Anda di halaman 1dari 29

BAB V

ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG AKTIF

5.1 Tujuan

1. Mempelajari adsorpsi HCl dengan menggunakan arang aktif.

2. Mengetahui prosesadsorbsi.

3. Mempelajari phenomena pengurangan konsentrasi larutan HCL dengan

menggunakan arang aktif.

4. Mengetahui konsentrasi HCl setelah di masukan arang aktif ke

dalamnya.

5. Mengetahui kemampuan arang aktif dalam mengadsorsi larutan HCL

untuk waktu tertentu.

5.2 Dasar Teori

Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat


pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidak jenuhan gaya-gaya
permukaan zat pengumpul. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adsorpsi adalah sebagai berikut :

1. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel
dan jumlah dari adsorben.
2. Jenis Adsorbat
 Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)

71
72

memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul dipol (non


polar).
 Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi.
 Adsorbat dengan rantai bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi
dibandingkan rantai yang lurus.
3. Struktur Molekul Adsorbat
Hidroksil dan asam amino mengakibatkan mengurangi kemampuan
penyisihan sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.

4. Temperatur
 Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat yang menyebabkan pori-pori adsorben
lebih terbuka.
 Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben
sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
5. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
6. Kecepatan Pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila
pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat
pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur
adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
7. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi
maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
8. Waktu Kesetimbangan
Waktu kesetimbangan sangat mempengaruhi proses adsorpsi, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi waktu kesetimbangan dalam adsorbsi
adalah sebagai berikut :

Laporan Kimia Dasar II


73

 Tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan)


 Ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif)
 Ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
 Konsentrasi ion logam
Dimana persamaan tersebut mengungkapkan, bila suatu proses
adsorpsi menuruti isoterm Freunlich, maka log (x/m) terhadap log C akan
merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan-tetapan k dan n.

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan


sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan
partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang
tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun
dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan
mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian
disebut sebagai arang aktif. Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai
arang aktif merupakan suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang sangat besar.

Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa


penyerapan pada lapisan permukaan atau antarfasa, dimana molekul dari
suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi ataupun adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedangkan absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben
dimana disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang
diadsorpsi disebut adsorbat, sedangkan bahan yang berfungsi sebagai
pengadsorpsi disebut adsorben.

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika


(disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas
untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan
adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben,

Laporan Kimia Dasar II


74

banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya
yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)

Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan


dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya
membahas sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju
penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan
konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope
atau kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi.

5.3 Alat dan Bahan

5.3.1 Alat

Tabel 4.1

Alat yang digunakan dalam percobaan adsorpsi arang aktif

No Nama Dan Gambar Alat Fungsi alat


1  Untuk Menghisap

larutan yang akan di

ukur

Gambar 4.1
Balp

Laporan Kimia Dasar II


75

2  Untuk Mengeluarkan

larutan dengan volume

tertentu dengan tetes

demi tetes

Gambar 4.2
Buret
3  Untuk menuangkan

larutan dengan benar

Gambar 4.3
Corong Gelas
4  Untuk memegang alat

yang panas

Gambar 4.4
Gegep Besi

Laporan Kimia Dasar II


76

5  Untuk mengukur larutan

dengan satuan volume

Gambar 4.5
Gelas Ukur
6  Sebagai perata panas

Gambar 4.6
Kasa Kawat
7  Sebagai penyaring

larutan

Gambar 4.7
Kertas Saring

Laporan Kimia Dasar II


77

8  Sebagai tempat

memanaskan larutan dan

tempat titrasi

Gambar 4.8
Labu Erlenmeyer
9  Sebagai unutuk mengkur

volume tertentu atau

tempat zat

Gambar 4.9
Labu Ukur
10  Untuk memipet larutan

Gambar 4.10
Pipet Gondok

Laporan Kimia Dasar II


78

11  Sebagai sumber pemanas

Gambar 4.11
Spritus
12  Sebagai untuk

mengambil sample yang

bersifat serbuk

Gambar 4.12
Spatula
13  Sebagai pengukuran

waktu

Gambar 4.13
Stopwatch

Laporan Kimia Dasar II


79

14  Sebagai penyangga buret

Gambar 4.14
Tiang Statif

Laporan Kimia Dasar II


80

5.3.2 Bahan

Tabel 4.2

Bahan yang digunakan dalam percobaan adsorpsi Arang Aktif

NO Gambar Bahan Nama Bahan


1

Alumunium Foil

Gambar 4.15
2

Arang Aktif

Gambar 4.16
3

HCl

Gambar 4.17

Laporan Kimia Dasar II


81

Indikator PP

Gambar 4.18
5

Kertas Saring

Gambar 4.19
6

NaOH

Gambar 4.20

Laporan Kimia Dasar II


82

5.4 Prosedur Percobaan

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

sediakan larutan HCl dengan konsentrasi 0,25 dan 0,125 M sebanyak 15


ml. masukan ke dalam labu erlenmeyer dan tutup dengan menggunakan
alumunium foil

Aktifkan arang dengan cara membakarnya sampai menjadi debu arang

masukan arang ke dalam erlenmeyer yang telah di tambahkan dengan isi


HCl 1M

Tutup kembali dengan menggunakan Alumunium Foil

Saring larutan HCl deangan kertas saring ke dalam Erlenmeyer selama 5


menit

siapkan buret lalu mengisinya dengan NaOH 0,8 M

Ambil Larutan HCl 1 M dari hasil yang telah disaringkan sebanyak 5 ml


menggunakan balp dan Pipet Mhor

Tambahkan indikator phenol phthalein 3 tetes

Titrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi warna pink yang tidak
terlalu pekat

ulangi langkah 4-10 untuk HCl 0,125 M

Catat hasil volume NaOH yang terpakai

Merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan

Laporan Kimia Dasar II


83

5.5 Hasil Percobaan

5.5.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.3

Hasil Percobaan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif

HCl (M) NaOH m x x log Log Log


No x K n
m C K
(g) (g) m
Mawal Makhir M V

1 1 .... 0,1 12 2 ... ... ... ... .. ... ...

2 0,5 .... 0,1 6 2 ... ... ... ... .. ... ...

3 0,25 .... 0,1 2,5 2 ... ... ... ... .. ... ...

4 0,125 .... 0,1 1,5 2 ... .. ... ... .. ... ...

Keterangan:

m = Jumlah Absorban (gram)

x = Jumlah zat yang teradsorbsi (gram)

c = Konsentrasi zat terlarut atau konsentrasi akhir larutan (M)

k = Konstanta absorban

n = Konstanta absorbat

5.5.2 Pengolahan Data

a. Larutan HCl 1 M

Diketahui :

 MNaOH =1M

 VNaOH = 12 ml

 VHCl = 15 ml

Laporan Kimia Dasar II


84

 M = 2 gram

 Mr HCl = 36,5 gram/mol

 V2HCl = 12,5 ml

Ditanya :

 MHCl = ... ?

 log c = ... ?

 k = ... ?

 log k = ... ?

 n = ... ?

Jawab :

M1 V2 = M1 V2

M1 V1
M1 = V2

12 x 1 ml
= 12,5 ml

= 0,96 M

X = M2 HCl x Mr HCl x (V1 HCl-V2 HCl)

1000

= 0,96 x 36,5 x (15 ml-12,5 ml)

1000

= 0,0876

log c = log HCL Terakhir

= log (0,96)

Log c = - 0,018

Laporan Kimia Dasar II


85

x
k = m.c

0,0876
= 2x. 0,96

= 0,046

log k = log 0,046

= -0,1337

Log x/m = log x/m

= log (0,087/2) 0,0435

= -1,358
x
log −log k
m
n = log c

(-1,357)(−1,337)
= - 1,337

= 1,167 mol

b. Larutan HCl 0,5 M

Diketahui :

 MNaOH = 1M

 VNaOH = 6 ml

 VHCl = 15 ml

 M = 2 gram

 Mr HCl = 36,5 gram/mol

 V2HCl = 13 ml

Ditanya :

 MHCl = ... ?

 log c = ... ?

Laporan Kimia Dasar II


86

 k = ... ?

 log k = ... ?

 n = ... ?

Jawab :

M1 V2 = M1 V2

M1 V1
M1 = V2

6 x 1 ml
= 13 ml

= 0,46 M

X = M2 HCl x Mr HCl x (V1 HCl-V2 HCl)

1000

= 0,46 x 36,4 x ( 15 ml-13ml)

1000

= 0,0336

log c = log HCl Terakhir

= log (0,46)

Log c = - 0,337
x
k = m.c

0,336
= 2x. 0,46

= 0,036

log k = log 0,046

= -0,144

Laporan Kimia Dasar II


87

Log x/m = log x/m

= log (0,0336/2) 0,0168

= -1,775
x
log −log k
m
n x/m = log c

(-1,775)(−1,444)
= 0,337

= 0,982 mol

c. Larutan HCl 0,25 M

Diketahui :

 MNaOH = 1M

 VNaOH = 2,5 ml

 VHCl = 15 ml

 M = 2 gram

 Mr HCl = 36,5 gram/mol

 V2HCl = 13 ml

Ditanya :

 MHCl = ... ?

 log c = ... ?

 k = ... ?

 log k = ... ?

 n = ... ?

Jawab :

M1 V2 = M1 V2

Laporan Kimia Dasar II


88

M1 V1
M1 = V2

2,5x 1 ml
= 13 ml

= 0,192 M

X = M2 HCl x Mr HCl x (V1 HCl-V2 HCl)

1000

= 0,192 x 36,5 x ( 15 ml-13ml)

1000

= 0,014

log c = log HCL Terakhir

= log (0,192)

Log c = - 0,717
x
k = m.c

0,044
= 2x. 0,192

= 0,0365

log k = log 0,0365

= -1,438

Log x/m = log x/m

= log (0,014/2) 0,077

= -2,155

Laporan Kimia Dasar II


89

x
log −log k
m
n x/m = log c

(-2,155)(−1,438)
= -0,717

= 1 mol

d. Larutan HCl 0,125 M

Diketahui :

 MNaOH = 1M

 VNaOH = 1,5 ml

 VHCl(1) = 15 ml

 M = 2 gram

 Mr HCl = 36,5 gram/mol

 V2HCl = 12 ml

Ditanya :

 MHCl = ... ?

 log c = ... ?

 k = ... ?

 log k = ... ?

 n = ... ?

Jawab :

M1 V2 = M1 V2

M1 V1
M1 = V2

1,5x 1 ml
= 12 ml

Laporan Kimia Dasar II


90

= 0,125 M

X = M2 HCl x Mr HCl x (V1 HCl-V2 HCl)

1000

= 0,125 x 36,5 x ( 15 ml-12ml)

1000

= 0,0137

log c = log HCL Terakhir

= log (0,125)

Log c = - 0,903
x
k = m.c

0,0137
= 2x. 0,125

= 0,055

log k = log 0,055

= -1,259

Log x/m = log x/m

= log (0,0137/2) 0,007

= -2,164
x
log −log k
m
n x/m =
log c

(-2,164)(−1,259)
= −0,903

= 1,002 mol

Laporan Kimia Dasar II


91

Tabel 4.4

Hasil Pengolahan DataAdsorpsi Menggunakan Arang Aktif

HCl NaOH m x x x
No. log Log C K Log K n
m m
(g) (g)
Mawal Makhir M V

1 1M 0,96 1 12 2 0,087 0,043 -1,358 -0,018 0,046 -1,337 1,167

2 0,5 0,46 1 6 2 0,033 0,016 -1,775 -0,337 0,036 -1,444 0,982

3 0,25 0,192 1 2,5 2 0,014 0,007 -2,155 -0,717 0,0365 -1,438 1

4 0,125 0,125 1 1,5 2 0,013 0,007 -2,164 -0,903 0,055 -1,259 1,002

5.6 Pembahasan

Pada percobaan kali ini mengenai Adsorpsi Menggunakan Arang

Aktif yangbertujuan mengetahui proses adsorpsi dengan menggunakan

arang aktif, mengetahui pengaruh arang aktif dalam adsorpsi, mempelajari

fenomena pengurangan konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan arang

aktif, mengetahui pengaruh konsentrasi HCl terhadap volume NaOH setelah

di adsorpsi, Mengetahui kandungan arang aktif dalam proses adsorps.

Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat


pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidak jenuhan gaya-gaya
permukaan zat pengumpul. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adsorpsi adalah sebagai berikut :

9. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel
dan jumlah dari adsorben.

Laporan Kimia Dasar II


92

10. Jenis Adsorbat


 Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul dipol (non
polar).
 Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi.
 Adsorbat dengan rantai bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi
dibandingkan rantai yang lurus.
11. Struktur Molekul Adsorbat
Hidroksil dan asam amino mengakibatkan mengurangi kemampuan
penyisihan sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.

12. Temperatur
 Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat yang menyebabkan pori-pori adsorben
lebih terbuka.
 Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben
sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
13. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
14. Kecepatan Pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila
pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat
pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur
adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
15. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi
maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
16. Waktu Kesetimbangan

Laporan Kimia Dasar II


93

Waktu kesetimbangan sangat mempengaruhi proses adsorpsi, adapun


faktor-faktor yang mempengaruhi waktu kesetimbangan dalam adsorbsi
adalah sebagai berikut :
 Tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan)
 Ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif)
 Ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
 Konsentrasi ion logam
Dimana persamaan tersebut mengungkapkan, bila suatu proses
adsorpsi menuruti isoterm Freunlich, maka log (x/m) terhadap log C akan
merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan-tetapan k dan n.

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan


sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan
partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang
tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun
dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan
mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian
disebut sebagai arang aktif. Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai
arang aktif merupakan suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang sangat besar.

Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa


penyerapan pada lapisan permukaan atau antarfasa, dimana molekul dari
suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Adsorpsi
adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang
absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut
dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut
adsorben.

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika


(disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas

Laporan Kimia Dasar II


94

untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan


adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben,
banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya
yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)

Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan


dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya
membahas sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju
penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan
konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope
atau kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi.

Percobaan kali ini menggunakan alat dan bahan yang digunakan

dalam percobaan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif adalah Balp, Buret,

Corong Gelas, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar

Spiritus, Pengaduk Gelas, Pipet Mohr, Spatula, Stopwatch, Tiang Statif.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah Alumunium Foil, HCl 1 M, 0,5 M,

0,25 M dan 0,125 M, Indikator Phenolphthalein, Kertas Saring, NaOH 0,5

M, dan Satu gram Arang Aktif.

Langkah-langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan

alat dan bahan, mengambil 10 ml HCl 1 M dengan menggunakan Pipet

Mohr disertai Balp, Memasukkan larutan HCl tadi kedalam Labu

Erlenmeyer, mengaktifkan arang aktif dengan cara membakarnya samppai

terdapat bara api, memasukkan arang aktif kedalam Labu Erlenmeyer yang

berisi larutan HCl 1 M, menutup Labu Erlenmeyer yang berisi arang aktif

dan dan larutan HCl 1 M menggunakan Alumunium Foil, menggoyangnya

Laporan Kimia Dasar II


95

selama 5 menit dimana setiap 1 menit berhenti 10 detik, menyaring larutan

HCl yang ditambah arang menggunakan corong yangdisertai Kertas Saring

kedalam Labu Erlenmeyer, menambahahkan Indikator Phenolphthlaein

sebanyak 2 tetes, mentitrasikan larutan HCl yang sudah disaring

menggunakan Buret yang berisi NaOH 0,5 M sampai berubah warna

menjadi ungu, mengulangi langkah 2 sampai dengan 10 untuk HCl 0,5 M

serta untuk HCl 0,25 M dan 0,125 M sebanyak 10 ml, mencatat data yang

diperoleh, merapihkan alat dan bahan.

Pada tabel dapat diketahui fenomena berkurangnya konsentrasi

larutan HCl oleh adsorpsi arang aktif. Pada percobaan pertama dengan

adsorpsi arang menggunakan HCl 1 M, dengan 10 mL HCl 1 M yang

dipakai dalam percobaan untuk dititrasikan dengan NaOH 0,5 M diperlukan

NaOH 0,5 M sebanyak 12 mL untuk mengubah larutan HCl 1 M menjadi

merah muda. Maka dari proses tersebut didapat konsentrasi HCl 1 Msetelah

absorbsi adalah sebesar 0,55 M, sehingga didapat log c adalah sebesar -0,26.

Dari 2 gram arang aktif didapat konstanta absorban sebesar 1,82 dan nilai

lognya adalah sebesar 0,26. Sehingga diketahui nilai konstanta absorbannya

adalah sebesar 1.

Pada percobaan kedua dengan adsorpsi arang menggunakan HCl

0,5 M, dengan 10 mL HCl 0,5 M yang dipakai dalam percobaan untuk

dititrasikan dengan NaOH 0,5 M diperlukan 0,5 M sebanyak 6 mL untuk

mengubah larutan HCl 0,5 M menjadi merah muda. Maka dari proses

tersebut didapat konsentrasi HCl 0,5 M setelah absorbsi adalah sebesar

Laporan Kimia Dasar II


96

1,167 M, sehingga didapat log c adalah sebesar -0,018. Dari 2 gram arang

aktif didapat konstanta absorban sebesar 3,57 dan nilai lognya adalah

sebesar 1,337. Sehingga diketahui nilai konstanta absorbatnya adalah

sebesar 1.

Pada percobaan ketiga dengan adsorpsi arang menggunakan HCl

0,25 M, dengan 10 mL HCl 0,25 M yang dipakai dalam percobaan untuk

dititrasikan dengan NaOH 0,5 M diperlukan NaOH 0,5 M sebanyak 2,5 mL

untuk mengubah larutan HCl 0,25 M menjadi merah muda. Maka dari

proses tersebut didapat konsentrasi HCl 0,25 M setelah absorbsi adalah

sebesar 0,13 M, sehingga didapat log c adalah sebesar -0,89. Dari 1 gram

arang aktif didapat konstanta absorban sebesar 7,69 dan nilai lognya adalah

sebesar 0,89. Sehingga diketahui nilai konstanta absorbatnya adalah sebesar

1.

Pada percobaan keempat dengan adsorpsi arang menggunakan HCl

0,125 M, dengan 10 mL HCl 0,125 yang dipakai dalam percobaan untuk

dititrasikan dengan NaOH 0,5 M diperlukan NaOH 0,5 M sebanyak 1,5 mL

untuk mengubah larutan HCl 0,125 M menjadi merah muda. Maka dari

proses tersebut didapat konsentrasi HCl 0,125 M setelah absorbsi adalah

sebesar 0,08 M, sehingga didapat log c adalah sebesar -0,10. Dari 1 gram

arang aktif didapat konstanta absorban sebesar 12,5 dan nilai lognya adalah

sebesar 0,10. Sehingga diketahui nilai konstanta absorbatnya adalah sebesar

1.

Laporan Kimia Dasar II


97

Pada percobaan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif ini terdapat

kesalahan yaitu pada saat mentitrasikan larutan HCl pada percobaan ketiga

larutan NaOH terlalu besar pemutarannya pada Buret sehingga dilakukan

percobaan ulang. Dan semua percobaan ini dapat di ambil kesimpulan dapat

mengetahui proses yang terjadi di adsorbsi menggunakan arang aktif,

mengetahui konsentrasi akhir HCl, mengetahui Molaritas dari suatu larutan

sample.

5.7 Analisa Kesalahan

Pada Praktikum percobaan adsorbsi menggunakan arang aktif di

dapatkan kesalahan pada praktikum:

a. Kurang telitinya pada saat melakukan penyaringan serta tetesanya tidak

banyak dari HCl yang di saring.

5.8 Kesimpulan

Pada percobaan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif dapat ditarik

kesimpulan yaitu:

1. Adsorbat ialah zat yang terserap.


2. Adsorben ialah zat penyerap.
3. Mengurangi konsentrasi HCl dapat menggunakan arang aktif.
4. Untuk mengaktifkan arang dilakukan dengan cara dibakar.
5. Didapat konsentrasi akhir untuk HCl pada:
 HCl 1 M sebesar 5,7 M
 HCl 0,5 M sebesar 2,75 M
 HCl 0,25 M sebesar 5 M

Laporan Kimia Dasar II


98

 HCl 0,125 M sebesar 1 M


6. Didapat volume untuk NaOHpada:
 HCl 1 M sebesar 11,4 mL.
 HCl 0,5 M sebesar 5,5 mL.
 HCl 0,25 M sebesar 2,5mL.
 HCl 0,125 M sebesar 1,3mL.
7. Didapat logaritma konsentrasi HClpada:
 HCl 1 M sebesar 0,75
 HCl 0,5 M sebesar 00,44
 HCl 0,25 M sebesar 0,69
 HCl 0,125 M sebesar 0
8. Didapat konstanta adsorbanpada:
 HCl 1 M sebesar 0,17.
 HCl 0,5 M sebesar 0,36.
 HCl 0,25 M sebesar 0,2.
 HCl 0,125 M sebesar 1.
9. Didapat logaritma konstanta adsorbanpada:
 HCl 1 M sebesar 0,12.
 HCl 0,5 M sebesar -0,44.
 HCl 0,25 M sebesar -0,69.
 HCl 0,125 M sebesar 0.

10. Didapat logaritma konstanta adsorbatpada:


 HCl 1 M sebesar -0,16
 HCl 0,5 M sebesar 1
 HCl 0,25 M sebesar 1
 HCl 0,125 M sebesar 0
11. Pembacaan grafik pada:
 Grafik 5.1 konstanta adsorban terhadap konsentrasi HCl setelah
adsorpsi adalah saat konstanta adsorban berada di nilai 1 dan

Laporan Kimia Dasar II


99

konsentrasi HCl berada di nilai 1. Saat konstanta adsorban berada


pada nilai 2,75 dan konsentrasi HCl berada pada nilai 0,36. Saat
konstanta adsorban berada pada nila, 5 dan konsentrasi HCl berada
pada nilai 0,2 kemudian turun saat konstanta adsorban pada nilai 5,7
dan konsentrasi HCl pada nilai 0.17.
 Grafik 5.2 logaritma konsentrasi HCl setelah diadsorpsi terhadap
logaritma perbandingan jumlah zat teradsorpsi dengan jumlah
adsorban adalah konsentrasi HCl setelah di adsorpsi mempunyai
nilai 0, 0,44, 0,69, 0,75.Sedangkan logaritma perbandingan jumlah
zat teradsorpsi dengan jumlah adsorban mempunyai nilai 0.

Laporan Kimia Dasar II

Anda mungkin juga menyukai