5) Mencegah kehilangan pembeli/pelanggan atau pasar,

(6) Meningkatkan kepercayaan konsumen dan

(7) Mencegah pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul karena

masalah keamanan produk.

(Referensi : Implementasi GMP dan HACCP dalam Menunjang Quality Assurance

Industri Pangan(A. Tjahjanto Prasetyono)


Persamaan antara HACCP dengan MESO ?

Jawab :

Keduanya merupakan suatu sistem atau upaya melakukan pengontrolan keamanan

pada suatu produk sehinggga produk tersebut terjamin aman untuk digunakan oleh

masyarakat.

Perbedaan antara HACCP dengan MESO ?

Jawab :

1). HACCP merupakan suatu upaya pengontrolan keamanan pada produk makanan,

sedangkan MESO pengontrolan keamanan pada produk obat;

2). HACCP dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengakses bahaya serta risiko

yang berkaitan dengan proses pembuatan, distribusi, dan penggunaan produk

pangan, sedangkan MESO program pemantauan keamanan suatu obat yang telah

beredar di masyarakat untuk melihat efek samping apa saja yang kemungkinan

muncul akibabt penggunaan produk obat tersebut.

Bagaimana kedua penilaian ini diaplikasikan dalam farmakoepidemiologi?

Jawab :

Farmakoepidemiologi dapat didefinisikan sebagai studi tentang penggunaan

serta efek obat yang telah diuji pada manusia.


Jadi, Menurut saya Farmakoepidemiologi hanya dapat di aplikasikan pada MESO

saja karena ruang lingkup farmakoepidemiologi mengenai dunia farmasi yang

mencakup obat, efek samping obat, penyakit, dan populasi. Berbeda dengan

epidemiologi , maka bentuk kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek

kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun

diluar bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai