Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM BISNIS

SENGKETA BISNIS
Hasil materi diskusi kuliah Hukum Bisnis B
Selasa pukul 13.00 R.07

Oleh :
Kelompok 10
1. Marga Area Refangga (130810201200)
2. Eprahim Sagala (130810201141)
3. Yeremia Von Savigny (130810201243)
4. Leonardus C Lgaol (130810201146)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Genap 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA dan kesempatan yang ia
berikan, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sengketa Bisnis “.
Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Hukum Bisnis.

Dalam penuyusunannya, kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak.


Karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memperdalam pelajaran tentang mata kuliah Hukum Bisnis dengan bab:
Sengketa Bisnis. Dengan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan baik isi maupun pada pengantarnya. Hal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi
pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jember, 9 Mei 2014


Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR…………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………… …………………………....... 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah…………………………...……………………………… 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………. 3

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Sengketa Bisnis................................................................................................4
2.2 Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis..................................................................5
2.3 Penyelesaian Melalui Proses Ligitasi...............................................................6
2.4 Penyelesaian Melalui Proses Non Ligitasi.......................................................7
1. Arbitrase.................................................................................................8
2. Negosiasi................................................................................................10
3. Mediasi...................................................................................................12
4. Konsiliasi................................................................................................15

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan………………………………………………………………... 16
3.2. Penutup......………………………………………………………………... 17
3.3 Daftar Pustaka.……………………………………………………………... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami
berbagai polemic yang beredar di dalam masyarakat yang menimbulkan suatu
pertentang bahkan sampai menimbulkan perikaian diantara masyarakat. Pertikaian
yang ada muncul dari berbagai masalah yang biasanya timbul karena perbedaan
pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian bermula dari suatu persoalan
yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan tersebut menjadi besar.
Persoalan ini sebaiknya cepat diselesaikan agar tidak menjadi besar. Di dalam suatu
pertikaian biasanya memerlukan perantara atau biasa disebut pihak ketiga yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan tersebut.
Banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan
Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digunakan agar
pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian dengan membicarakan
baik – baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat
diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai mediasi,
selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka dibutuhkan pihak yang tegas untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat diselesaikan juga maka
membutuhkan badan hokum seperti pengadilan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, cara ini bisa disebut dengan Ligitasi. Secara keseluruhan cara – cara
tersebut dapat digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sengketa bisnis?
2. Bagaimana cara Penyelesaian sengketa bisnis, dan prosedur apa saja yang
digunakan dalam penyelesaian sengketa bisnis tersebut?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang sengketa bisnis dan mengetahui
bagaimana cara penyelesaian sengketa bisnis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sengketa Bisnis


Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton “a commercial
disputes is one which arises during the course of the exchange or transaction process
is central to market economy”. Dalam kamus Bahasa Indonesia sengketa adalah
pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara
kelompok atau organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu
– individu atau kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan
yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara
satu dngan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku
pertentangan antara kedua orang atau lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu
akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara
keduanya.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai
macam bentuk kerjasama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis yang semakin
meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak
yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai
macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.

4
Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa
sengketa sebagai berikut:
1. Sengketa perniagaan 8. Sengketa Kontrak
2. Sengketa perbankan 9. Sengketa pekerjaan
3. Sengketa Keuangan 10. Sengketa perburuhan
4. Sengketa Penanaman Modal 11. Sengketa perusahaan
5. Sengketa Perindustrian 12. Sengketa hak
6. Sengketa HKI 13. Sengketa property
7. Sengketa Konsumen

2.2 Cara penyelesaian Sengketa Bisnis


1. Dari sudut pandang pembuat keputusan
a). Adjudikatif: mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan
pengambilan keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa
diantara para pihak.
b). Konsensual/Komprom: cara penyelesaian sengketa secara kooperatif/kompromi
untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution.
c) Quasi Adjudikatif: merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan
adjudikatif.

2. Dari sudut pandang prosesnya


1. Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
dengan menggunakan pendekatan hukum. Lembaga penyelesaiannya:
1. Pengadilan Umum
2. Pengadilan Niaga

2. Non Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan


dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.

5
Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme:
a. Arbitrase
Merupakan penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasrkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa (pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999)
b. Negosiasi
Sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling
menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan untuk mendapatkan solusi
dari yang dipertentangkan.
c. Mediasi
Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang memainkan
peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga (mediator) berperan
sebagai pendamping dan penasihat.
d. Konsiliasi
Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.

2.3 Penyelesaian Melalui proses Litigasi


1. Pengadilan umum
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai
karakteristik:
1) Prosesnya sangat formal
2) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
3) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4) Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)
5) Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
6) Persidangan bersifat terbuka

6
2. Pengadilan niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan
Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1) Prosesnya sangat formal
2) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
3) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4) Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)
5) Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah)
6) Proses persidangan bersifat terbuka
7) Waktu singkat.

2.4 Penyelesaian Non Litigasi


Selain itu banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu
dengan Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara penyelesaian ini
bisa digunakan agar pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian
dengan membicarakan baik – baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila
pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak ketiga
yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka dibutuhkan
pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat
diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti pengadilan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, Cara ini bisa disebut dengan Ligitasi. Secara
keseluruhan cara-cara tersebut dapat digunakan sehingga pertikaian dapat
terselesaikan.

7
Macam-macam penyelesaian secara non legimitasi antara lain:
1. Arbitrase
Pengertian Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti
“kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”.
1) Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang
atau beberapa oramg arbiter.
2) Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan
secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara
arbiter itu sendiri;
3) Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan
melalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak;
4) Asas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir
dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi
banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak
dalam klausa atau perjanjian arbitrase.
Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah
untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan
adil. Tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang
menghambat penyelisihan perselisihan.
Selain itu Pengertian arbitrase juga termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang
Undang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999:
“Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu
dalam hal belum timbul sengketa.”
Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30 tahun 1999 disebutkan bahwa:
”Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di bidang

8
perdagangan dan hak yang menurut hukum makalahadedidiikirawandan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.”
Dengan demikian arbitrase tidak dapat diterapkan untuk masalah-masalah
dalam lingkup hukum keluarga. Arbitase hanya dapat diterapkan untuk masalah-
masalah perniagaan. Bagi pengusaha, arbitrase merupakan pilihan yang paling
menarik guna menyelesaikan sengketa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
mereka.
Objek Arbitrase
Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar
pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa lainnya) menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999
(“UU Arbitrase”) hanyalah sengketa di bidang perdagangan
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan,
perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.
Sementara itu Pasal 5 (2) UU Arbitrase memberikan perumusan negatif bahwa
sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah
sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan
perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas
Pasal 1851 s/d 1854.
Jenis-jenis Arbitrase
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase
melalui badan permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan
aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase. Pada umumnya
arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan penunjukan
majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak.
Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh
berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri.
Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan
arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

9
Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase
Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui Penjelasan Umum Undang
Undang Nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca beberapa keunggulan penyelesaian
sengketa melalui arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan. Keunggulan itu
adalah:
a) Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin.
b) Keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif dapat
dihindari.
c) Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya ;
e) Para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase
Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas, arbitrase juga
memiliki kelemahan arbitrase. Dari praktek yang berjalan di Indonesia, kelemahan
arbitrase adalah masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal
pengaturan untuk eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah
cukup jelas.

2. Negosiasi
Pengertian Negosiasi
· Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah)
sikap dan perilaku orang lain.
· Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik
dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
· Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal
lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi
kepentingan kedua pihak.

10
Pola Perilaku dalam Negosiasi:
 Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak
menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
 Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui,
membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
 Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi
pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
 Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian
pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.

Ketrampilan Negosiasi:
1) Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain
mengamatinya.
2) Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang
terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
3) Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan
tuntutan di luar perhitungan.
4) Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
5) Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri
dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.

Negosiasi dan Hiden Agenda:


Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak memiliki
hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat terselubung yang tak
diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.

11
Negosiasi dan Gaya Kerja
1) Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya
kerjanya.
2) Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya dalam
memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.

Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi


1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki
informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/
kedua pihak, maka lobbying dapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada
sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.

Teknik Negoisasi
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal dapat dibagi
kedalam:
1) Tahap negoisasi kompetitip
2) Tahap negoisasi koperatif
3) Tahap negoisasi lunak dan keras
4) Tahap negoisasi interest based

3. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau
consensus, Maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu
gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya
harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

12
Prosedur Untuk Mediasi
 Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
 Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada
mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
 Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi
kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
 Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada
hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan
penetapan.Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh
majelis.

Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri
penting dari mediator adalah:
1) Netral
2) Membantu para pihak
3) Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus
atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama
proses mediasi berlangsung kepada para pihak.

Tugas Mediator
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para
pihakuntuk dibahas dan disepakati.
2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam
proses mediasi.

13
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan
terpisah selama proses mediasi berlangsung.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi
para pihak

Daftar Mediator
Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses mediasi, mereka berhak
untuk memilih mediator yang akan membantu menyelesaikan sengketa.
1) Untuk memudahkan para pihak memilih mediator, Ketua Pengadilan
menyediakan daftar mediator yang sekurang-kurangnya memuat 5(lima) nama dan
disertai dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman dari para mediator.
2) Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama hakim yang telah memiliki sertifikat
dalam daftar mediator.
3) Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada hakim dan bukan
hakim yang bersertifikat, semua hakim pada pengadilanyang bersangkutan dapat
ditempatkan dalam daftar mediator.
4) Kalangan bukan hakim yang bersertifikat dapat mengajukan permohonan
kepada ketua pengadilan agar namanya ditempatkan dalam daftar mediator pada
pengadilan yang bersangkutan.
5) Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, Ketua Pengadilan
menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator.
6) Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbarui daftar mediator.
7) Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama mediator dari daftar mediator
berdasarkan alasan-alasan objektif, antara lain karena mutasi tugas, berhalangan
tetap, ketidakaktifan setelah penugasan dan pelanggaran atas pedoman perilaku.

Honorarium Mediator
1) Penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya.
2) Uang jasa mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak
berdasarkan kesepakatan para pihak.

14
4. Konsiliasi
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih
untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun, undang-undang nomor 30
tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian dari
konsiliasi. Akan tetapi, rumusan itu dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 10 dan
alinea 9 penjelasan umum, yakni konsiliasi merupakan salah satu lembaga untuk
mennyelesaikan sengketa.
Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan
kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak
kepada yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir
merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam
sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka.
Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian dan mendorong
para pihak untuk mencapai kesepakatan. Berbeda dengan negosiasi dan mediasi,
dalam proses konsiliasi konsiliator mempunyai peran luas. Ia dapat memberikan
saran berkaitan dengan materi sengketa, maupun terhadap hasil perundingan. Dalam
menjalankan peran ini konsiliator dituntut untuk berperan aktif.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari,
tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar pihak yang
terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan
penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi
terjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti sangat mungkin makin banyak sengketa
yang harus diselesaikan.
Membiarkan sengketa bisnis terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemunduran dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak
yang paling dirugikan di samping itu, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan
sosial kaum pekerja juga terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata
menimbulkan sengketa diantara para pihak yang terlibat, peranan penasihat hukum,
konsultan dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada alternatif
penyelesaian yang dirasakan paling menguntungkan kepentingan kliennya.
Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara
Litigasi atau penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Selain melalui cara ligitasi
juga ada cara yaitu melalui metode non litigasi. Cara yang dimaksud adalah melalui
Arbitrase,Negosiasi,Mediasi dan Konsoliasi.
Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala
penyelesaian secara nonlitigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi penggunaan
metode nun ligitasi adalah sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa
diluar pengadilan dengan mepertimbangkan segala bentuk efesiensinya dan untuk
tujuan masa yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang
bersengketa.

16
3.2 PENUTUP
Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis atau pembaca. Kami mohon
maaf jika ada kesalahan baik dalam pemilihan kata atau penulisan makalah.
Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan kekurangan
merupakan milik hambaNya.

1.3 DAFTAR PUSTAKA


 http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-makalah-penyelesaian-sengketa-
bisnis_6846.html
 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/penyelesaian-sengketa-
ekonomi-makalah-aspek-hukum-dalam-ekonomi/
 http://www.ekomarwanto.com/2011/05/arbitrase-dan-alternatif-
penyelesaian.html
 http://forumhukumdanbisnis.blogspot.com/
 http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2012/11/penyelesaian-sengketa-
bisnis.html
 http://www.gresnews.com/berita/tips/1461012-tips-penyelesaian-sengketa-
bisnis-internasional/

17

Anda mungkin juga menyukai