Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Formaldehid

2.2.1 Definisi

Senyawa kimia formalin (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuk

gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia

Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hofmfman tahun 1867.

Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon.

Terkandun dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot, mobil dan asap tembakau.

Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen

terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar

kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk

manusia.3,7

2.2.2 Sifat dan Struktur Kimia

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas tetapi bisa

larut dalam air. Formaldehida mempunyai satuan internasional yaitu ppm atau parts per

million dalam bentuk gas ataupun cair (biasanya dijual dalam kadar larutan 37%

menggunakan merk dagang “formalin” atau “formol”). Dalam ait, formaldehida

mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk imonomer H2CO.

Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi

polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara

10-40%.7

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya

aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan

elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa

aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan

katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Canizzaro, menghasilkan asam


format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau

polimer linier poliooksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas

formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara

dingin.7

Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format,

karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan

udara. Struktur formaldehida berupa gas dalam suhu ruangan, tetapi gas tersebut dengan

cepat akan berubah menjadi berbagai derivat. Salah satu derivat yang penting dari

formaldehid adalah trioxane, merupakan trimer dari formaldehid dengan rumus bangun

(CH2O)3. Ketika larut dalam air, formaldehid akan berubah menjadi H2C(OH)2 bentuk

cair dari formaldehid disebut formalin 100%. Formalin mengandung larutan yang

tersaturasi oleh formaldehid (30-5-% metanol sebagai stabilizer).7

2.2.3 Sumber

Formaldehida ada di mana-mana di lingkungan sebagai hasil dari proses alami

dan dari sumber buatan. Tapi, itu tidak terakumulasi di lingkungan, karena dipecah

dalam beberapa jam oleh sinar matahari atau oleh bakteri yang ada di tanah dan air.

Orang, hewan, dan tumbuhan benar-benar menghasilkan formaldehida tingkat rendah

selama proses metabolisme normal dan dimetabolisme dan dikeluarkan dengan cepat.

Dengan demikian, itu tidak menumpuk di dalam tubuh. Pembentukan alami

formaldehida dari molekul lain dapat berkontribusi hingga 70-90 persen dari total

formaldehida atmosfer. Formaldehida ditemukan di alam, udara domestik, kosmetik,

asap rokok, dan di atmosfer tercemar kota-kota dari pembakaran organik yang tidak

sempurna (yaitu Metana atau gas lainnya, kayu, batu bara, minyak, tembakau dan

bensin), asap fotokimia, dan produk offgassing yang mengandung formaldehida

Sumber formaldehida dalam ruangan meliputi kain pelapis, kain pres permanen, karpet,
formulasi pestisida, dan produk karton dan kertas sedangkan sumber luar termasuk

emisi dari pembakaran bahan bakar (kendaraan bermotor), pembakaran bahan bakar

industri (pembangkit listrik), proses pemurnian minyak, dan penggunaan lainnya (

plating tembaga, insinerator, dll. Dengan demikian, setiap orang yang hidup dalam

masyarakat dapat terkena formaldehida.8

2.2.4 Fungsi

Formaldehid diproduksi dan digunakan di seluruh dunia dalam skala besar,

terutama dalam industri untuk produksi resin, pembuatan bahan bangunan, kertas,

karpet, tekstil, cat, papan partikel, dan kayu lapis dan sebagai komponen dari berbagai

produk rumah tangga. FA juga digunakan dalam pembuatan melamin, polyacetal, dan

resin fenolik. Ini juga digunakan sebagai pengawet, zat pengeras dan pereduksi,

penghambat korosi dan agen sterilisasi. Ini juga digunakan dalam pertanian, aditif beton

dan plester, kosmetik, desinfektan, fumigan, fotografi, dan reservasi kayu. Selain itu,

banyak digunakan dalam medis, sehingga pekerjanya sangat mungkin terpapar. Secara

khusus, ahli anatomi dan mahasiswa kedokteran yang menjalani sesi diseksi adalah

subjek yang paling umum yang dapat terkena gas formaldehida.8

2.2.5 Farmakokinetik

Dalam tubuh manusia formaldehida dimetabolisme menjadi asam format oleh

beberapa sistem enzim termasuk komplek formaldehid dehydrogenase (FDH) pada

beberapa jaringan atau oleh hidrogen peroksida sistem katalase. FDH berperan dalam

pelepasan format dengan memecah thio ester dengan glutathion. Efisiensi dari

metabolisme format oleh katalase sangat berhubungan dengan konsentrasi

tetrahidrofolat pada hepar. Dalam tubuh manusia, asam format secara lambat

dimetabolisme jadi karbondioksida dan air oleh reaksi enzimatik yang bergantung folat.

Folat adalah vitamin esensial yang ditemukan pada buah segar dan sayuran.
Metabolisme yang lambat pada tubuh manusia seringkali menyebabkan akumulasi

asam format yang dapat menyebabkan asidosis metabolik. Formaldehid dapat

dibedakan menjadi endogen dan eksogen. Formaldehid endogen berada dalam tubuh

sebagai bentuk intermediat dari metabolisme sel dan jaringan. Normalnya diproduksi

selama metabolisme dari serin, glisin, metioninm dan kolin.7

a. Absorbsi

Uap formaldehida mudah diserap dari saluran pernapasan. Sebuah studi

menunjukkan formaldehida hanya diserap ke dalam jaringan saluran pernapasan. Tidak

adanya peningkatan konsentrasi formaldehida dalam darah kemungkinan karena

metabolisme yang cepat dalam jaringan ini dan / atau reaksi cepat dengan

makromolekul seluler. Kurangnya peningkatan kadar formaldehida darah menunjukkan

bahwa hanya absorbsi lokal yang terjadi dan formaldehida dimetabolisme sebelum

mencapai aliran darah. Absorbsi dari bagian hidung saluran pernapasan diperkirakan

berada pada atau mendekati 100%.7

Formaldehida juga mudah diserap dari saluran pencernaan dan diserap dari

sistem gastrointestinal setelah dikonsumsi. Asam format terakumulasi dalam darah

dengan cepat setelah konsumsi formaldehida. Studi lain menjelaskan tingkat metanol

darah terus meningkat selama 12 jam pengamatan. Sedikit informasi tersedia pada

karakteristik absorpsi oral formaldehida pada manusia. Namun, berdasarkan dua

penelitian, baik formaldehid cepat dimetabolisme menjadi format di saluran pencernaan

dan diserap cukup cepat atau formaldehid diserap dengan cepat dan dimetabolisme

menjadi format dalam darah, atau kombinasi dari dua mekanisme itu bertanggung

jawab pada peningkatan tajam kadar format dalam darah. 7

Studi yang tersedia dalam literatur terbuka menunjukkan bahwa sangat sedikit

formaldehida yang diserap melalui rute dermal. Absorbsi dermal pada penelitian
dengan monyet telah terbukti cukup rendah (0,5% dari dosis yang diterapkan), sebagian

besar hilang karena penguapan atau terikat di dalam kulit. Dalam semua kasus, absorbsi

tampaknya terbatas pada lapisan sel yang berbatasan langsung dengan titik kontak. 7

b. Distribusi

Formaldehida tidak secara langsung diabsorbsi dalam bentuk molekul utuh ke

dalam aliran darah, kecuali berada dalam dosis yang sangat tinggi sehingga melampaui

kapasitas jaringan. Formaldehida didistribusikan ke berbagai organ seperti ginjal,

limpa, hepar, dan sebagainya untuk mengalami metabolisme lebih lanjut. Toksisitas

tidak terletak pada distribusi organ melainkan pada tempat kontak dengan formaldehid

yang terpapar pada jaringan.7

Sebuah studi paparan inhalasi pada monyet ditemuka konsentrasi ikatan silang

formaldehida-protein paling tinggi di jaringan concha media dan terendah di jaringan

nasofaring. Tidak ada bukti pembentukan ikatan silang terlihat di sinus atau jaringan

paru. Studi yang memelajari pemberian oral formalin dengan radioaktif pada tikus

menunjukkan konsentrasi radioaktivitas tertinggi di hati, ginjal, jaringan adiposa,

limpa, testis, otak, dan otot terjadi 4 jam setelah pemberian. Konsentrasi maksimum
14
aktivitas C setara dengan nilai 0,03% dari dosis muncul setelah 2 jam dalam darah

tikus. Pada penelitian pengaplikasian formaldehida pada monyet ditemukan

formaldehida didistribusikan secara merata di semua jaringan dalam jumlah rendah. 7

c. Metabolisme

Formaldehid cepat dimetabolisme dan penyimpanan bukan merupakan faktor

dalam toksisitas. Metabolisme formaldehid menjadi format (melalui formaldehid

dehidrogenase / kelas III alkohol dehidrogenase) terjadi di semua jaringan tubuh

sebagai konsekuensi dari pembentukan formalin endogen, dan format dengan cepat

dihapus oleh suplai darah yang mendukung. Formaldehid dehidrogenase (FDH) adalah
enzim metabolik utama yang terlibat dalam metabolisme formaldehid di semua

jaringan, didistribusikan secara luas dalam jaringan, terutama di mukosa hidung. Jika

formaldehid tidak dimetabolisme oleh FDH, maka dapat membentuk hubungan silang

antara protein dan DNA beruntai tunggal atau memasuki kelompok metabolik

intermediet C-1 dengan awalnya mengikat tetrahidrofolat. 7

Beberapa enzim dapat mengkatalisis reaksi yang mengoksidasi formalin

menjadi asam format (yaitu, dehidrogenase aldehid dan katalase nonspesifik); Namun,

FDH adalah enzim utama yang melakukan fungsi ini dan spesifik untuk formaldehid;

aldehid lainnya dibiarkan utuh dengan adanya FDH. Formaldehid endogen atau

eksogen memasuki jalur metabolisme FDH dan dieliminasi dari tubuh sebagai

metabolit, terutama sebagai bentuk CO2. 7

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi formaldehid pra dan

pasca paparan inhalasi pada konsentrasi formaldehida, kemungkinan besar

menunjukkan metabolisme cepat dan / atau penyerapan lokal pada mukosa saluran

pernapasan daripada penyerapan sistemik ke dalam darah. Pada laporan kasus

masuknya formaldehida secara oral pada manusia, asam format terakumulasi dalam

darah dengan cepat setelah konsumsi formaldehida. Tidak ada informasi tentang

metabolisme formaldehid setelah paparan kulit ditemukan dalam literatur. 7

d. Ekskresi

Mengingat perubahan cepat formaldehida untuk membentuk dan penggabungan

berikutnya menjadi konstituen seluler yang terjadi secara alami, ekskresi tidak menjadi

faktor dalam toksisitas formaldehida. Sebuah studi menguji cobakan C14-formaldehid

pada tikus jantan. Tikus uji coba diberikan paparan formaldehid secara inhalasi selama

6 jam. Studi ini menemukan bahwa ekspirasi merupakan jalan utama dari ekresi

formaldehid. Studi lain mengujicoba tikus diberi paparan oral formaldehid dengan
radioaktif ditemukan bahwa dalam 32 jam setelah pemberian, 67% radioaktivitas yang

telah diekskresikan dalam feses dan urin dan 28% pada radioaktivitas dikeluarkan

sebagai 14CO2. Ekskresi radioaktivitas oleh semua rute dari tikus selesai dalam waktu

32 jam. Pada penelitian serupa dengan hewan coba kambing didapatkan bahwa

formalin dalam makanan diekskresikan dalam susu kambing. Pada studi lain,

pemberian formalin secara topikal pada beberapa hewan coba menghasilkan ekskresi

formaldehida dari feses, urin dan ekspirasi dalam bentuk CO2.7

2.2.6 Farmakodinamik

Daya kerja formaldehid adalah menekan terhadap fungsi sel-sel dan

mengakibatkan nekrosis jairngan-jaringan. Pada keracunan formaldehid akan

menyebabkan kerusakan sel dalam berbagai jaringan. Konsentrasi asam format yang

tinggi dalam tubuh akan secara cepat menimbulkan nekrosis sel-sel hepar, ginjal,

jantung dan otak. Penumpukan asam format akan menyebabkan nekrosis metabolik.

Asam format juga merupakan inhibitor dari mitokondria sitokrom oksidase yang

menghasilkan histotoksik. Selain itu formaldehid bersifat korosif jika tertelan dalam

keadaan aktif, akan menyebabkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya seperti

kerusakan pada mulut dan tenggorokan, teriritasinya lambung, perdarahan saluran

perncernaan, menimbulkan gejala sulit menelan, mual, muntah dan diare hebat, nyeri

kepala sampai dengan koma. Gejala akut lainnya dapat mengenai organ hepar, jantung,

otak, limpa, pankreas, dan sistem saraf.9

2.2.7 Pengaruh terhadap tubuh

Formaldehida dinyatakan sebagai Priority Existing Chemical pada tanggal 5

Maret 2002 sebagai tanggapan terhadap masalah kesehatan kerja dan publik. Baru-baru

ini, banyak kasus keracunan, alergi, asma, kerusakan paru, kanker dan kematian

dilaporkan sebagai akibat dari paparan formaldehida dari makanan yang


terkontaminasi, air minum, dan udara dalam ruangan yang tercemar. Kehadiran

glutathione dan formaldehida dehidrogenase dalam sel epitel saluran pernapasan

bervariasi dengan lokasi dan mempengaruhi jumlah formaldehida yang mencapai

darah. Sementara ikatan formaldehida - glutatione dimetabolisme dengan cepat,

formaldehida bebas dalam sel dapat membentuk ikatan silang DNA-protein. Toksisitas

formaldehida menjadi perhatian bagi semua orang yang bekerja dengan paparan

formaldehida.8

DAFTAR PUSTAKA

1. James H Bedino. Embalming Chemistry: Glutaraldehyde Versus Formaldehyde.


Expanding Encyclopedia in Mortuary Practice. 2003.
2. World Health Organization. Formaldehyde. Geneva. World Health Organization.
2001.p.38.
3. Toxicity of Ingested Formalin. Pandey, C.K et al. 360-66. India. Nature-
America.2000.Vol 19.
4. Fe,Lu.Toksikologi, Dasep Aas, Organ Sasaran dan Penentuan Resiko, Jakarta:
Universitas Indonesia, 2006 hal 380-1.Vol 2.
5. Tim Permata Press. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Permata Press: Jakarta. 2008.
6. A.Budianto, W Widyatmaka, S Sudiono. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal : 71-
86.Vol 1.
7. Toxicological Profile for Formaldehid, Atlanta, USA : U.S Department of Health and
Human Services Agency for Toxicity Substances, 1999.
8. Abdu H, Kinfu Y, Agalu A. Toxic effects of formaldehyde on the nervous system.
2014;3(3):50–9.
9. Federal-Provincial-Territorial Committee on Drinking Water. 2003. Formaldehyde.
10. Vos H, Luinstra M, Pauw R. Survival of a formalin intoxication : a case report.
2017;25(4):133–6.
11. Budiawan. 2008. Peran Toksikologi Forensik dalam Menangkap Kasus Keracunan dan
Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal Forensic Science. I(I):35-39
12. Mohamed El-Ashtokhy M, Ahmed HM, Ibrahim OY.Anatomical and Histological
Effects of Formaldehyde Inhalation on the Lung of Albino Ra. Journal of American
Science 8(9):395-404.2012.
13. Lian CB and Ngeow W. The adverse effect of formalin: a warning against mishandling.
Volume 7. Malaya: Annal dent univ malaya. 2000. P56-58
14. Songur A et al. The toxic effecr of formaldehyde on the nervous system anatomi.
Diunduh dari:
http://www.Anatomidernergi.org/beige/the%20toxic%20effect%20formaldehyde.pdf
15. Dimenstein IB, et al. A Pragmatic Approach to Formalin Safety in Anatomical
Pathology, The American Journal of Clinical Pathology, 2009; 40, 740-746
16. Koplan JP, et a;. Toxicological Profile for Formaldehyde. ATSDR. 2009; p 9-165
17. Jayalakshmi K, et al. a silent killer in laboratory – Formaldehyde; Review of effects
and management. Journal of oral and maxillofacial pathology, 2011;2(2):13-19.

Anda mungkin juga menyukai