ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PERAIRAN
M. ALFIAN PRATAMA (1613521012/ MSP 16)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2018 EKOWISATA TUKAD BINDU
Dipenuhi sampah dan pembuangan limbah telah menjadi gambaran
keberadaan sungai-sungai secara umum saat ini. Namun keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat kita jumpai di kawasan sungai di Kota Denpasar. Seperti salah satunya, Tukad Bindu yang berlokasi di Banjar Ujung, Kelurahan Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Tukad Bindu adalah obyek wisata berbasis ekowisata yang baru saja diresmikan 1 tahun lalu, yaitu pada tanggal 24 maret 2017. Nama dari Tukad Bindu berasal dari Bahasa Bali, Tukad yang berarti sungai dan Bindu yang berarti lingkaran yang tidak ada ujung pangkal. Jadi, Tukad Bindu berarti sungai yang berbentuk lingkaran dan tidak memiliki ujung pangkalnya. Dahulu, sepanjang wilayah Tukad Bindu hanya dilewati masyarakat setempat yang ingin mencuci atau mandi, karena air Tukad Bindu yang tak pernah surut. Dalam tempo singkat, Warga empat dusun/banjar di Denpasar Timur yang mewilayahi sungai Tukad Bindu membentuk Yayasan Tukad Bindu dan berhasil menyulap sempadan sungai penuh sampah menjadi taman rekreasi. Tukad Bindu menjadi objek wisata yang memiliki potensi sebagai tempat rekreasi bagi anak – anak, remaja, orang tua dan keluarga. Tukad Bindu menyediakan pelampung, ban dan kano untuk sarana bermain di perairan objek wisata Tukad Bindu. Tukad Bindu juga menyediakan beberapa sarana outdoor fitness, beberapa sarana bermain anak – anak dan taman yang tertata rapi. Di Tukad Bindu juga terdapat warung – warung yang menjual aneka makanan dan minuman sehingga para wisatawan yang berkunjung ke Tukad Bindu tidak perlu membawa makanan dan minuman dari luar. Meski begitu, sungai Tukad Bindu di kota Denpasar terlihat bersih dari sampah. Anak-anak bahkan bermain dan berlompatan dalam air kecokelatan saat hujan deras melanda. Sejumlah warga duduk santai di bale-bale samping sungai menikmati derasnya aliran sungai dan warga lain berjualan di warung-warung kecil yang dibuat di tengah taman. Sebuah jembatan bambu selebar sekitar 4 meter menjadi tempat penyeberangan. Makin banyak warga luar kecamatan yang datang untuk rekreasi atau menjadikannya tempat arisan. Bahkan Tukad Bindu yang bersih juga dijadkan taman buah, sayur, dan olahraga. Satwa juga berdatangan seperti burung. Luput dari keindahan yang ditawarkan Tukad Bindu, masih terdapat permasalahan yang ada di Tukad Bindu diantaranya pada sektor keamanan, dimana tempat parkir yang tidak adanya pengawasan mengakibatkan masih maraknya pencurian helm, air sungai yang terdapat banyak endapan, minimnya kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan disekitarnya, dan masih kurangnya terekspose oleh publik membuat hanya masyarakat sekitar aja yang tahu. Dari permasalahan tersebut dapat dianalisis dan diantisipasi dengan cara mengkampanyekan keberadaan sungai, memunculkan kembali romantisme ketika sungai masih memiliki fungsi yang signifikan bagi banyak orang, jika tumbuh kesadaran baru dan rasa memiliki yang kuat akan keberadaan sungai maka yang menggunakannya turut menjaga kebersihan dan keberlangsungan sungai tersebut. Yayasan Tukad Bindu sebagai pengelola Ekowisata Tukad Bindu diharapkan untuk dapat memberikan keamanan dan kenyamanan untuk para wisatawan.