Kerusakan lain dapat berupa kulit terkelupas, memar dan terpotong secara
mikrobiologis ditandai pertumbuhan kapang Secara kimia disertai dengan
perubahan warna kebiru-biruan, coklat serta kehitaman oleh enzim ataupun
bukan.Secara biologis ditandai dengan adanya bekas gigitan/lubang1.
Bahan makanan pokok yang termasuk umbi-umbian dapat berupa umbi batang
dan umbi akar. Termasuk umbi batang misalnya berbagai jenis talas dan gadung,
sedangkan umbi akar mencakup singkong dan ubi jalar. Umbi merupakan
timbunan cadangan energi bagi tumbuhan tersebut2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan makanan pokok yang termasuk umbi-umbian dapat berupa umbi batang dan
umbi akar. Termasuk umbi batang misalnya berbagai jenis talas dan gadung,
sedangkan umbi akar mencakup singkong dan ubi jalar. Umbi merupakan timbunan
cadangan energi bagi tumbuhan tersebut, terutama dalam bentuk karbohidrat
(amylum)2.
Di Indonesia, ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz) mempunyai arti
ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Ubi kayu
berbentuk silinder yang ujungnya mengecil dengan diameter rata-rata 2-5 cmdan
panjang sekitar 20-30 cm. Ubi kayu biasanya diperdagangkan dalam bentuk masih
berkulit. Umbinya mempunyai kulit yang terdiri dari 2 lapis yaitu kulit luar dan kulit
dalam. Di bagian tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang tersusun dari serat.
Antara kulit dalam dan daging umbi terdapat lapisan kambium3.
Ubi kayu segar banyak mengandung air dan pati. Ubi kayu mengandung racun yang
disebut asam sianida (HCN). Berdasarkan kandungan asam sianidanya, ubi kayu
dapat digolongkan menjadi empat yaitu3:
4. Sangat beracun, mengandung HCN lebih besar dari 100 mg per kg.
Kulit ubi jalar (Ipomoea batatas L.) relatif tipis dibanding dengan kulit pada
ubi kayu. Warna daging umbi putih, kuning, jingga, kemerah-merahan atau ungu.
Warna kulit luar juga berbeda-beda biasanya putih kekuningan atau merah ungu dan
tidak selalu sama dengan warna daging umbi. Demikian juga bentuknya sering tidak
seragam. Daging umbi biasanya mengandung serta, ada yang sedikit ada yang
banyak. Komposisi ubi jalar mengandung beberapa jenis oligosakarida yang dapat
menyebabkan flatulens, yaitu stakiosa, rafinosa, dan verbaskosa. Oligosakarida
penyebab flatulens ini tidak dapat dicerna oleh bakteri karen atidak adanya enzim
galaktosida tetapi dicerna oleh bakteri pada usus bagian bawah. Hal ini menyebabkan
terbentuknya gas dalam usus3.
Tepung ubi jalar dapat dibuat secara langsung dari ubi jalar yang dihancurkan dan
kemudian dikeringkan, tetapi dapat pula dibuat dari gaplek ubi jalar yang dihaluskan
(digiling) dan kemudian diayak (disaring). Pembuatan tepung ubi jalar
dilakukan dengan cara pengeringan/penjemuran irisan tipis daging ubi jalar yang
telah dikupas dan dicuci bersih. Hasil penelitian Hartoyo (1999) menunjukkan bahwa
optimasi pengeringan tepung ubi jalar dengan pengering oven adalah pada suhu 60°C
selama 10 jam, sedangkan dengan pengering kabinet adalah pada suhu
60ºC selama 5 jam, dan dengan pengering tipe drum (drum dryer) adalah pada suhu
110°C dengan tekanan 80 psia dan kecepatan putar 17 rpm. Setelah kering, irisan ini
dihancurkan dan diayak sampai menjadi tepung dengan tingkat kehalusan tertentu
(80-100 mesh)3.
Talas (Colocasia seculenta (L.) Schoot) umbinya berbentuk lonjong sampai agak
membulat dengan diameter sekitar 10 cm. Kulit talas berwarna keerah-merahan. Kulit
talas kasar karena terdapat bekas-bekas pertumbuhan akar. Warna daging talas putih
keruh. Komposisi talas tergantung pada varietas, disamping faktor lain seperti iklim,
kesuburan tanah, umur panen dan lain-lain. Talas mengandung banyak senyawa
kimia yang dihasilkan sebagai produk sekunder proses metabolisme. Umbi talas
banyak mengandung pati yang mudah dicerna. Kandungan patinya sekitar 18,2%
sedangkan sukrosa dan gula pereduksinya sekitar 1,42%. Talas mengandung pigmen
karotenoid yang berwarna kuning dan anthosianin yang berwarna merah3.
Umbi gadung berbentuk bulat panjang dengan sisi yang hampir sejajar atau
melebar terhadap puncak, luasnya makin menyempit di sekeliling alas. Umbi yang
sudah masak berwarna coklat atau kuning kecoklatan, berbulu halus panjang 5-6 cm.
Umbi gadung mengandung karbohidrat, lemak, serat kasar dan abu lebih rendah
dibandingkan dengan ketela pohon. Umbi gadung mengandung alkaloid dioscorin
yang bersifat racun dan dioscorin yang tidak beracun3.
Umbi garut (Marantha arundinacea L.) merupakan rhizoma dari tanaman garut.
Umbi garut berwarna putih dan dibungkus dengan sisik-sisik secara teratur. Sisik-
sisik ini berwarna putih sampai coklat pucat dan mempunyai panjang sekitar 20-45
cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Kadar pati umbi garut berkisar antara 19,4 sampai
21,7% dan merupakan komponen terbanyak setelah air3.
Internode atau ruas dengan beberapa bakal tunas. Jumlah umbi anak dapat mencapai
10 buah atau lebih, dengan panjang sekitar 12-25 cm dan diameter 12-15 cm dan
umbi yang dihasilkan biasanya mempunyai berat 300-1000 gram. Umbi kimpul
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Komponen terbesar
umbi kimpul setelah air adalah karbohidrat. Komposisi kimia umbi kimpul
bergantung pada varietas, iklim, kesuburan tanah dan umur panen3.
Bentuk umum gembili (Dioscorea aculeata L.) pada umumnya bulat sampai lonjong,
tetapi ada juga bentuk bercabang atau lebar. Permukaan umbi licin, warna kulit umbi
krem sampai coklat muda, warna korteks kuning kehijauan dan warna daging umbi
putih bening sampai putih keruh. Karbohidrat umum gembili tersusun atas amilosa
dan amilopektin. Umbi gembili juga mengandung glukosa dan fruktosa sehingga
menimbulkan rasa manis3.
Kentang (Solanum tuberosum L.) juga merupakan bahan pangan yang pokok di
beberapa negara. Di tanah air kita, penduduk memanfaatkannya sebagai pencampur
sop, pembuat macam-macam lawuh bahan pangan, tetapi tidak sedikit pula yang
menjadikannya sebagai bahan pangan yang pokok. Tanaman kentang tumbuh baik di
dataran tinggi. Jenis kentang yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah kentang
kuning3.
penduduk, selain harganya murah, dapat digunakan untuk mengganjal perut lapar.
Karena mudah menanamnya dan cepat menghasilkan umbi banyak petani yang
mengembangkan tanaman ini, bahkan banyak pula penduduk yang bertanam umbi
rambat di pekarangan rumahnya. Tanaman umbi rambat ini tumbuh di daerah tropis
dengan musim penghujan yang panjang. Tanaman umbi rambat biasanya dijadikan
pemulapada tanah-tanah pertanian yang baru dibuka, jika pertumbuhan dan hasilnya
baik, menandakan pula bahwa tanah itu subur. Sesuai dengan tanamannya yang
sensitif terahadap temperatur tanah yang tinggi dan kekeringan, yang memungkinkan
pula hasilnya demikian merosot, maka pada waktu penanganan lepas panen terhadap
ubi rambat haruslah kepekaannya itu diperhatikan, demikian pula manfaat pmulsaan
pada tanamannya sesudah tanaman itu tumbuh. Ini tentunya berkaitan dengan
kepekaan tersebut3.
Dengan banyaknya kelebihan tersebut ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar sangat
tepat jika dijadikan bahan dasar pati termodifikasi / tepung daripada terigu. Dan untuk
menambah konsentrat protein dari ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar dapat
dilakukan dengan proses enzimatik. Proses enzimatik adalah proses penambahan
protein dengan bantuan enzim. Dimana dalam proses ini lingkungan (suhu,
konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim) diatur sedemikian rupa, agar enzim dapat
bekerja secara maksimal sehingga konsentrasi protein di dalam ganyong, garut,
kimpul dan ubi jalar meningkat4.
Untuk meningkatkan hasil umbi diperlukan perabukan, akan tetapi karena
hama Corticium solani dapat berkembang setelah terjadinya kontak dengan
rabuk, maka sebaiknya bahan rabuk dimasukkan ke dalam tanah secara tercampur
dengan baik dengan tanahnya sebelum waktu-waktu penanaman. Pada umumnya para
konsumen/pasar sangat menyukai umbi kentang yang segar, cukup tua, tidak cacat
dan bebas dari hama ataupun penyakit. Akan tetapi apabila hasilnya sangat banyak,
petani harus memikirkan cara penanganan dan pemasaran yang baik agar keuntungan
tetap dapat diperolehnya, sebab5:
penjualan.
dalam penyimpanan, dalam beberapa hari umbi akan rusak atau membusuk.
Ubi ubi ini kaya akan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Masa tanamnya juga
sangat pendek dan mudah dalam perawatannya di bandingkan dengan gandum. Tetapi
selama ini ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar masih jarang di manfaatkan oleh
masyarakat Indonesia secara optimal. ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar hanyalah
sebagai tanaaman tumpang sari yang ditanam untuk bahan dasar makanan cemilan
seperti ubi rebus, ubi goreng atau dengan kata lain masih di olah dengan cara
monoton5.
Pengolahan ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar menjadi pati termodifikasi
berkonsentrat protein sangatlah mudah tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan
masyarakat. Tahap -tahap pembuatannya yaitu4 :
Pati termodifikasi / tepung yang terbuat dari ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar
memiliki kualitas rasa yang sama dengan tepung terigu dan dengan adanya proses
enzimatik pati termodifikasi / tepung yang terbuat dari ganyong, garut, kimpul dan
ubi jalar memiliki konsentrat protein yang lebih tinggi dan bisa di pastikan harga nya
lebih murah dari tepung terigu5.
V. parahaemolyticus Negatif
Salmonella Negatif
Enterococci 102 – 103
Kapang 50 – 104
Khamir 50
BAB III
METODE PERCOBAAN
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah ubi kayu, ubi
jalar dan talas.
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas putih,
beaker gelas, mesh 20 dan mesh 40, indikator pH thermometer dan sinar
UV.
2. Warna
3. Kondisi
1. Derajat Kehalusan
2. Penampakan (Visual)
3. Derajat Bersih
4. Viskositas
5. Keasaman
2. Diukur pH awalnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
1. Bentuk
No Bahan Gambar
1 Kentang
2 Singkong
3
Ubi Jalar
2. Ukuran
1. Derajat Kehalusan
Ayakan
No Bahan
20 Mesh 40 Mesh
1 Tepung Kanji 49,63 gr 49,30 gr
2 Tepung Sagu 42,55 gr 39,50 gr
2. Penampakan Visual
3. Derajat Bersih
4. Viskositas
Sampel
No Bahan
11 Gram 17 Gram 20 Gram
1 Tepung Kanji Lambat Sedang Cepat
Mengental Mengental
5. Keasaman
1 Tepung Kanji 5 3
2 Tepung Sagu 4 3
IV.I.3 Perhitungan
Pada Mesh 20
Derajat Kehalusan =
= 92,26%
Pada Mesh 40
Derajat Kehalusan =
= 98,6 %
Pada Mesh 20
Bobot tepung awal = 50 gr
Derajat Kehalusan =
= 85,1 %
Pada Mesh 40
Derajat Kehalusan =
= 79 %
IV.2 Pembahasan
2. Warna
Warna kulit ubi jalar bervariasi dan tidak selalu sama dengan warna
umbinya. Pada umumnya warna kulit luarnya putih kekuningan atau
merah keunguan. Warna daging umbinya juga bermacam-macam, dapat
berwarna putih, kuning, jingga, kemerahan atau keabuan. Warna ini
disebabkan oleh daging umbi mengandung pigmen warna merah yaitu
karotenoid.
3. Kondisi
Kondisi singkong yang diamati dinyatakan dengan skor duayang
berdasarkan sistem nilai berarti kondisi singkong tersebut
sedang, dikatakan sedang karena hanya ada satu penyebab kerusakan
pada umbi ini, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh kapang (jamur).
Umbi singkong tidak tahan di simpan meskipun ditempatkan di lemari
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan munculnya sedikit warna
kecoklatan pada bagian pinggir daging umbi singkong di sisi sebelah
kiri. Dimana proses ini disebut kepoyoan, yang diakibatkan oleh reaksi
pencoklatan secara enzimatis yang disebabkan oleh aktivitas enzim
polifenolase. Meskipun demikian dagingsingkongnya tetap kelihatan
segar yang menandakan bahwasingkong tersebut mengandung cukup
pati
dan serat.
2. Penampakan ( Visual )
3. Derajat Bersih
4. Viskositas
5. Keasaman
Pengamatan keasaman dilakukan untuk menunjukkan mutu tepung.
Tepung kanji memiliki pH awal 5, dimana asam sianidanya sudah
dinetralkan oleh perusahaan pembuatnya dan siap untuk dipakai.
Kemudian setelah dilakukan penambahan HCl 0,1 N sebanyak 3 tetes,
pH tepung berubah menjadi 3. Jika tepung tersebut hanya
membutuhkan 3 atau 4 tetes HCl bahkan tidak sama sekali, kemudian
pHnya berubah menjadi 3, maka tepung kanji tersebut mutunya kurang
atau buruk. Hal ini disebabkan karena semakin banyak HCl yang
digunakan maka mutu tepung kanji semakin baik, sebab HCl digunakan
untuk menguji kandungan asam sianida (HCN) dalam tepung kanji,
dimana bahan dasar dari tepung kanji ini adalah ubi kayu, dan jika tidak
mengalami penetralan maka tepung tersebut akan bersifat racun bagi
tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
2. Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 2010. Ilmu Gizi II. Jakarta: Dian Rakyat.
3. Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
4. Ambarsari, Indrie dkk. 2009. Rekomendasi dalam Penerapan Standar Mutu Ubi Jalar.
Jawa Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
3. Tepung sagu memiliki warna yang berbeda dari hasil olahan umbi lainnya. Bau
dan rasanya yang sangat khas, berwarna krem dengan rasa zatnya yang hambar.
Pada tepung sagu terlihat pasir kecil dan benda asing warna putih, dan derajat
kehalusannya berbeda tergantung dari jenis ayakan yang digunakan. Mutu tepung
sagu ditentukan oleh derajat bersih dan derajat kehalusannya.