Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UTS BATSUL QUTUB

Dosen Pengampu :
Drs.A.Dudung Abdul Aziz, M.Pd.I

Oleh :
Jalaludin Bahtiar 0101.1501.046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KHEZ. MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas UTS makalah batsul qutub .
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan
menyusun makalah ini masih terdapat kesalahan maupun kekeliruan. Oleh
karenanya, kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari
para pembaca. Sehingga kami dapat belajar dari kesalahan dan bisa
memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun
maupun bagi para pembaca. Amin

Purwakarta, 1 Juni 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, Arab: ‫ )القرآن‬adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islampercaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup
wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraanMalaikat Jibril; dan
wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Seperti kita ketahui sendiri, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril AS secara
berangsur-angsur, berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas
petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa
membebaskan manusia dari kesesatan menuju jalan yang lurus.
Dalam makalah ini akan mebahas mengenai pendidikan, bahwasanya
pendidikan merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan
pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga
secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada dunia pendidikan,
hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang diantaranya: peserta didik,
pendidik, software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder. Aset yang
diperlukan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang bekualitas. Sumber
daya yang berkualitas dapat berupa dari siswa, masyarakat, maupun dari pendidik.
‫‪B. Rumusan Masalah‬‬
‫‪1. Jelaskan makna pendidikan yang terkandung dalam ayat ini :‬‬
‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر ِ‬
‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُونَ‬
‫‪2. Jelaskan makna pendidikan yang terkandung dalam ayat ini :‬‬
‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر ِ‬
‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر‬ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج ْ‬
‫ت ِللنَّ ِ‬

‫‪C. Tujuan‬‬
‫‪1. Untuk mengetahui pendidikan yang terkandung dalam ayat ini :‬‬
‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َيدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر ِ‬
‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُونَ‬
‫‪2. Untuk mengetahui pendidikan yang terkandung dalam ayat ini :‬‬
‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر ِ‬
‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر‬ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج ْ‬
‫ت ِللنَّ ِ‬
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Dalam Ayat
ِ ‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
َ‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬
Terjemahannya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Di antara kewajiban asasi dalam Islam adalah kewajiban melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar, suatu kewajiban yang dijadikan oleh Allah Swt. sebagai
salah satu dari dua unsur pokok keutamaan dan kebaikan umat Islam. Sebagaimana
halnya Allah Swt. memuji orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar,
maka Allah Swt. mencela orang-orang yang tidak menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar.
Allah Swt. berfirman, “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka
selalu durhaka dan melampuai batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu” (QS Al-Maidah: 78-79).
Dengan demikian, seorang Muslim bukanlah semata-mata baik terhadap
dirinya sendiri, melakukan amal saleh dan meninggalkan maksiat serta hidup di
lingkungan khusus, tanpa peduli terhadap kerusakan yang terjadi di masyarakatnya.
Muslim yang benar-benar Muslim adalah orang yang saleh pada dirinya dan sangat
antusias untuk memperbaiki orang lain. Dialah yang digambarkan oleh Allah Swt.
dalam QS Al-‘Ashr,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi
kesabaran” (QS Al-‘Ashr: 1-3).
Tidak ada keselamatan bagi seorang Muslim dari kerugian dunia dan akhirat,
kecuali dengan melakukan tawashi bil haq dan tawashi bish shabr yang biasa
diistilahkan amar ma’ruf nahi munkar. Maka setiap kemungkaran yang terjadi pada
suatu masyarakat Muslim hanyalah disebabkan oleh kelengahan masyarakat
Muslim itu sendiri.
Oleh karena itu, Rasulullah Saw. besabda, “Barangsiapa di antara kamu
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Maka
barangsiapa tidak mampu (mengubah dengan tangannya), hendaklah ia mengubah
dengan lisannya, dan barangsiapa tidak mampu (mengubah dengan lisannya),
hendaklah ia mengubah dengan hatinya, tetapi yang demikian itu adalah selemah-
lemah iman” (HR Muslim).
Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa mengubah kemungkaran
merupakan kewajiban setiap Muslim. Sesuai dengan urutannya, setiap Muslim
hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan kemungkaran
dengan tangannya. Bila tidak mampu dengan tangan, maka dengan lisannya. Bila
tidak mampu juga, maka cukuplah hati kita mengingkari dan menolaknya, bukan
justru mendukungnya.
Namun, kebanyakan umat Islam saat ini kurang peduli dengan kemungkaran
yang merebak di masyarakatnya. Atau ia langsung memilih alternatif ketiga, yaitu
mengubah kemungkaran dengan hatinya, padahal ia belum mencoba mengubah
dengan tangannya atau dengan lisannya.
Dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar, ma’ruf adalah maa ‘arofahu al-aqlu
wasy-syarru’ (sesuatu dianggap ma’ruf bila seusai dengan ajaran Islam dan akal),
sehingga ukuran kebaikan itu tidak terletak pada subyektifitas perorangan. Kita
sering mendengar sesuatu baik, akan tetapi tidak jelas baik menurut siapa. Baik
dalam mustholahul Islami adalah baik menurut Allah dan baik menurut akal.
Sedangkan al-munkar adalah maa ankaro ‘alaihi aqlu wasy-syar’ (sesuatu yang
diingkari oleh akal dan Islam). Jadi amar ma’ruf nahi munkar itu dua istilah
terminologi dalam Islam, sehingga cara memahaminya harus dikembalikan kepada
Islam itu sendiri.
Dalam QS Ali Imran: 110, Allah Swt. berfirmah, “Kamu adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk mansia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah …”
Jadi agar menjadi yang terbaik, maka kita harus berani di tengah-tengah
masyarakat untuk melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan. Dengan
menjadi umat terbaik, maka kita bisa memelihara kehidupan manusia dari berbagai
macam keburukan dan kerusakan, baik keburukan dalam akhlaq, keburukan dalam
sistem ekonomi, keburukan dalam dunia politik, kerusakan dalam dunia
pendidikan, dan lain sebagainya. Upaya pemeliharan yang harus kita lakukan
adalah dengan senantiasa menggulirkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan agar upaya
amar ma’ruf nahi munkar ini berlangsung dengan baik, maka kita harus memiliki
kekuatan yang memadai. Tanpa dukungan kekuatan yang memadai, sebuah jama’ah
akan mengalami kesulitan dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan
sempurna.
Kekuatan yang dimaksudkan di sini bukan hanya berupa senjata saja, tapi yang
lebih penting adalah kekuatan ruhiyah (kekuatan mentalitas). Dengan kondisi
ruhiyah yang baik dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kita tidak akan
dikendalikan oleh perasaan kita. Ketika seorang da’i dalam berdakwah dikuasai
oleh perasaannya, akan mudah merasa tidak enak ketika harus berdakwah kepada
orang tuanya, atau kepada saudaranya, atau kepada mantan gurunya. Kita harus
merasa lebih tidak enak kepada Allah kalau kita tidak berdakwah.
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menetapkan empat syarat melakukan amar ma’ruf
nahi munkar.
Pertama, perkara tersebut disepakati kemungkarannya. Artinya,
kemunkarannya ditetapkan berdasarkan nash syara’ yang tegas dan jelas, atau
berdasarkan kaidah-kaidah yang qath’i setelah melalui penyelidikan. Perkara
tersebut adalah sesuatu yang jelas-jelas keharamannya dimana pelakunya berhak
mendapat siksa, baik berupa melakukan sesuatu yang dilarang, maupun
meninggalkan sesuatu yang diperintahkan. Baik yang termasuk dosa kecil maupun
dosa besar.
Kedua, kemunkaran dilakukan secara terang-terangan atau dapat dilihat
berdasarkan bukti-bukti yang jelas dan benar. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
Saw., “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran” Mencegah kemungkaran
harus berdasarkan penglihatan mata, bukan karena mendengar dari orang lain.
Ketiga, adanya kemampuan bertindak untuk mengubah kemungkaran. Hal ini
juga berdasarkan hadits yang sama. Siapa yang tidak mampu mengubah dengan
tangan dan lisannya, maka cukuplah baginya menolak kemungkaran dengan
hatinya. Biasanya yang mempunyai kemampuan ialah penguasa di wilayah
kekuasaannya, misalkan suami terhadap istri, ayah terhadap anak-anaknya, ketua
sebuah organisasi terhadap anggotanya, dan pemerintah terhadap rakyatnya.
Keempat, tidak dikhawatirkan akan menimbulkan kemungkaran yang lebih
besar. Misalkan, pencegahan terhadap sebuah kemungkaran menimbulkan fitnah
yang dapat memicu pertumpahan darah. Hal ini didukung oleh hadits Nabi Saw.,
“Kalau bukan karena kaummu baru terentas dari kemusyrikan, niscaya saya bangun
Ka’bah di atas pondasi yang dibangun Ibrahim” (HR Bukhari). Wallahu a’lam
bishshawab.
B. Pembahasan Dalam Ayat
ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬
Terjemahanya :
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar ”
Surat ini melukiskan satu segmen kehidupan kaum muslimin di Madinah
sesudah perang Badar pada tahun kedua hijriah hingga perang Uhud pada tahun
ketiga, serta berbagai situasi dan kondisi yang melingkupinya pada masa itu. Yaitu,
gambaran tentang kehidupan yang ditempuh oleh kaum muslimin, serta tentang
jaringan-jaringan dan hal-hal yang meliputi kehidupan. Dalam surat ini Allah
menjelaskan kaum yang jalan hidupnya tidak lurus dan suka mengikuti hawa nafsu
untuk membuat fitnah.
Selain itu juga menjelaskan golongan yang ilmunya begitu kukuh dan dalam
mengimani ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat yang semuanya datang
dari Allah. Dalam surat ini juga Adam dan Isa diciptakan tidak menurut sunnah
yang lazim, sebagaimana makhluk yang lain, Ayat ini turun untuk menyampaikan
kabar gembira akan kedatangan Rasulullah dan umatnya. Ayat ini menjelaskan
bahwa umat Islam adalah sebaik-baik umat karena mereka menegakkan amar
ma‟ruf dan nahi munkar serta beriman kepada Allah swt Yang Maha Esa. Ahl al-
Kitab dapat memperoleh kebajikan yang sama jika mereka beriman kepada Nabi
Muhammad saw.
Tetapi, hanya sedikit di antara mereka yang beriman. Tema utama ayat ini
adalah peringatan dan juga penguatan mental kaum Muslim menghadapi lawan-
lawan mereka dari gangguan yang selalu muncul dari lawan-lawan Islam, tetapi bila
kaum Muslim mempertahankan keistimewaan mereka sebagai sebaik-baik umat,
maka gangguan itu terbatas pada gangguangangguan kecil, seperti kritik dan
makian, tidak akan sampai pada tingkat mengalahkan kaum Muslim. Tanpa
beriman dengan benar dan menegakkan kontrol sosial, maka kaum Muslim tidak
wajar menyandang sifat umat terbaik.
Tujuan dari surat ini adalah supaya mendapat kekuatan yang berguna dari al-
Qur‟an dan mengetahui hakikat kehidupan yang tersimpan didalamnya serta
mendapatkan pengarahan yang diperuntukkan untuk kaum muslimin pada setiap
generasi. dalam surah tersebut Allah membantah pendapat keyakinan ahlul kitab.
\Pada surat ini dijelaskan orang-orang yang termasuk kategori orang yang baik yang
telah diperintahkan untuk berdakwah. Mereka adalah para nabi dan sahabat yang
menyertainya pada saat ayat ini diturunkan.
Mereka itulah orang-orang yang semula saling bermusuhan kemudian menyatu
hatinya, berpegang pada tali Allah, memerintah kebaikan dan mencegah
kemungkaran, tidak takut karena kelemahannya terhadap yang kuat, tidak hilang
keberaniannya karena kekecilannya terhadap yang benar, sementara keimanan telah
menguasai diri dan perasaannya. Pada akhir surat ini terdapat doa berupa
permohonan diterimanya seruan agama dan pembalasan di akhirat.
Dan pada surat ini diakhiri dengan rangkaian firman Allah yang sesuai dengan
pembukaan surat pertama. Seakan-akan penutup surat yang kedua ini
menyempurnakan bagian yang pertama. Surat pertama dimulai dengan penjelasan
tentang orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) yang memperoleh kemenangan,
sedangkan surat kedua diakhiri dengan perintah bertaqwa agar memperoleh bekal
untuk mendapatkan kemenangan (kebahagiaan ).

Anda mungkin juga menyukai

  • KI-KD Akidah - XI Dan X
    KI-KD Akidah - XI Dan X
    Dokumen8 halaman
    KI-KD Akidah - XI Dan X
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Promes Akidah Akhlak MA Kls X
    Promes Akidah Akhlak MA Kls X
    Dokumen4 halaman
    Promes Akidah Akhlak MA Kls X
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Hasad 2
    Hasad 2
    Dokumen11 halaman
    Hasad 2
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran - 08108241043
    Lampiran - 08108241043
    Dokumen103 halaman
    Lampiran - 08108241043
    M Ilham Wahyudi
    100% (1)
  • KISI - Kisi Soal
    KISI - Kisi Soal
    Dokumen31 halaman
    KISI - Kisi Soal
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • SMSTR 1
    SMSTR 1
    Dokumen3 halaman
    SMSTR 1
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • SMSTR 1
    SMSTR 1
    Dokumen1 halaman
    SMSTR 1
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen5 halaman
    Bab 4
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
    MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
    Dokumen6 halaman
    MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen19 halaman
    Isi
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • SMSTR 1
    SMSTR 1
    Dokumen1 halaman
    SMSTR 1
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Filsafat
    Kata Pengantar Filsafat
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Filsafat
    J Ludien Amelia
    Belum ada peringkat