Anda di halaman 1dari 6

RETARDASI MENTAL

American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi mental


yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual
secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini
yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Penyebab
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat digolongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:
• Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
• Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih).
• Kebutuhan akan stimulasi mental (asah).

Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
1. Penyebab pranatal
 Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple Syrup
Urine Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal
Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak
yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan
metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.

 Kelainan Kromosom
kelinan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan, kebanyakan kehamilan yang
memilki kelainan kromosom berakhri dengan kasus keguguran hanya setenggah dari
satu persen yang lahir memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah
lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau
trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom (23 pasang).
orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1
kromosom pada kromosom ke 21).
 Infeksi maternal selama kehamilan
yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease merupakan
penyakit infeksi virus yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus
ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang
bersifat fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental.

 Komplikasi kehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol,
malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta penggunaan
sitostatika selama hamil.

2. Penyebab perinatal
• Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan
meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan
bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakan
otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.

• Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.

• Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak
terkonjugasi di dalam sel-sel otak.

• Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.


• Meningitis : peradangan membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang
• Hidrosefalus : penumpukan cairan di dalam tengkorak, yang menyebabkan
pembengkakan otak.
3. Penyebab postnatal
• Infeksi (meningitis, ensefalitis)
• Trauma fisik
• Kejang lama
• Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

I. Klasifikasi Retardasi Mental


Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik
kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini.
Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya
tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.

2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)


Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak
ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu
menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus
RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan
dukungan pelayanan.

3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)


Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.

4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)


Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang
pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-
kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
“ self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan
supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-
benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

F78 Retardasi Mental lainnya

Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental intelektual
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya
terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

F79 Retardasi Mental YTT

Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
meggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

Termasuk : retardasi mental YTT, subnormalitas mental YTT, oligofrenia YTT.

II. Diagnosis Retardasi Mental


American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis
keterbelakangan mental, yaitu:
 Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau kurang
menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
 Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi saat
ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan pada usianya
dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi,
perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal,
penggunaan sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik
fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.
 Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai
macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali,
dan down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah dikenali seperti
hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi
wajah yang tampak tumpul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Namun, tingkat
kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai
berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian tingkat kecerdasan
harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan
hasil tes psikometrik.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi
serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka.
Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam
amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom
yang mendasari retardasi mental tersebut.
Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta
perkembangan bicara dan bahasa.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi mild
retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental retardation (tingkat IQ
35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35
atau 40), dan profound mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).

Perubahan Perilaku Terkait Usia Pada Anak Dengan Keterbelakangan Mental


1. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan
sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan kognisi
(membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat
belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
 Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang
diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada
pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

2. Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas
terlambat.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan
kebutuhan keamanan.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil
sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan
melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.

3. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau
tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya
makan sendiri).
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan
motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari
pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar
perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan
yang dapat dikendalikan.

3. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan
sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas tertunda,
respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan
anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
 Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara
primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri
sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai