Anda di halaman 1dari 11

KOMUNITAS III

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH KELOMPOK 3

SRI ERLITA DONGORAN 1311311011

ADILLA FITRI 1311311063

FINA OKTAVIANI 1311311067

FILDZAH HAZIRAH 1311311077

NAJMI ULFA MISBAH 1311312007

RAZKA UTIYA 1311312009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2016

1
TEORI DAN KONSEP

A. Model Keperawatan Mandiri atau Self Care (D.E Orem 1971)


Model konsep keperawatan Orem dikenal dengan Model Self Care (perawatan
diri) yang memenadang bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk merawat
diri sendiri (self care) guna memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Dalam Model Self Care, Orem
mengembangkan dua bentuk teori tersebut, yaitu:
1. Perawatan diri sendiri (self care)
a) Self care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang dilaksanakan
oleh individu dalam memenuhi serta mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraan.
b) Self care agency merupakan kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan, dan lain sebagainya.
c) Therapeutic self caredemand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
waktu tertentu untuk perawatan diri menggunakan metode dan alat yang tepat.
d) Self care requisites (kebutuhan self care) merupakan tindakan yang ditujukan
pada penyediaan dan perawatan diri yang merupakan aktivitas sehari-hari
(activity daily living) dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia
dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh. Self care requisites terdiri dari 3
(tiga) kelompok yang universal (kebutuhan fisiologis dan psikososial),
developmental (kebutuhan perkembangan), dan health deviation (kebutuhan
saat individu mengalami penyimpangan dari keadaan sehat).
2. Self care deficit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala
perencanaan diberikan pada saat perawat dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self care secara
terus menerus. Orem membagi bantuan yang dibutuhkan menjadi tiga kategori:
a) Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system) yaitu bantuan
menyekuruh yang diberikan kepada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri seperti pergerakan, pengontrolan, ambulansi, serta
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya klien dengan penurunan
kesadaran, stroke, fraktur vertebrata, dan klien lain yang tidak mampu
mengurus dirinya sendiri.
b) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system) yaitu bantuan
sebagian yang diberikan kepada klien dengan keterbatasan gerak karena sakit
atau kecelakaan. Misalnya pasien dengan fraktur femur atau tibia, klien
mampu melakukan aktivita seperti makan, minum namun membutuhkan
bantuan untuk melakukan hal lain seperti ambulasi.

2
c) Sistem pendukung dan edukatif (supportive educative) yaitu dukungan
pendidikan yang diberikan kepada klien yang memerlukan bantuan belajar,
dengan tujuan agar klien mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri.
Misalnya klien yang tidak tahu diet untuk diabetes meatus sehingga
membutuhkan bantuan belajar mengenai diet tersebut guna mempertahankan
bahkan meningkatkan kesehatan.
B. Model Sistem (Imogene King 1971)
Model system King menjelaskan bahwa komunitas merupakan suatu system yang
terdiri dari sub system keluarga dan supra sistemnya adalah system sosial yang lebih luas.
Subsistem yang ada di komunitas saling berinteraksi, interelasi, dan interdepensi antara
satu dengan yang lainnya. Jika terdapat gangguan atau stressor yang terjadi pada salah
satu subsistem, maka akan berpengaruh pada komunitas secara keseluruhan. Misalnya
terdapat gangguan pada subsistem pelayanan kesehatan dan social, maka masyarakat
yang sakit akan kehilangan sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
terjangkau sehingga membutuhkan intervensi keperawatan. Keluarga sebagai subsistem
komunitas merupakan system terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik sekaligus
umpan balik antara keluarga dan komunitas.
Kerangka kerja konsep system King terdiri dari tiga subsistem yaitu system
personal, system interpersonal, dan system social. Sistem personal merupakan system
terbuka yang terdiri atas konsep mengenai persepsi dirinya, pola tumbuh kembang, body
image, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan. Sistem interpersonal mengenai
interaksi manusia, masyarakat, transaksi, peran, dan stress. Sedangkan system social
meliputi organisasi, otoritas, kekuatan, status, dan pembuatan keputusan.
Maka berdasarkan model system King ini, untuk mengetahui masalah komunitas
perlu dilakukan pengkajian pada keluarga yang merupakan bagian dari subsistem
komunitas. Oleh sebab itu, intervensi keperawatan yang diberikan melibatkan dua sasaran
yaitu keluarga dan komunitas sebagai unit pelayanan dasar di masyarakat atau komunitas.

C. Model Adaptasi C. Roy (1976)


Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai pnerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptic system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesauan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.sistem
terdiri dari proses input, output, control dan umpan balik (Roy, 1991).
Tujuan dari aplikasi model adaptasi pada keperawatan komunitas adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaftive pada
komunitas.adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif. Intervensi
keperatan ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan mekanisme adaptasi.

3
Melalui model adaptasi, diharapkan masalah kesehatan komunitas yang dapat diatasi
dengan mengubah atau meningkatkan perilaku adaptif komunitas/masyarakat.
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat
pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi
Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi
tingkah laku yang aktual dan potensial apakah memperlihatkan maladaptif dan
mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif. Empat model adaptasi
dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga
meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan model interdependensi.
1. Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Tahap I : Pengkajian Perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adaptif dan maladaptif. Termasuk dalam model ini adalah
kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan.
Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak
ketergantungan. Perawat melakukan wawancara, observsi dan pengukuran untuk
mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini
perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial
maladaptif.
b. Tahap II: Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap perubahan
perilaku seseorang yaitu stimuli fokal, kontekstual dan residual.
1) Identifikasi stimuli fokal
Stimuli fokal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat
dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaitu :
Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
2) Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus fokal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Fokal stimulus yang
dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan jadwal sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal faktor anak
menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran,
interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi
mode adaptif adalah genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,
konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.

4
3) Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah
faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari
proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi.
Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap
pengaruh lingkungan menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependen.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi,
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi. Roy
(1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keperawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh,
reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku
yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus fokal, konteksual dan
residual.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan akan membantu stimulus menuju perilaku adaptif.
Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian
tahap II.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan
dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan

D. Model “Health care System” B. Neuman (1972)


Model konseptual dari Neuman memberi penekanan pada penurunan stress
dengan memperkuat garis pertahanan diri baik yang bersifat fleksibel, normal maupun
yang resisten. Intervensi ini diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang terkait
dengan tiga level prevensi. Model ini menganalisa interaksi dari empat variable yang
menunjang komunitas, yaitu fisiologis, psikologis, sosial kultural, dan perkembangan
spiritual, adapun tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam
lingkungan yang dinamis.Asumsi yang dikemukakan oleh Neuman berdasarkan empat

5
konsep utama dari paradigma keperawatan yang terkait dengan keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut:
a. Manusia merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis, psikologis,
sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
b. Lingkungan meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari
sekitar atau sistem klien.
c. Sehat merupakan suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari/mengatasi stressor
Aplikasi Model Neuman Pada Komunitas
Sesuai dengan Neuman, kelompok/komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh
dua faKtor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses
keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari lima tahapan: pengkajian, penegakan
diagnosa kepererawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
1) Pengkajian
Yang perlu dikaji pada kelompok/komunitas adalah :
Core/ inti : data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari usia,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
Delapan sub-sistem yang mempengaruhi komunitas:
a) Perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana penerangan, sirkulasi
kepadatannya yang bisa merupakan stressor bagi penduduk
b) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan
c) Gangguan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal → apakah tidak
menimbulkan stress.
d) Politik dan kebijakan pemerintah, apakah cukup menunjang ehingga
memudahkan komunitas mendapatkan pelayanan diberbagai bidang termasuk
kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deeksi dini gangguan atau
merawat/emantau apaila gangguan sudah terjadi
f) Sistem komunikasi
Sasaran komunkasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunita tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan (mis. kardiovaskular)
misalnya: televise, radio, Koran, atau leaflet yang diberikan untuk komunitas
g) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
UMR, di bawah atau di atas sehingga upaya pelayanan, misalnya anjuran untuk
mengkonsumsi jenis makanan bisa disesuaikan dengan status ekonomi tersebut.

6
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarana, kapan saja di buka, apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas yang bisa digunakan oleh komunitas untuk menghilangkan stress.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS/KELOMPPOK
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap
stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen:
a) Problem/masalah
b) Etiologi/penyebab
c) Manifestasi/data penunjang
3) PERENCANAAN
a) Pendidikan kesehatan tentang ganggguan kardiovaskular, nutrisi
b) Demonstrasi keterampilan stress dan relaksasi
c) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kardiovaskular melalui pemeriksaan
tekanan darah
d) Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet gizi yang berisiko
4) INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Sehat menurut model Neuman adalah suatu
keseimbangan bio-psiko-sosiokultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu
fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu yang bersifat
promosi yang dilakukan bila ganguan yang terjadi pada garis pertahanan fleksibel;
intervensi yang bersifat prevensi jika yang terganggu adalah garis pertahanan normal;
dan intervensi yang bersifat kurasi dan rehabilitasi apabila garis pertahanan resisten
terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan
tersebut dan berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhdap klien ditujukan pada garis pertahanan yang
mengalami gangguan.
a) Intervensi yang bersifat promosi berupa:
1. Pendidikan kesehatan
2. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat
dilakukan klien di rumah/komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan atau menyeimbangkan garis pertahanan normal.
b) Intervensi yang bersifat prevensi, berupa:
1. Deteksi dini pada gangguan kesehatan/gangguan keseimbangan garis
pertahanan , misalnya: deteksi diri tumbuh kembang anak, keluarga, dll

7
2. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu, misalnya
imuisasi, atau yang bersifat keluarga/komunitas, misalnya konseling
awal(konseling pra-nikah), dll
c) Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif berupa:
1. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat,
misalnya melatih klien untuk duduk dan berjala
2. Memberikan konseling untuk penyelesaiaan masalah
3. Melakukan kerjasama lintas program/sectoral untuk penyelesaiaan
masalah
4. Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawatan (lintas
program/sektoral)
5. Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan
lilngkungan/komunitas apabila stressor berasal dari lingkungan.
6. Rujukan ke RS bila diperlukan
5) PELAKSANAAN
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang sifatnya:
a) Bantuan untuk mengatasi masalah kardiovaskular di komunitas, mempertahankan
kondisi yang seimbang sehat dan meningkatkan kesehatan
b) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
kardiovaskular
c) Sebagai advokat bagi komunitas dan sekaligus untuk memfaslitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
6) EVALUASI
a) Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah intervensi dilakukan
b) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk kerumah sakit
c) Memodifikasi perencanaan sesui dengan kasus baru yang ada
E. Need Based Model Virginia Handerson
Teori keperawatan virginia Handerson merupakan need based model atau aktivitas hidup
sehari-hari (activity daily living model) dengan memberikan gambaran tugas perawat
yang mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia. Tujuan keperawatan berdasarkan
konsep Henderson yaitu membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin. Praktik keperawatan mambentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan
dasar Henderson, yaitu:
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum yang cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dihendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian , berpakaian dan melepas pakaian

8
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Barmain dan perpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal.

F. Aplikasi Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


1) Model konseptual keperawatan mandiri atau self care (D.E Orem 1971)
Goal dari tindakan keperawatan adalah utk membantu seseorang mengenal kebutuhan
dan keterbatasan self-care serta meningkatkan kemampuan self-care klien. Ners
bertugas memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self-care klien sampai mereka mampu
melakukannya sendiri.
Yang menjadi tolak ukur adalah kebutuhan komunitas, populasi, apabila kebutuhan
individu untuk self-care melebihi dari kemampuannya, maka mereka memerlukan
intervensi keperawatan utk memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan self-Care.
Goal CHN adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian komunitas dalam self-
care.
Aplikasi terhadap keperawatan komunitas (keluarga):
Perawatan anggota keluarga yang mengidap diabetes mellitus dengan tipe
ketergantungan insulin, sehingga perlu dilakukan penyuntikan insulin berkala. Karena
itu perlu adanya pelatihan kemandirian klien dan keluarga dalam melakukan
penyuntikan tersebut.
Jadi, model self care ini memfokuskan pada pelatihan kemandirian kepada individu
sehingga mampu memenuhi kebutuhannya.
2) Model konseptual system (Imogene King 1971)
Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem keluarga dan
suprasistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Keluarga sebagai subseistem
komunitas merupakan sistem terbuka dimana terjadi hubungan timbal baliak antara
keluarga dan komunitas, yang sekaligus sabagai umpan balik.
Kerangka kerja konseptual king terdiri dari tigasubsistem yaitu :
 Sistem personal yaitu terdiri atas komponen mengenal persepsi dirinya,
pertumbuhan dan perkembangan, body image, jarak, dan waktu.
 Sistem interpersonal yaitu mengenal interaksi manusia, masyarakat, transaksi,
peran, dan stress.
 Sistem sosial yaitu organisasi, otoritas, kekuatan, status dan pembuatan
keputusan.

9
Tujuan akhir perawatan yaitu manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Yang
mengantarkan pada suatu keadaan sehat bagi individu yang memiliki kemampuan
untuk berfungsi di dalam peran-peran sosial.
3) Model konseptual adaptasi (Callista Roy 1976)
Mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku yang mal adaptif pada
komunitas. Intervensi keperawatannya yaitu menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi. Contohnya : Koping masyarakat di daerah endemic DBD.
Aplikasi model ini utk CHN, penting utk diingat bahwa komunitas dipengaruhi
berbagai variabel sehingga level adaptasi akan berubah secara konstan. CHN hrs
mengkaji mekanisme koping komunitas dan menbantu anggota komunitas utk
menggunakan kemampuan secara kolektif utk meningkatkan kemampuan
adaptasinya.
4) Model konseptual Health Care (Betty Neuman 1972)
Betty Neuman mengajukan model sistem ini, perlu diadaptasi pd CHN dgn melihat
klien sebagai aggregate/populasi. Pada model ini, manusia dipandang sebagai sistem
terbuka dimana berinteraksi secara konstan dan timbal balik dengan lingkungan.
Subsistem saling berinteraksi, sehat akan dicapai apabila subsistem berinteraksi
secara harmonis satu sama lain dan dgn sistem lingkungan.
Stresornya adalah lingkungan internal dan eksternal. Contoh lingkungan internal
komunitas, tingginya proporsi penduduk sosial ekonomi rendah atau suplai air bersih
tdk adekuat. Lingkungan eksternal: bencana alam, perang, ekonomi global.
Peran CHN sesuai model ini : membantu komunitas menjaga kestabilan dgn
lingkungannya, dgn prevensi primer utk garis pertahanan fleksibel, prevensi
sekunder utk garis pertahanan normal dan prevensi tersier utk garis pertahanan
resisten.
5) Model konseptual need based model atau aktivitas hidup sehari-hari (Virginia
Handerson)
Seperti yang telah dijelaskan sebekumnya, bahwa dalam model konseptual virginia
handerson yang membahas mengenai seluruh kebutuhan dasar manusia. Peran CHN
dalam hal ini adalah bagaimana klien (komunitas) mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin dalam memnuhi kebutuhan dasar yaitu bernafas
secara normal; Makan dan minum yang cukup; Eliminasi; Bergerak dan
mempertahankan posisi yang dihendaki; Istirahat dan tidur; Memilih cara berpakaian;
berpakaian dan melepas pakaian; Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang
normal; Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi; Menghindari bahaya dari lingkungan;
Berkomunikasi dengan orang lain; Beribadah menurut keyakinan; Bekerja yang
menjanjikan prestasi; Barmain dan perpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi;
Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. (2004), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Widyanto, Faisalado Candra. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta: Nuha Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai