Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. POLA HIDUP

1. Pengertian

Pola hidup sehat pada diabetes mellitus perlu dijaga dalam hal

perencanaan makan dengan menjaga asupan makanan yang seimbang yaitu

dengan melakukan diet diabetes mellitus dengan tujuan mempertahankan kadar

glukosa darah mendekati normal, jenis makanan yang harus di perhatikan

jumlah kalori yang dibutuhkan dan melakukan aktivitas fisik secara teratur

(Askandar,2007). Apabila penangan tersebut tidak dapat dipatuhi, maka insulin

dalam tubuh tidak dapat bekerja dengan baik sehingga pemecahan gula akan

terganggu da2n meningkatkan kadar gula darah (Nahl,2009).

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan

diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler 2002).

Mengubah gaya hidup dengan tidak merokok, menghindari alkohol, tidur yang

cukup, menurunkan berat badan yang berlebih, mengatur pola makan, dan

berolahraga yang teratur untuk membakar lemak dan kalori yang berlebih dapat

adalah gaya hidup sehat wajib dijalani diabetesi (Tandra, 2014).

Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk

mengontrol kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum

diharapkan dapat menurunkan prevalensi DM baik di Indonesia maupun di


dunia di masa yang akan datang. Modifikasi gaya hidup antara lain:

menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, mengatur pola makan

yang sehat, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi konsumsi

garam (PERKENI, 2011). Komsumsi makanan lebih baik dan peningkatan

aktivitas fisik adalah kunci penanganan DM (Prihaningtyas, 2013).

2. Promosi gaya hidup

Menurut PERKENI (2011) Promosi gaya hidup sehat sehat merupakan

faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil

pengelolaan DM yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan

edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi.

Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang

terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat, dan tenaga kesehatan lain. Setiap kali

kunjungan diingatkan kembali untuk selalu melakukan gaya hidup sehat. Gaya

hidup sehat yang diharapkan bagi penderita DM adalah :

a. Mengikuti pola makan sehat.

b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan aktivitas fisik sehari hari.

c. Menggunakan obat DM dan obat-obat pada keadaan khusus secara

aman dan teratur.

d. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan data yang ada.

e. Melakukan perawatan kaki secara berkala

f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit

akut dengan tepat.


g. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau

bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak

keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes

h. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

B. DUKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian

Salah satu fungsi dukungan keluarga adalah dukungan emosional yaitu

keluarga merupakan tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, ada perasaan

terlindungi (Tresna N, Suryani I, 2007). Keluarga dapat mempunyai pengaruh

positif kepada sikap penyandang DM untuk menerima edukasi tentang

pengaturan makan yang dianjurkan oleh ahli gizi, sehingga berhasilnya

pengobatan DM bergantung pada kerja sama petugas kesehatan, penyandang

DM dan keluarganya (Basuki E, 2007).

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota

keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis pada orang yang akan di hadapkan pada situasi stress (Taylor,2006)

.dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan

dampak fositif terhadap perawatan diri pada pasien diabetes (Neff dalam

Hensarling,2009 ).
Ditekankan lagi bahwa keluarga mempunyai pengaruh kepada sikap dan

kebutuhan belajar bagi penderita DM dengan cara menolak atau memberikan

dukungan baik secara fisik, psikologis, emosional dan social. Pasien DM akan

memiliki sikap lebih positif untuk mempelajari diabetes militus, apabila

keluarga memberikan dukungan dan berpartisipasi dalam pendidikan kesehatan

mengenai diabetes mellitus, sebaiknya pasien DM akan bersikap negatif

apabila terjadi penolakan terhadap pasien dan tanpa adanya dukungsn dari

keluarga selama menjalani pengobatan ( Soegondo, 2006).

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock,

2002).Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional,dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

2. Tipe-tipe keluarga

Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe

keluarga. Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga tergantung pada

konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional tipe

keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:


a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggotakeluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti

kakek, nenek, paman dan bibi.

Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia adalah tipe

keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam

Achjar (2010). Tipe keluarga tradisional dapat dikelompokkan

manjadi:

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat).

2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti

ditambah dengan keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri

tanpa anak.

4) Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat.

5) Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami

istri yang berusia lanjut.

3. Jenis jenis dukungan keluarga


Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), terdapat empat

tipe dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti

membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi

persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga

yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang

dihadapi.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan

masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah

yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga

merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada

individu.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal

pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang

dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.

d. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.

Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga


dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalanpersoalan

yang sedang dihadapi.

C. LANSIA

1. Pengertian

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)

dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas

minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap

dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak
memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang

menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat

hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan

pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter &

Perry, 2009).

2. Batasan umur lansia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-

59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)

ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah

40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 hingga tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric

age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu

sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75

tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Karakteristik lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun

(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan

masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).

D. DIABETES MELLITUS

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang di pengaruhi berbagai

aspek gaya hidup termasuk pola makan, aktifitas fisik, sehingga diabetes

mellitus membutuhkan perhatian terus- menerus dan kewaspadaan dalam hal

penentuan wakktu, kandungan makanan, aktivitas fisik, pemantauan kadar gula

darah, pengelolaan berbagai upaya pengobatan termasuk isulin dan perawatan

diri lainya (Nathan, 2010).

Diabetes mellitus adalah penyakit Hiperglikemia yang di tandai dengan

ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap

insulin ( corwin elizzabeth, 2009 ). Komplikasi kronik terjadi pada berapa

bagian organ tubuh yang menyebabkan kematian 50% akibat penyakit jantung

coroner dan 30% akibat penyakit gagal ginjal. Selain itu sebanyak 30%

penderita diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat retinopathy dan 10%

menjalani amputasi tungkai kaki akibat gangrene (Medicastore, 2007).


Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula (Glukosa)

darah. Diabetes mellitus merupakan penyakit dimana tubuh si penderita tidak

bias mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya. Tubuhnya akan selalu

kekuranganataupun kelebihan zat gula, sehingga akan sangat menggangu

system kerja tubuh secara keseluruhan ( Khasanah nur, 2012 ).

Penyakit diabetes dapat diketahui dari tanda dan gejala khas yang di

timbulkanya serta dari hasil pemeriksaan darah yang menunjukan kadar gula

darah yang tinggi, untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya

diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bias juga diambil setelah

makan. Dokter biasanya menyuruh penderita berpuasa contoh darahnya

diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu, penderita diminta

meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa. Sekitar 2-3 jam

kemudian, contoh darah diambil lagi untuk di periksa sebagai kadar gula darah

sewaktu tidak puasa ( Khasanah Nur,2012 ).Dikatakan mengalami diabetes

mellitus jika hasil pemeriksaan menunjukan kadar gula darah puasa lebih dari

126 mg/DL dan kadar gula darah sewaktu tidak berpuasa lebih dari 200 mg/DL

( Khasanah Nur,2012 ).

Tabel Kriteria diagnosis Diabetes

Waktu pengukuran Bukan Diabetes Pradiabetes Diabetes

Puasa < 110 mg/dL 110-125 mg/dL >126 mg/dL

Tidak Puasa < 110 mg/dL 110-199 mg/dL >200 mg/dL


2. Peran Insulin dalam pengaturan Gula Darah

Bentuk karbohidrat yang di gunakan oleh tubuh adalah bentuk gula

sederhana (monosakarida). Bentuk tersebut adalah bentuk karbohidrat siap

pakai sebagai sumber energy bagi tubuh. Karbohidrat yang masuk ke dalam

tubuh akan dicerna menjaadi gula sederhana, kemudian diserap didalam usus

halus. Setelah di serap dan masuk kedalam aliran darah, kadar gula dalam

darah akan meningkat. Kondisi ini hanya akan bertahan untuk sementara

waktu, sekitar 2jam setelah makan. Setelah itu, kadar gula darah akan kembali

lagi ke kadar semula, karena telah digunakan tubuh untuk diubah menjadi

energy ( Khasanah Nur,2012 ).

Pengaturan kadar gula sebagian besar bergantung pada hati. Sesaat setelah

makan, glukosa yang ada di dalam darah akan dibawa ke hati untuk diubah

menjadi simpanan glukosa (disebut glikogen). Dalam jumlah yang sedikit,

sebagian glukosa tersebut langsung dipergunakan oleh otot dan seluruh

jaringan tubuh sebagai sumber energy. Ketika kadar glukosa dalam darah

menurun, simpanan glukosa dihati akan di lepaskan kedalam darah untuk

mempertahankan kadar gula dalam darah. Mekanisme inilah yang sangat

berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah ( Khasanah Nur,2012 ).

Pengaturan kadar gula darah tidak terlepas dari peran hormon. Hormon

tersebut adalah hormone yang menurunkan kadar gula glukosa darah dan

hormone yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormone

yang berperan menurunkan kadar glukosa darah, sedangkan glucagon


merupakan hormon yang berperan meningkatkan kadar glukosa darah. Kedua

hormon tersebut bekerja secara sinergis untuk mempertahankan kadar gula

darah agar tidak terlalu tinggi dan juga terlalu rendah ( Khasanah Nur,2012 ).

Insulin memegang peran yang sangat penting, yaitu memasukan glukosa

kedalam sel. Insulin diibaratkakn sebagai anak kunci untuk membuka pintu

masuk bagi glukosa kedalam sel. Insulin dibentuk dan dikeluarkan oleh

pankreas, sebuah kelenjar yang letak nya dibelakang lambung. Selain

memproduksi insulin, pankreas juga memproduksi glucagon yang bertugas

untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Setiap kali kita makan,

pankreas akan memberi respons dengan mengeluarkan insulin kedalam aliran

darah( Khasanah Nur,2012 ).

3. Tipe-Tipe Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus di klasifikasikan menjadi empat tipe. Menyebabkan

masing-masing tipe diabetes mellitus memiliki penyebab yang berbeda dan

penanganan yang berbeda pula, meskipun gejala- gejala yang di tunjukan

hampir sama. Berikut pergolongan tipe-tipe diabetes mellitus menurut dunia

medis.

a. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe ini sering disebut “ diabetes mellitus

tergantung insulin “. Diabetes jenis ini disebabkan kurangnya

kemampuan tubuh dalam memproduksi insulin. Dampaknya, insulin

dalam tubuh tidak cukup untuk membawa glukosa (zat gula) keseluruh
jaringan tubuh. Hal ini terjadi karena gangguan faktor imun atau

penyakit kronis yang menyerang pankreas sebagai pusat produksi

insulin. Pengobatan diabetes mellitus tipe ini adalah dengan cara suntik

insulin seumur hidup. Penyakit ini biasanya muncul diusia muda

(dibawah 30 tahun ) (khasanah nur, 2012).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus tipe ini di sebabkan karena ketidakmampuan

tubuh untuk merespons insulin yang dihasilkan pankreas. Dalam kasus

ini, jumlah insulin yang di produksi pankreas sebenarnya normal, hanya

saja tubuh kehilangan kemampuan untuk merespon kerja insulin.

Diabetes mellitus tipe ini sering disebut “ Diabetes Mellitus tidak

tergantung insulin “. Faktor penyebab utamanya adalah kadar lemak

dalam tubuh yang berlebihan. Diperkirakan, 90% dari seluruh kasus

diabetes mellitus tipe ini (khasanah nur, 2012).

c. Diabetes Mellitus Gestational

Diabetes mellitus gestational adalah diabetes mellitus yang

timbul selama kehamilan. Biasanya, diabetes mellitus tipe ini muncul

pada kehamilan kedua dan ketiga. Pada umumnya, kadar gula darah

akan normal kembali setelah melahirkan (khasanah nur, 2012).

d. Diabetes Mellitus tipe lain


Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang lain, seperti diabetes

mellitus karena genetik, operasi, obat-obatan, infeksi dan sebagainya

(khasanah nur, 2012).

4. Patofisiologi

Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih

banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang

kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu

masuk kedalam sel, pada keadaan tadi jumlah lubang kunncinya yang kurang,

sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang

kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,

sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa pembuluh

darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama pada DM tipe 1,

perbedaanya adalah DM tipe 2 di samping kadar glukosa tinggi, kadar insulin

juga tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resitensi insulin. Penyebab

resetensi insulin ini sebenernya tidak begitu jelas tetapi terdapat beberapa

faktor yang sangat berperan seperti : obesitas, diet , tinggi lemak dam rendah

karbohodrat, kurang aktifitas dan faktor keturunan ( Suyono, 2005 ).

Pada DM tipe 2 ini jumlah sel betha berkurang sampai 50-60% dari

normal dan jumlah sel alpha meningkat. Yang mencolok adalah adanya

peningkatan jumlah jaringan amyloid pada sel betha yang disebut amilin. Pada

DM tipe 1 dan DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan apabila
kadar itu melewati batas ambang ginjal maka glukosa tersebut akan keluar

melalui urine ( Suyono, 2005 ).

5. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau diabetes mellitus tergantung

insulin disebabkan oleh destruksi sel betha pulau Langerhans akibat proses

autoimun. Sedangkan non insulin dependent diabetes mellitus atau diabetes

mellitus yang tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel betha

dan resitensi insulin. Sel betha tidak mampu mengimbangi resitensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini

terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama

bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel betha pankreas mengalami

desentiasi terhadap glukosa ( Ernawati, 2013 ).

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resitensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui .

faktor genetic di perkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resitensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang

berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2, faktor – faktor tersebut

adalah usia ( resitensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun ).

Obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik ( di Amerika Serikat golongan

hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang

lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan

golongan Afro Amerika ( Ernawati,2013 ).


6. Penatalaksaan Pengobatan

Penata pengobatan Diabetes Mellitus Diantaranya :

a. Obat hipoglikemia oral

Obat hipoglikemia oral diberikan dengan tujuan mempertahankan

kadar gula dalam darah agar tetap normal dan digunakan pada DM tipe

2. Obat hipoglikemia oral bekerja dengan cara : merangsang sel betha

pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, menurunkan

berat badan dan menurunnkan absorspsi gula dari usus dan

menghambat oksidasi.

b. Pemberian suntikan insulin

Insulin adalah protein yang pada orang normal dihasilkan oleh

sel betha pankreas dan berperan untuk mengandalikan kadar gula darah

tetap normal dengan memperlancar pengangkutan glukosa kedalam sel

jaringan dan disimpan dalam bentuk cadangan tenaga yaitu glikogen.

Indikasi penyuntikan insulin : apabila kadar gula darah tak

terkendalikan melaluli pengobatan obat hipoglikemia oral, dengan

kadar gula darah puasa >250mg/Dl Dan HbA1C>10%, Ada riwayat

operasi pengangkatan pankreaas apabila terjadi ketoasidosis dan keton

keluar bersama urine (ketonuria), pasien diabetes mellitus dengan gejala

nyata (poliurine,polipaghi,polidipshi)yang masih mencolok dan berat

badan turun drastis, penderita diabetes mellitus lebih dari 10 tahun

dengan kadar gula darah fluktuaktif.


c. Terapi kombinasi insulin dan OHO

Terapi kombinasi insulin dan obat hioglikemia oral diberikan

apabila dosis obat sudah maksimal tetapi kadar glukosa tetap tinggi dan

apabila obat ditingkatkan dosissnya justru akan memperberat efek

samping obat . tujuan terapi obat kombinasi adalah untuk pengendalian

kadar gula darah lebih baik dengan cara : menurunkan produksi glukosa

yang dibuat oleh hati, meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan

kinerja insulin dan menurunkan retensi insulin.

d. Diet

Tujuan atau sasaran yang akam dicapai melalui perncanaan

makanan adalah gizinya baik, pekerjaan harian lancer, gula darah

normal, dan terhindar dari komplikasi. Ada beberapa tujuan lain dalam

penatalaksanaan diet pada penderita Diebetes yaitu :

1) Memberikan semua unsur makanan esensial misalnya

vitamin dan mineral.

2) Mencapai dan mempertahankan berat badam yang

sesuai.

3) Memenuhi kebutuhan energy.

4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya

dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati

normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini

meningkat.Prinsip diet diabetes mellitus aadalah sebagai


berikut : perencanaan makan mangacu pada 3J yaitu

jumlah, jenis dan jadwal makanan mempertahankan

kadar gula darah normal dengan cara mengatur asupan

makanan gizi seimbang.

e. Aktivitas/ olahraga

Manfaat olahraga yang di lakukan secara rutin dan teratur bagi

penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut : menurunkan kadar

gula darah, memperlancar peredaran darah sehingga retensi insulin

berkurang dan sensitivitas atau kepekaaan insulin bertambah,

menurunkan berat badan, mencegah kegemukan yang akan

memperberat peningkatan kebutuhan insulin, mengurangi terjadinya

komplikasi yang terkait dengan peningkatan lemak darah,

mempertahankan tekanan darah, agar tidak bertambah dan mengurangi

hiperkoagulasi dalam pembuluh darah yang menyebabkan sumbatan,

meningkatkan sirkulasi darah ke otot dan meningkatkan kecukupan

oksigen ke jaringan prinsip olahraga pada penderita diabetes mellitus

continue,ritmik,interval,progresif, dan endurance (Sutedjo.A.Y,2006).

7. Komplikasi

Terjadinya komplikasi pada penderita DM akan membahayakan

penderitanya dan kualitas hidupnya. Komplikasi dapat terjadi pada kondisis

kadar gula darah yang tak terkendali dalam waktu yang lama, maka penderita

DM dengan kadar gula darah tinggi terus menerus dan sudah menderita lebih
dari 10 tahun dapat dipastikan akan menderita komplikasi ( Sutedjo.A.Y, 2006

). Komplikasi DM dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

a. Komplikasi akut

Komplikasi pada diabetes mellitus diantaranya :

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga

60 mg/dl. Keluhan dan gejala dapat bervariasi, tergantung

sejauh mana glukosa darah turun. Keluhan pada hipoglikemia

pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu keluhan

akibat otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga

mengganggu fungsi intelektual dan keluhan akibat efek

samping hormon lain yang berusaha meningkatkan kadar

glukosa dalam darah (Tandra, 2007).

2) Ketoasidosis Diabetes (KAD)

Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula

darah yang terlalu tinggi dan kadar insulin yang rendah, maka

tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber

energi. Sebagai gantinya tubuh akan memecah lemak sebagai

sumber energi alternatif. Pemecahan lemak tersebut kemudian

menghasilkan badan-badan keton dalam darah atau disebut

dengan ketosis.Ketosis inilah yang menyebakan derajat

keasaman darah menurun atau disebut dengan istilah asidosis.

Kedua hal ini lantas disebut dengan istilah ketoasidosis.


Adapun gejala dan tanda-tanda yang dapat ditemukan pada

pasien ketoasidosis diabetes adalah kadar gula darah > 240

mg/dl, terdapat keton pada urin, dehidrasi karena terlalu sering

berkemih, mual, muntah, sakit perut, sesak napas, napas berbau

aseton, dan kesadaran menurun hingga koma (Nabyl, 2009).

3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)

Sindrom HHNK merupakan keadaan yang didominasi

oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia serta diikuti oleh

perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar biokimia pada

sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan

hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik

sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan

berpindah dari ruang intrasel ke ruang ekstrasel. Dengan

adanyaglukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaaan

hipernatremia dan peningkatan osmolaritas. Salah satu

perbedaan utama antar HHNK dan ketoasidosis diabetes adalah

tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada HHNK. Perbedaan

jumlah insulin yang terdapat pada masing-masing keadaan ini

dianggap penyebab parsialperbedaan di atas. Gambaran klinis

sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi

berat,takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi

(Brunner & Suddarth,2001)


b. Komplikasi kronis

Komplikasi diabetik kaitanya dengan lama menderita DM dan jenis

DM adalah sebagai berikut :

1) Neuropati

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering

terjadi. Dalam jangka waktu yang cukup lama, kadar glukosa

dalam darah akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang

berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat

mengirimkan pesan secara efektif. Keluhan yang timbul

bervariasi, yaitu nyeri pada kaki dan tangan, gangguan

pencernaan, gangguan dalam mengkontrol BAB dan BAK, dan

lain-lain (Tandra, 2007). Manifestasi klinisnya dapat berupa

gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses terjadinya

komplikasi neuropati biasanya progresif, di mana terjadi

degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala nyeri, yang

sering terserang adalah saraf tungkai atau lengan (UNPAD,

2008 ).

2) Retinophatyi

Retinophatyi yaitu gangguan pada saraf retina sehingga

terjadi kemunduran penglihatan dan kebutaan. Penyebabnya

keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan faktor

risiko utama terjadinya Retinophatyi Diabetic (Ernawati, 2013).


3) Nepropathy atau gangguan ginjal

Komplikasi gagal ginjal pada awalnya di sebabkan oleh

gangguan pembuluh darah kecil dan gangguan pembuluh darah

beasar yang dapat menyebabkan stroke, jantung coroner, dan

gangguan pembuluh darah tepi, hiperglikemi menyebabkan

peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus ginjal yang

berdampak pada bertambahnya pertumbuhan sel- sel

glomerulus, awal gangguan fungusi ginjal dengan terdapatnya

albumin pada urine dan peningkatan kadar kreatinin serum

(Sutedjo.A.Y, 2010 ).

4) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga 60

mg/dl. Keluhan dan gejala dapat bervariasi, tergantung sejauh

mana glukosa darah turun. Keluhan pada hipoglikemia pada

dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu keluhan akibat

otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga mengganggu

fungsi intelektual dan keluhan akibat efek samping hormon lain

yang berusaha meningkatkan kadar glukosa dalam darah

(Tandra, 2007).

5) Perlukaan pada kaki gangrene

Adanya gangrene pada kaki merupakan lanjutan dari

neuropathy diabetik dan kerusakan pembuluh darah tepi. Pasien

DM cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam


pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah, pasien dengan

gangguan pada vaskuler verifier dan klaudikasio intermitien.

Penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah

merupakann penyebab utama terjadinya gangren (Ernawati,

2013 ).

6) Impotensi

Impotensi dapat terjadi pada pria maupun wanita akibat

dari adanya kerusakan pembuluh darah pada lapisan endotel.

Pada pria lebih berupa disfungsi ereksi tetapi gairah seksual

tetap normal dan pada wanita terjadi gangguan pada proses

lubrikasi vagina (Sutedjo.A.Y, 2010 ).

8. PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS


9. KERANGKA TEORI

4. komplikasi penyakit DM

3. pencegahan tersier :

pola hidup dan dukungan keluarga


2. pencegahan sekunder
1. pencegahan primer

Anda mungkin juga menyukai